Cerita singkat 6 Bulan di Fangshan

9 0 0
                                    

Belajar di luar negeri? Hmmm sepertinya menyenangkan. Belajarlah hingga ke Negeri Tirai bambu a.k.a Cina. Di sinilah aku menempuh pendidikan sisa semester 4-8 di negeri Panda, Cina. Aku menempuh pendidikan di Fangshan, Jiangsu, Nanjing, Cina. Dengan beasiswa berupa potongan uang bayaran hingga 20 juta dan aku hanya membayar uang sekolah sebesar 3 juta per semester. Tapi itu belum termasuk uang asrama dan uang jajan ya...

Sudah 3 Musim terlewati sejak aku memijakkan kakiku di kota pelajar ini. Kini aku sedang menunggu bunga bermekaran menunjukan warna-warni cantik yang menyejukkan mata, musim semi. Bagaimana sistem belajar di Cina? Mudah tidak ya? Sebaiknya ku bahas perjuangan meraih nilai di sini karena sistem belajar di Cina sangat berbeda jauh dengan sistem belajar yang selama ini kurasakan di Indonesia.

Di sini pelajar menghabiskan hari mereka dengan belajar, belajar dan belajar. Bahkan saat jam kuliah telah usai pun ruangan kelas tak pernah sepi. Untuk informasi, asrama di kampusku untuk anak lokal di isi oleh 6-8 pelajar yang mana pastinya untuk belajar sedikit sulit karena setiap orang memiliki metode belajar masing-masing, itu sebabnya ruangan kelas tak pernah kosong. Perpustakaan di sini pun selalu ramai oleh mahasiswa yang haus akan ilmu, sangat sulit menemukan bangku kosong. Aku berkuliah menggunakan bahasa pengantar yakni bahasa inggris dan tentunya mendapat mata kuliah bahasa mandarin yang memiliki waktu kuliah 4 jam. Mengingat aku ini sebelumnya hanya bisa angka mandarin 1 hingga 10 saja itu pun karena adikku yang menempuh pendidan di sekolah dasar yang mewajibkan mata pelajaran bahasa mandarin. Jujur saja sulit mempelajari bahasa yang tidak berdasarkan alphabet. Terlebih pengucapan R yang tidak diucapkan secara jelas, sangat berbeda dengan pengucapan di Indonesia.

Selain itu kemampuan bahasa inggrisku yang memang pas-pasan memaksaku untuk belajar lebih keras agar tidak kehilangan beasiswa yang sudah kudapatkan dengan susah payah. Sistem pendidikan di Cina tidak ada UTS namun langsung UAS jadi beban belajar tentunya lebih berat. Sistem UAS tentunya berdasarkan kehendak dosen, entah itu membuat makalah ataupun menjawab soal yang memiliki beragam model. Bersyukur nilai ku berada di ambang aman jadi bisa sedikit bernafas lega.

Saat musim dingin tiba, untuk pertama kalinya aku merasakan salju dalam hidupku. Salju yang datang cukup lebat saat salju pertama datang, tentunya aku harus memakai pakaian berlapis agar suhu tubuhku tidak menurun dan mengalami hipotermia. Salju pertama tiba di saat sebelum UAS. Setelah menempuh semester Ganjil yang dimulai dari bulan September hingga Januari aku menikmati liburan musim dingin yang dimulai dari 8 Januari hingga 12 Maret untuk murid internasional karena berbeda jadwal dengan murid lokal. Untuk mengisi liburan musim dingin aku dan teman-teman memilih trip ke 3 kota terdekat yakni Suzhou, Shanghai dan Hangzou. Tentunya dengan berbagai macam drama yang kami alami, yang paling drama tertinggal kereta dan tidak tahu bila bisa dilakukan refund walau tertinggal loh ya. Dalam hitungan hari  kuliah akan dimulai kembali, selamat datang semester genap. Ku tak sabar menanti bulan Juli, kembali ke Tanah Air. Sayangnya ku akan ber Idul Fitri di sini, beribu kilometer jauhnya dari keluarga.

 Sayangnya ku akan ber Idul Fitri di sini, beribu kilometer jauhnya dari keluarga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Live In ChinaWhere stories live. Discover now