2 / 3

327 58 117
                                    

Kring!

bel istirahat kedua telah berdering. mengingat janji yang telah mereka buat, calum dan lenka sepakat bertemu lagi di kantin.

"ngapain cal ke kantin lagi? jangan-jangan lo mau traktir gue ya?" tanya lenka menuduh-nuduh. "dih, langsung miskin gue kalo traktir lo. bisa-bisa satu kantin lo beli semua!" jawab calum tak mau kalah. lalu mereka tertawa.

"kita mah apa apa ketawa. semuanya di ketawain. hidup aja juga diketawain!" kata lenka. calum mengiyakan. "hidup dinikmati aja ya kan?" timpal calum, lenka mengiyakan. tapi, tiba-tiba raut wajah calum berubah menjadi serius. spontan, lenka terkejut.

"mau ngomong serius cal? mau ngomong soal apa? doi baru nih?" tuduh lenka lagi.

"iya len. sebenernya selama ini gue nyari waktu yang pas gak nemu nemu dan baru seka-"

"btw soal doi nih cal! gue sebenernya..... punya pacar baru!" potong lenka,

dengan seceria itu, dengan tanpa berdosa, dia mengatakan hal semacam itu kepada seorang cowok yang mencintainya, padahal sudah mati-matian mencari waktu yang tepat selama 5 tahun berlalu untuk mengutarakan rasa yang selama ini cowok itu pendam.

calum terdiam. lalu tersenyum tipis. "siapa len? seangkatan atau adik kelas?" tanyanya. sungguh, ia sangat hancur.

"hm... adik kelas sih. dia ganteng banget woy! manis banget. udah gitu bawa mobil lagi. cakep deh!" sahutnya, calum hanya mengiyakan cerita lenka.

dia cemburu gak ya? kalo gue cerita tentang orang lain? batin lenka bertanya. sedangkan, cintanya dari dulu hanya untuk calum, walau ia merasa berganti pacar terus. ia tidak berani mengungkapkan hal yang sebenarnya, karena takut membuat sahabatnya itu ilfeel dengan pengakuannya lalu menjauh. tidak, itu bukanlah hal yang lenka harapkan kedepannya.

hal yang ingin ia lihat kedepannya adalah calum menjadi seorang yang terakhir untuknya, hingga tuhan membawanya pulang kembali.

"si--siapa emang? seganteng itu? kalo gitu mah gue kalah sama yang bermobil. palingan juga gantengan gue len, daripada pacar lo" balasnya, sambil menutupi luka didalamnya. "dih kepedean amat lo? itu loh, luke anak 11-2 IPA. pinter banget anjay!" jawab lenka lebih, dan semakin lebih memuji sang pria idamannya.

seandainya gue yang selalu lo puji-puji ya, len. gue pasti udah mempertahankan puji-pujian lo buat gue supaya nggak memudar, melainkan buat lo tambah sayang gue, tambah cinta gue. seandainya itu gue, len, gue gak bakal sia-sia in lo seumur hidup gue.

dan kenapa sih? lo nggak pernah sediain kesempatan buat gue untuk ngungkapin yang sebenernya ke lo? kenapa lo selalu punya pacar disaat gue menutup rapat hati gue buat semua cewek yang berusaha deketin gue? batin calum, sedih.

"jadi maaf banget ya gue gabisa jadi partner jomblo bahagia bareng lo. tapi gue yakin, ntar pasti ada cewek yang sedia nemenin lo kok!" ucap lenka, walaupun tidak rela ada perempuan lain yang akan membahagiakan calum selain dirinya.

"eh len, gue masuk kelas dulu ya. ada pr kimia yang belom gue kerjain. dadah!" pamit calum tiba-tiba. lenka yang sedaritadi menceritakan luke seketika terdiam melihat seseorang yang sebenarnya ia cintai tiba-tiba saja pergi meninggalkan dia seorang diri di kantin.

lalu, tak lama dari kejadian itu, datanglah 2 sahabat lenka.

"eh lo kenapa bengong gitu dah, len?" tanya yang tinggi, bernama elaine. lalu ia duduk di sebrang lenka diikuti temannya yang pendek bernama gishel. "iya dah kenapa lo murung gitu?" timpal gishel.

"gue.. gue tadi cerita ke calum kalo gue pacaran sama luke, biar gue tau dia cemburu apa nggak, tapi sebenernya gue nggak pacaran sama luke, cuma gue deket sama dia, sering chattingan sama dia, semenjak kita sama sama jadi ketua dan wakil pelaksana pentaseni sekolah bulan lalu.. dan ya.. gue cinta sama dia.. tapi gue juga sayang banget sama calum dan kayaknya calum nggak cemburu deh, el, gi." tangis lenka mulai menderas.

bestfriend | cth [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang