•Part Twenty Five•

845 26 0
                                    

Saat masuk rumah tentu saja ada pemandangan yang tidak mengenakkan bagi Beatriz. Apakah itu? Tentu saja kemesraan antara Daniel dan Natasya.

Mereka sedang asik menonton film The Mortal Instrument: City of Bones. Tentu saja itu film yang sangat membooming. Bukan hanya kecantikan dari para pemainnya yaitu Lily Collins salah satunya yang menjadi pemeran utamanya. Tapi juga ketampanan dan pesonanya Jamie Campbell membuat film itu menjadi menarik perhatian warga diseluruh dunia. Bahkan Beatriz sangatlah suka dengan film itu, menurutnya itu film yang sangat bagus. Selain ia menyukai pemain-pemainnya juga ia suka alur ceritanya. Bahkan kini ia sedang menunggu seri keduanya. Ending dari film itu benar-benar menggantung. Oke ini malah jadi promosi film.

Back to story, hal yang pertama Beatriz lakukan saat sampi rumah adalah segera pergi ke dapur karena ia sangatlah haus dan mengambil roti kemasan di dalam kulkas.

Natasya yang menyadari kehadiran anaknya itu langsung berdiri.

"Eh Be, kamu kok baru pulang jam segini? Kemana dulu tadi? Darrel mana?"

Beatriz merasa risih karena pertanyaan ibunya yang terbilang banyak. "Ih mom anak pulang bukannya diperhatiin malah nyariin anak orang lain. Tadi Darrel pergi ke rumah temennya yang sakit jadi dia harus jagain temennya terus aku pulang deh. Harusnya sih jam 3 aku udah sampe rumah tapi karena macet jadi aku baru pulang sekarang."

"Halah alesan aja kamu, bilang aja kamu jalan sama temen cowo kamu yang baru" celetuk Daniel. Astaga ayahnya yang satu ini senang sekali menggoda anak-anaknya.

"Ih ngga dad! Aku bukan playgirl maaf-maaf aja nih. Inget ya aku ga akan jalan sama cowo lain selama sama Darrel. Kalo iya dad boleh panggil atau anggap aku sebagai playgirl."

Daniel tertarik, ia pun berbalik dan menghadap Beatriz.

"Bener ya? Seriusan ya? Ga bohong kan? Ga ingkar janji kan?"

Natasya segera mencubit Daniel. "Daniel! Kamu ini. Be, udah kamu masuk ke kamar terus mandi ya. Pasti cape, udah gih sana"

Beatriz mengangguk. Namun langkahnya terhenti saat ia baru menaiki satu anak tangga.

"Iya dad aku janji" setelah mengucapkan itu Beatriz pergi ke kamarnya dan Daniel berhasil mendapatkan pukulan dan cubitan kencang dari istri tercintanya. Menurut Daniel bila Natasya melakukan hal seperti itu tandanya ia semakin sayang dan cinta padanya. Catat, bagi Daniel!.

Entah kenapa saat masuk kamarnya yang dingin Beatriz jadi malas untuk mandi dan lebih memilih untuk langsung tidur di kasur. Sebelumnya lampu ia matikan dan tas-nya ia taruh di sembarang tempat. Tubuhnya masih terbalut seragamnya tapi ia tak peduli. Ia lelah dan ingin istirahat. Tidak lama ia pun masuk ke dalam dunia mimpi.


💥

"Haah haah haah...."

Beatriz kini berada di dunia mimpinya. Ia melihat dirinya sendiri dalam mimpinya yang sedang terengah-engah di bandara. Seperti ia sedang mencari seseorang. Bahkan dirinya sekarang menangis sambil menengok-nengok apakah orang yang dicarinya masih ada atau tidak ada.

Lagi-lagi dirinya kembali berlari. Tentu saja Beatriz mengikutinya dari belakang.

Disisi lain, seorang pria kini sedang berdiri berantrian untuk check-in. Kini bagian dirinya untuk menunjukkan paspor-nya pada penjaga agar ia bisa masuk. Dimatanya tersirat antara kesedihan dan juga penyesalan. Namuh ia benar-benar mampu menyembunyikan semua itu. Entah ia mampu berapa banyak lagi wajah fake yang ia punya tapi ia benar-benar bisa menyembunyikan semua kesedihan itu.

