Kau adalah rumah terkunci

57 8 8
                                    

Setiap orang selalu memiliki tempat untuk pulang, merebahkan lelah bersama rindu di pangkuan. Aku hanya seorang yang kau ajak bertualang di rimbunnya harapan, tersesat dalam impian yang menjerumuskan ke belantara kesedihan. Aku hanya petualang yang kau sesatkan di tengah kecemasan, memilihmu menjadi rumah untuk menidurkan kerinduan. Sedang kau adalah dinding buta tanpa ada pintu terbuka, yang tak pernah sudi pada rasaku yang bergelora. Mungkin. Iya, mungkin saja kau adalah rumah yang telah bertuan, yang sedang menantinya di beranda dengan selingkar pelukan.

Apa kau sadar? Penantianmu hanya akan membuahkan debu, sebab mungkin saja dia yang kau tunggu tidak menjadikanmu lagi alasan untuk merindu. Apa kau rela digerus waktu, kemudian hancur oleh penantian yang kian ambigu? Ah, sudahi saja penantian kosongmu itu, bukankah di sini ada aku? Aku yang selalu mengharapkanmu di tengah pengharapanmu untuknya yang tak tentu nyata. Apa kau tak pernah berpikir menoleh ke arahku? Di sini ada nyala api yang setia menanti hangatmu, membakar tungku berdebu di ruang usang yang kian hampa itu.

Lihatlah! Semesta yang penuh gemintang telah kusajikan dalam semangkuk ketulusan mulai mendingin. Coklat panas telah kuseduhkan untukmu dalam secangkir haru mulai membeku tanpa jamah hangat rasamu. Ruang ini mulai senyap menyepi. Puisi-puisi kian lenyap tanpa arti. Tungku-tungku mulai kepadaman api. Dan kau, lagi-lagi menelantarkanku ke dalam gelap yang sunyi, tanpa sedikit pun menghargai apa yang telah kuberi. Menenggelamkanku dalam kebingungan yang kejam, membelit dengan pertanyaan: “Apakah rasaku tak pernah dikehendaki alam?” Bukan! Kau saja yang begitu kejam tak pernah melihatku dengan perasaan.

Kau menawariku dua pilihan: hangus dalam harapan atau pergi dan terbakar membawa rasa yang tak kunjung terbalaskan. Pilihanku adalah: terbakar bersama harapan, menantimu membalas rasa yang keras kepala ini meski acap kali diabaikan. Bodoh? Begitulah cintaku, mematikan akal sehat untuk hati yang tak tahu diri meski telah basah kuyup kuhujani.

Begitulah aku!
Mencintai tanpa ragu, membatu meski dilempar ke sudut terbeku.

Sepertinya sesudah update ini aku akan rehat sejenak, mungkin untuk mengumpulkan draft lanjutan Ruang Usang kesayanganku ini atau untuk ... tunggu saja
Hehehe
Terima kasih buat kawan-kawan yang udah baca cerita aku yang sangat di bawah dari sederhana ini.
Sampai jumpa di lain waktu, dan jangan lupa untuk mendo'akan agar tulisan ini lekas selesai.
Hehehe

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ruang UsangWhere stories live. Discover now