2

169 15 0
                                    

Have a sit with me Ms. Sharp,” Perempuan itu mengangguk dan mengucapkan terima kasih, “Sudah berapa kali kau masuk ke ruangan ini, huh?”

Perempuan itu mendecak dan mengalihkan pandangannya, “Tidak ada waktu untuk menghitungnya, dan tidak ada gunanya.”

“Lalu kenapa kau lagi-lagi masuk ke dalam ruangan ini jika tidak ada gunanya?” perempuan itu menatap tajam sang guru, “Oh, tenang. Aku hanya bertanya.”

“Pertanyaan bodoh. Kau ini seorang guru, mengapa pula menanyakan hal bodoh seperti itu? Jelas kau yang selalu membuatku masuk ke dalam ruangan ini terus.” perempuan itu berdiri dan hendak mengambil tasnya.

“Kau tidak boleh keluar dari ruangan ini, Daisy,” Perempuan itu menoleh, “Karena ini satu-satunya cara agar kau mau berbicara dengan ayah.”

“Jangan sebut dirimu sebagai ayah jika kau saja membuang anakmu ini, bodoh.” Daisy menatap tajam Paul Sharp—kepala sekolah sekaligus ayah dari Daisy.

Daisy menutup keras pintu ruang ayahnya dan membuang asal sisa permen karet yang sejak tadi ia kunyah.

“Apa saja yang ia tanyakan, Dee?” tanya Kaia yang sejak tadi menunggunya di luar ruangan.

Daisy diam dan mempercepat langkahnya meninggalkan Kaia.

“Permen karet milikmu?” Daisy berhenti dan menoleh ke arah seseorang yang sedang memungut permen karet yang masih terbungkus, “Permen karet yang cukup mahal untuk kantung seorang pelajar sepertimu.”

“Jika kau mau ambil saja,” ketus Daisy dan mencoba untuk melangkah menjauh namun tangan kekar menghentikannya, “Kurang?”

Pria itu menggeleng, “Tidak. Aku mampu membelinya sebanyak yang kau mau, asal kau tau.”

Daisy memberikan senyum miringnya, “Terima kasih, tuan. Sayangnya, aku tidak tertarik dengan omong kosong itu.”

“Hey, ini bukan omong kosong.”

Daisy mendecak kesal, “Tapi aku masih tidak peduli.”

Daisy pergi menjauh dari pria tadi yang membuat mood nya menjadi berubah kembali, “Well, I'll see you around tonight!”
Daisy berhenti melangkah dan menengok ke belakang saat pria tadi baru saja pergi dari tempat itu,  “Damn, who is he?”

Asal kau tau, di sini penuh dengan pria tampan dan kaya,” Daisy hanya mengangguk tidak peduli, “Kau mendengarku tidak, sih?”

“Selalu. Hanya malas untuk merespon,” jawab Daisy, “Aku tidak akan lama berada di sini, aku ingin pulang.”

Kaia menarik tangan Daisy dan menyodorkan segelas minuman lagi. Daisy menggeleng, “Aku tidak berencana untuk mabuk malam ini, kau paham?”

“Aku tidak mendengarmu, Daisy. Cepat minum.” Teriak Kaia karena dentuman musik yang begitu keras, ditambah Kaia yang sudah mulai mabuk.

Daisy pasrah dan kembali ikut minum. Apa boleh buat? Sahabatnya sudah mabuk, tidak mungkin ia meninggalkan Kaia sendirian dengan keadaan mabuk.

Tiba-tiba, semua orang teriak dan berjongkok sambil menutup telinga. Terdengar suara ledakan tak jauh dari pub tempat Daisy dan Kaia saat ini.

“Kaia, menunduk!” teriak Daisy, namun Kaia masih terlihat kebingungan, “Kai—” semua orang berteriak dan lari yang membuat Daisy panik dan kehilangan Kaia, “Sial! Dia mabuk!”

Semua orang sibuk melarikan diri sementara Daisy sibuk mencari di mana Kaia, ia begitu khawatir karena Kaia dalam keadaan mabuk, “Di mana kau Kaia?!” tanyanya khawatir sambil menangis.

Tiba-tiba tangannya ditarik paksa oleh lelaki yang tidak ia kenal wajahnya karena semua lampu terlihat samar “Kau aman jika kau ikut aku.”

“Tapi Kaia—”

“Temanmu pun sudah aman! Cepat!”

Mau tidak mau, Daisy mengikuti langkah pria tadi keluar dari Pub.

Ternyata malam itu terjadi razia di tempat pub yang sering Daisy dan kaia datangi. Pub tersebut memang didirikan dengan rahasia dan tertutup, juga hanya dikhususkan untuk anak di bawah umur saya. Mengingat, Daisy yang masih berusia 17 tahun dan belum menerima identity card.

“Cukup sampai di sini saja,” ucap Daisy melepaskan tangan pria tadi, “Kenapa kau menolongku, Dylan? Bukankah kau sibuk dengan jalang yang ingin kau tiduri?”

Dylan, mantan dari Daisy. Dylan pula yang membuat Daisy mengenal dunia malam.

“Di sana sedang darurat, aku tau kau di sana. Maka dari itu aku langsung mencarimu, jika tidak ya kau akan kena tangkap.” jawab Dylan.

Daisy menatap Dylan seperti tidak peduli, “Aku ingin pulang.”

“Tidak, tetap di sini,” paksa Dylan sambil menarik tangan Daisy, “Sesulit itukah untuk kembali? Maksudku, mencoba untuk bersama kembali. Memulai semua dari awal?”

“Dengar, Dylan, aku tidak mempercayai kesempatan kedua. Aku juga tidak akan pernah memberikan kesempatan kedua untukmu. Kau paham?”

“Tidak, Daisy. Aku tau kau masih menginginkanku,” Dylan menarik pinggang Daisy dan menghimpitnya agar lebih dekat dengannya, “Katakan kau juga masih mencintaiku, Daisy.”

Fuck! Tidak! Menjauh!” teriak Daisy.

“Tidak akan, aku tau—”

“Apakah kau tidak malu seperti ini? Jika memang kau benar-benar lelaki. Dia tidak menginginkanmu.” ucap seorang pria yang terlihat tak asing bagi Daisy.

“Tidak usah ikut campur.” saut Dylan.

Don't be an asshole.” saut pria tadi.

It's none of your business, old man.”

Pria itu tertawa, “Terserah, tapi aku masih terbilang muda dan Daisy sudah jadi milikku. Malam ini kami sudah membuat perjanjian.” ucapnya sambil melirik ke arah Daisy yang kebingungan.

“Benar, Daisy?” tanya Dylan.

Daisy kembali melirik ke arah pria tadi dan dibalas anggukan, “Ya.” jawab Daisy pasrah dan berharap Dylan menjauh dari hadapannya sekarang.

“Aku tidak menyangka seleramu akan seburuk ini.” ucap Dylan.

Pria itu geram dan menembakkan peluru ke udara dari pistolnya dan menatap dingin Dylan yang ia harapkan bisa cepat-cepat pergi dari hadapan Daisy.

“Persetan!” umpat Dylan dan pergi dari hadapan Daisy.

Daisy yang ternyata kaget karena bunyi peluru udara barusan pun hanya melirik pria itu takut. Badannya bergetar, dan keringatnya terus mengalir. Sampai pria itu mengulurkan tangannya ke Daisy, “You'll be okay.”

Daisy melirik tangan pria itu dan masih sangat ragu, “Oh, cmon. I'm so sorry but you don't have to be afraid.”

Daisy memejamkan matanya sekejap dan menerima uluran tangan Harry, “I'm Daisy.”

And I'm Harry, nice to meet you, Daisy Sharp.”

I don't wanna be hurt, she said.
I'm not gonna hurt you, he replied.

.
.
.
.
.
Tbc vote and comments! :)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Medicine Where stories live. Discover now