Akhirnya bagian dirinya untuk check-in. Setelah itu ia berhasil masuk dan memasukkan tas ke dalam tempat pemeriksaan dan melewati pawang pintu. Setelah tasnya dan dirinya sudah diperiksa oleh penjaga wanita ia mengambil tasnya dan mulai berjalan. Namun langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil namanya dengan sangatlah kencang.

Dia tak menyangka kalau akan orang itu disini. Bukankah orang itu bilang kalau ia membencinya? Bukankah ia bilang kalau ia tak ingin melihat lagi wajahnya? Kalau begitu kenapa ia bisa berada disini? Terlalu banyak teka teki yang belum terpecahkan bukan? Juga terlalu banyak tanya yang tak ada jawabnya.

Beatriz melihat dirinya yang sudah menemukan apa yang dicarinya. Ia terkejut melihat orang yang dicarinya. Ia benar-benar terkejut sampai ia menutup mulutnya.

'Hah?! Darrel?!'

Beatriz melihat dirinya yang berusaha untuk masuk tapi petugas tidak mengizinkannya.

"Ih bapa apasi saya mau masuk pa ketemu pacar saya! DARREL!! Gue sayang sama lo!! Gue bego karena gue udah neting sama lo rel!! Please jangan pergi Rel!! Gue sayang sama looooo!!! Ih bapa apaan sih pa saya mau masuk juga! Darrel! Jangan.. jangan tinggalin gue selamanya Rel... please... gue udah kehabisan tenaga. Jangan pergi Rel... gue sayang sama lo... gue pengen kita balikan, kita kaya dulu lagi. Bukan lagi ada kata lo gue tapi aku kamu, bukan ada kata lo gue tapi kata kita. Please Rel jangan pergiiii..." lirih dirinya. Beatriz tak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi.

Ia melihat ke sekelilingnya kalau dirinya kini menjadi pusat perhatian. Beatriz bingung, apakah ini yang akan terjadi di masa depan? Apakah Darrel akan meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi? Tidak! Ia tidak mau itu sampai terjadi. Tapi ini hanya mimpi dan tidak akan jadi kenyataan bukan? Ini tidaklah nyata dan tidaklah asli.

Beatriz melihat dirinya yang sudah terduduk lemas di lantai sambil menangis sementara Darrel masih di dalam menatap dirinya dengan sorot mata yang sulit dimengerti. Sampai Darrel pun akhirnya pergi membawa koper entah kemana. Apakah ia terlanjur sakit hati karena dirinya ataukah hal lain? Kemana Darrel pergi? Dirinya sudah tak melihat Darrel lagi.

"Loh pak? Pacar saya mana?"

"Pacar dari mana mba? Mba tadi bilang pengen balikan jadi belum dia pacar mba. Tadi dia udah pergi mba bawa koper sama tasnya. Yang sabar ya mba"

Dirinya tidak menyalahkan petugas karena tidak mengizinkannya masuk. Dirinya malah menyalahkan diri sendiri. Betapa bodohnya ia telah menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar siap menanggung hidup dan mati untuknya. Betapa bodohnya orang itu macam keledai.

Beatriz ikut berjalan saat dirinya berjalan dengan sempoyongan. Tak tahu arah yang ditujunya ia pun berjalan dengan asal-asalan di dalam bandara. Air mata sudah berhenti turun, matanya masih sedikit memerah, kini juga dirinya sudah tidak menjadi pusat perhatian. Beatriz berhenti berjalan meninggalkan dirinya berjalan sendirian yang entah kemana arahnya. Seakan-akan dirinya ada diantara dirinya dan Darrel. Ia menengok ke arah dimana Darrel pergi ke arah berlawanan juga ia menengok ke arah dimana dirinya pergi ke arah berlawanan juga. Siapa yang harus ia pilih? Apakah dirinya sendiri ataukah Darrel?

💥

Hola hola! Ga mau manjang ah ya.

Don't forget to comment and vote. Salam dari author terterter😎✌

@tunanganmanurios ⬅follow akun ini thancu💕💕💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@tunanganmanurios ⬅follow akun ini thancu💕💕💕

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang