Teman?

52.5K 2K 187
                                    

Teman ya..., aku sebenarnya sangat ingin berteman, duku saat umurku 5 tahun, aku tidak punya teman, entah aku yang tidak bisa bergaul atau mereka yang menjauhi ku, mereka mendekat hanya ingin usil saja padaku.

Lalu saat umur 6 tahun, tetangga baru ku ada yang mau berteman denganku, kami selalu bersama, bermain barbie bersama, bermain congklak bersama, bermain semuanya bersama (aku rindu suasana itu :"( ) sayangnya kami tidak tk bersama.

"Nicho mau kemana?" Tanyaku saat melihatnya memakai pakaian rapi.

"Aku mau ke gereja, jadi aku tinggal dulu ya..," katanya sambil tersenyum, sebenarnya aku ingin ikut ke gereja agar terus bersama dengan Nicho, tapi aku orang Islam, tempat ibadah ku di Musholla.

Saat kepergian Nicho aku pergi ke rumah sendirian (karena biasanya ditemani Nicho) aku ke tangga dan melamun, membayangkan apa yang akan kami lakukan setelah Nicho pulang dari gereja, dan tiba tiba ada yang menepuk pundakku.

"Hei kamu sendiri?" Tanya nya, wajahnya pucat pasi, rambut nya berwarna pirang matanya berwarna biru, aku belum pernah melihat dia, mungkin dia tetangga baruku pikirku polos.

"Iya aku sendiri, temanku ke gereja," kataku sambil menunduk sedih, aku tau dia merasa kasihan padaku.

"Kalau begitu aku temani, mau kan jadi temanku?" Tanya nya pelan, entah kenapa suaranya begitu pelan, tapi aku bisa mendengarnya.

"Mau," jawabku semangat, akhirnya dia menceritakan sesuatu yang tidak terlalu kupahami, katanya dia ditembak di kepalanya, untungnya dia diobati oleh dokter yang baik hati.

(Aku dulu polos banget ya :v, sedih ku melihat diriku di masa lalu)

Kami tertawa bersama, tapi tiba tiba Kakak perempuan ku melihat ku dengan takut, tak ku hiraukan tatapannya yang ketakutan.

"Aku pulang dulu ya," katanya sambil berdiri, aku juga berdiri seperti mengikutinya.

"Lho, mau kemana? Ayo main sama Nicho," kataku sambil menyentuh tangan dinginnya, tapi dia menggeleng.

"Tempatku bukan disini, lagi pula nanti Kakakmu bingung," katanya, aku berusaha memahami apa yang dia katakan, tapi aku tetap tidak paham.

"Bye, bye, aku pulang dulu, aku senang ada yang bisa bicara padaku," lalu dia menghilang tanpa jejak, aku kaget dan jatuh dari tangga.

Untungnya tidak terlalu parah lukanya hanya memar saja (sakit cuy)

Saat aku bercerita Ayahku yang paling menyimak sedangkan Kakakku dan Ibuku mungkin sedikit tidak percaya.

"Ooh, gimana wajahnya?" Tanya Ayah yang antusias.

"Wajahnya pucat, seperti kertas HVS (Sebut merk) rambut nya pirang, matanya warna biru, pakai baju warna putih seperti ada rantai (bingung jelasinnya) kecil melengkung di dada kirinya," hanya itu yang bisa kujelaskan, Ibuku mulai bertanya.

"Dia cerita apa saja?" Tanya Ibu.

"Katanya dia pernah tertemabak di kepalanya dan diobati oleh dokter yang baik hati," jelasku, keluarga ku mendelik, aku yang masih polos tidak tau apa apa, aku melihat Ayah dan Ibuku berbisik sesuatu yang tidak bisa kudengar karena mereka membisikkan sesuatu yang sangat pelan.

"Nanti malam jangan kemana mana ya, dikamar saja sama Kakak," suruh Ibu sambil mengelus kepalaku, aku yang tak tahu apa apa hanya mengangguk.

=_=_=_=

"

Kak, Adek mau keluar, mau main sama Nicho," kataku merengek, Kakakku hanya memutar bola mata malas.

"Ya udah sana berisik banget sih elah!" Bentak Kakak, entah aku sedih atau senang, akhirnya aku pergi ke rumah Nicho, tapi diperjalanan (didekat rumahku ada pohon mangga) aku menoleh ke arah pohon mangga, disana ada perempuan berambut panjang sedang tertawa menatap ke arahku, aku menghampirinya tanpa tahu apa apa.

"Tante ngapain disini? Mau ambil mangga? Izin dulu dong ke Ibu ku," kataku sok berani (sumpah ku malu nginget yang ini) dia menghampiriku, entah angin dari mana, tiba tiba ada angin kencang menerpaku dan terlihatlah wajah sang kunti.

Wajahnya hancur bau amis, bahkan aku ingin muntah ada banyak belatung.

"KYAAAA!" Teriakanku membuat seluruh tetangga menghampiriku yang sudah jatuh sambil menutup mata.

Salah satu tetanggaku ingin menolongku tapi aku mendorongnya jauh.

"PERGI! AAAA!" Aku terus berteriak seperti orang gila, dan ustadz di daerah perumahanku dipanggil, untungnya ustadz itu bisa mengusir kunti.

Saat Ibu dan Bapakku pulang mereka tidak tahu apa apa, tapi karena tetangga bercerita tentang apa yang terjadi padaku Ibu dan Bapakku memarahi Kakakku habis habisan.

#*#*#*#*#*#*#*

Yo minna! Akhirnya kita ketemu lagi, ini edisi cerita terbaruku setelah aku hapus cerita lainnya, dan maaf juga untuk Kampret Moments tidak apdet 😫😫😫

Miyuku ingkar janji.

Sekali lagi mohon maaf

Jangan lupa vomment ya...

See you next time

★✩★✩★✩★✩

Indigo StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang