Mr. Right part 2

287 29 30
                                    

Esoknya, aku berjalan dengan bersenandung ria melewati lorong sekolahku. Apa tidurku tadi malam nyenyak? Oh, tentu saja. Bahkan aku memimpikan Newt masih hidup di film The Death Cure. Sepanjang perjalanan, aku tersenyum kepada semua orang. Tak peduli jika mereka memandangku aneh, toh yang terpenting hari ini harus menjadi menyenangkan.

Aku memasuki kelasku, kuarahkan pandanganku ke seluruh ruangan. Senyumanku semakin melebar tatkala menemukan seorang yang menjadi alasan utamaku hari ini bahagia. Kulihat dia menumpu kepalanya di atas kedua tangannya. Aku pun duduk di kursi Dylan yang masih kosong. Tanganku kemudian beralih menggoyangkan pundak lebarnya itu.

"Seokjin."

Seokjin tak bergeming, napasnya terlihat damai. Benar saja, ternyata ia tertidur. Kucoba menggoyangkan bahunya lebih kencang, namun aku tak mendapat respon apapun. Tak menyerah, aku mencoba menepuk pipinya berulang kali.

"Seokjin, bangun," kataku.

Seokjin hanya bergumam lalu melanjutkan tidurnya, ia merubah posisi kepalanya membelakangiku. Aku menopang daguku dengan tangan, memikirkan cara terbaik untuk membangunkan Seokjin. Tak lama kemudian, ide cemerlang muncul di otakku. Aku pun mencondongkan tubuhku mendekati telinganya.

"Hey, Seokjin! Semalam aku memimpikan Newt, dia terlihat sangaaaat tampan. Kamu gak ada apa-apanya dibanding dia. Eh tunggu, sama Dylan aja kamu kalah. Ha-ha-ha."

"APA?!" Tiba-tiba ia terbangun.

Dugh

Dugh

"Argh!!!"

Entah bagaimana caranya, kini aku terduduk di lantai. Aku memegang kepalaku yang terasa pening, bokongku terasa sakit saat mengenai ujung kursi yang tumpul dan mendarat dengan tidak mulusnya ke lantai.
Bukannya membantu, tawa Seokjin justru meledak memenuhi penjuru kelas. Suara tawa tidak elit seperti lap kaca mobil itu berlangsung lama, mukanya bahkan sampai memerah. Aku mengerucutkan bibirku sambil menatap kesal ke arahnya. Bahagia sekali ia melihatku menderita.

Aku kembali duduk di kursi Dylan, tanganku masih mengusap kepalaku yang berdenyut nyeri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku kembali duduk di kursi Dylan, tanganku masih mengusap kepalaku yang berdenyut nyeri. Sedangkan Seokjin, perlahan ia meredakan tawanya dan mengelap air mata di ujung matanya.

"Ya ampun ... pemandangan terindah selama SMA hahaha...," katanya terkekeh geli.

Aku memutar kedua mataku malas, untung saja Dylan belum datang. Kalau sudah, habislah aku jadi bahan tawa 2 makhluk itu.

"Sakit banget, ya?" tanyanya kini dengan suara lembut.

"Pusing tahu!" balasku kesal.

Tangan Seokjin menyingkirkan tanganku yang berada di kepala, tangan besarnya bergerak perlahan memijat kepalaku. Sungguh, pijatannya membuatku mengantuk, pun pusing di kepalaku mereda.

"Makanya jangan suka jahil," katanya. Aku hanya bergumam menikmati pijatannya.

"Udah tahu aku jauh lebih tampan dari mereka. Masih aja cari masalah."

Thomas Brodie-Sangster ImaginesWhere stories live. Discover now