Cerita Rakyat : Futu Atoni

1.4K 45 0
                                    

Menurut cerita, pada zaman dahulu di kerajaan Amanatun tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan ini berkuasa seorang raja yang kaya. Raja itu bernama Usif Banmeni. Usif Banmeni mempunyai banyak sapi, kuda da kambing peliharaan. Karena itu banyak pula anak gembalanya. Diantara sekian banyak gembala, terdapat dua orang gembala yang bernama Neno dan Fai. Tugas khusus Neno dan Fai adalah menggembalakan kambing-kambing milik Usif Banmeni.

Pada suatu hari, beberapa ekor kambing yang digembalakan itu hilang. Neno dan Fai masuk hutan keluar hutan mencari kambing-kambing itu. Lalu mereka tiba pada sebuah sungai yang bernama sungai Tumut.

Sungai ini merupakan batas alam antara Kecamatan Amanatun Selatan dengan Kecamatan Amanatun Utara. Setelah menyeberangi sungai itu, turunlah hujan yang amat deras. Kilat dan halilintar sambung-menyambung seakan-akan membelah bumi. Mereka mulai merasa dingin, lapar dan ketakutan.


Untunglah dalam kegelapan senja itu tampak sebuah lopo kecil. Lopo atau rumah adat orang timor ini, berbentuk kerucut dengan pintu tunggal. Sehari-hari lopo disebut juga ume kbubu. Maka cepat-cepat Neno dan Fai berlari menuju lopo tersebut. Seketika terasa bulu kuduk mereka merinding, mereka teringat akan dongeng yang sering mereka dengar tentang Be Lana. Be Lana adalah nenek jin yang jahat dan suka memangsa manusia. Kemudian sementara mereka berpikir, nenek tersebut telah melihat dan meyapa Neno dan Fai dengan lembut, wajah nenek tua itu kelihatan gembira dan tersenyum. Tidak seperti gambaran wajah nenek belana yang bengis dan buruk, nenek itu mempersilahkan kedua anak itu masuk dan dan bertanya: "cucu mau kemana?" Neno dan Fai serempak menjawab "kami sedang mencari kambing-kambing Usif Banmeni yang hilang", lalu keduanya masuk dan berlindung dalam lopo itu. Nenek itu kemudian menanyakan rupa-rupa hal pada Neno dan Fai. Sementara mereka bercakap cakap rasa kantuk eduanya tak tertahankan. Padahal nenek itu adalah nenek jin Be Lana yang bengis melihat Neno dan Fai tidur pulas. Nenek jin Be Lana segera menutup pintu lopo. Pandangan Neno dan Fai telah di kelabui sehingga nenek jin Be Lana kelihatan ramah dan gua batu yang dimasuki dikira lopo.

Selang beberapa saat, Neno dan Fai terbangun. Mereka terkejut dengan mimpi yang sama agar segera meloloskan diri dari bencana yang sedang menimpa. Mereka sangat terkejut dan ketakutan karena lopo yang mereka masuki itu ternyata sebuah gua batu yang suasananya mengerikan. Nenek yang penuh dengan sunyuman juga tidak ada lagi. Keduanya kemudian berusaha merangkak keluar tetapi pintu gua sudah tertutup perlahan-lahan. Keduanya terlambat karena dengan susah payah merangkak mencapai pintu gua, ternyata pintu batu itu sudah tertutup rapat. yang ada hanya sebuah lubang kecil.


K

eduanya mulai sadar bahwa mereka telah terjebak oleh nenek Be Lana. Lalu mereka berteriak histeris dan menangis menjadi-jadinya. Tangan mereka dikeluarkan dari lubang itu sementara minta tolong. Namun pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba. Akhirnya mereka kehabisan tenaga, teriakan dan tangisan mereka semakin melemah. Sementara itu, di sonaf atau istana Usif Banmeni terjadi kepanikan karena kedua anak penggembala kambing tak kunjung pulang. Lalu Usif Banmeni memerintahkan Rakyat untuk mencari Neno dan Fai. Setelah bertanya kesana-kemari, tak seorangpun mengetahui dimana Neno dan Fai berada. Rakyat lalu memutuskan untuk menyusuri sungai tumut, karena mungkin kedua anak itu telah terbawa banjir semalam. Setibanya didekat gua batu itu, mereka lalu mendengar teriakan yang sayup-sayup. Mereka lalu berkerumun gua dan berusaha menolong kedua anak malang itu.

Temuan ini kemudian dilaporkan kepada Usif Banmeni. Usif Banmeni memerintahkan seluruh rakyatnya. Mereka masing-masing membawa peralatan untuk membelah batu itu. Tetapi batu ternyata terlalu keras. Usaha itu sia-sia, sementara itu suara kedua anak itu melemah dan akhirnya berhenti. Keduanya telah mati lemas.


S

etelah bermusyawarah sebentar, tangan-tangan Neno dan Fai dipotong sebagai barang bukti. Kemudian dengan upacara adat tangan-tangan kedua anak itu dikuburkan disamping gua batu itu. Kubur itu berbentuk bulat dan bekas-bekasnya masih dilihat sampai saat ini.

Mulai saat itu, gua batu tersebut dalam bahasa orang timor yaitu bahasa dawan disebut "fatu ol atoni" artinya batu penelan manusia. Lama-kelamaan batu itu disingkat menjadi fatu atoni atau batu manusia.


Kini Neno dan Fai tinggal kenangan. Tapi fatu atoni adalah saksi bisu yang masih tetap berdiri. Saksi dari suatu kerja keras yang tidak mengenal lela. Saksi dari sutu perjuangan yang penuh rasa tanggung jawab dari dua pemuda desa yang miskin, yaitu Neno dan Fai.

🤗🤗 🤗 🤗🤗
Terima Kasih

Kumpulan Cerita Rakyat Dan DongengWhere stories live. Discover now