06. Youth Generation Santuy (YGS)

170 70 84
                                    


Masa remaja adalah masa yang paling banyak tercipta kenangan, baik menggelitik atau memalukan kita salah satu peran jenaka yang pandai bercerita.

—qotd

Mau menggila atau biasa aja ya itu semua terserah kamu. Mau berbagi kisah seru atau diam saja menjadi pendengar saat anak-anak nanti bertanya ya itu semua terserah kamu.

—Ne

😍HAPPY READING YA😍

"Lind, nanti ikut yuk makan di warung Bu Dewi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lind, nanti ikut yuk makan di warung Bu Dewi." Ajak Ulfa dan Galuh.

Warung Bu Dewi memang tak setenar warung makan bintang lima dengan tempat istagramable seperti anak-anak SMA tertarik untuk berkunjung hanya ingin meng-upload beberapa foto di akun media sosial karena tempatnya yang bagus, masalah makanan dan harga tak mereka pedulikan.

"Makanannya enak-enak loh kayak masakan rumahan tapi suasananya di pinggir jalan, seru deh." Galuh seperti memberi hipnotis tapi itu sungguh benar bagi lidah orang Jawa yang suka makan sayur dan makan terjangkau dompet tapi rasa tetap juara.

Aku yang membereskan buku ke dalam tas beralih memandangi kedua temanku yang kini seperti sedang mencoba akrab dan bisa jadi akan seperti keluarga kecil di SMA, "Boleh tuh, kebetulan di rumah belum ada yang masakin."

"Oke deh nanti kita jemput ya."

"Siap." Balasku setuju.

Kita masing-masing keluar kelas dengan tujuan pulang yang berbeda, membuat kita terpisah tepat di depan gerbang namun aku memilih untuk menepi di koridor terakhir sebelum sampai di gerbang hanya ingin memesan ojek online.

"Duluan ya Lind." Ulfa yang lebih dulu dijemput kini melambaikan tangannya pulang lebih dulu.

"Take care Fa..." Ucapku sedikit berteriak ketika dia hampir masuk ke dalam mobil dan aku mendapat balasan jempol sebelum dia benar-benar masuk ke dalam mobil.

Sebelum aku melangkah untuk menuju samping pos satpam, aku teringat akan perkataan laki-laki nyebelin tadi yang bilang ingin mengantarku pulang. "Ah, cowok macam dia mana selalu serius sama omongannya paling tadi cuma main-main. Lagian ngapain juga aku berharap kalau dia bakalan serius terlebih dia bukan siapa-siapa aku."

Aku semakin mantap melangkah menuju pos satpam menunggu ojekku tiba tanpa memikirkan laki-laki nyebelin yang bisa datang kapan saja dia mau dan pergi kapan saja dia inginkan.

"Nyariin gue ya?" Tepukan keras dari arah belakang membuat langkahku terhenti dan aku yakin bakal dapat masalah lagi kalau sudah bertemu dan bicara dengan cowok itu.

YIANNEWhere stories live. Discover now