RD - It's Always a Relief

6.5K 842 85
                                    









Adalah sebuah ide; bahwa dirinya merupakan alasan kenapa seseorang menjadi tergerak melakukan sesuatu , yang menjadi salah satu alasan Min Yoongi kembali berakhir terduduk di salah satu meja kecil cafè Jimin pagi itu.






Menghirup kembali aroma wangi biji kopi.

Seduhan segar dari hasil terampil tangan Park Jimin yang kukuh menyeduh mereka dengan air panas dengan suhu dua ratus derajat Fahrenheit. Masih dengan standar sempurnanya yang tetap setia dengan kepingan biji kopi, dan menggilingnya tepat detik itu juga.







“Rahasianya ada disini, Yoon.” Jimin berujar dengan senyum tipis, “Kuberitau sesuatu. Alasan kenapa kopi disini menjadi idaman, adalah pada bayiku yang satu ini.” Ia menepuk halus grinder hitam yang berada di sisi meja, menatap si Min dengan kerlingan nakal yang menggoda seraya mengedipkan sebelah mata,

“Tentunya selain diriku. Kuakui, Sembilan puluh lima persen pengunjung disini, memang jatuh cinta pada kopi, selain dengan wajahku.”



“Cuih,” Yoongi mendecih mengejek, senyumnya tersungging meremehkan, “Manusia paling percaya diri yang pernah kutemui.”



“Can’t help it, I’m sexy.”

“Ya, dan lalu? Itu saja?”

Burr menjadikan hasil gilingan kopi lebih konsisten dan halus. Apabila dibandingkan dengan blade grinder. Seperti kedai kopi yang kau lihat di ujung sana,” Ujarnya seraya mengendikkan dagu ke arah luar, “Mampir kesana sekali, dan aku berani sumpah yang aku kecap disana adalah sampah.”

“Tidak sopan, Jimin.”

“Aku serius, Yoon. Disana, bubuk kopinya terlalu kasar. Rasa kopinya menjadi datar,” gerutunya, “Rasio juga penting. Lima belas mili liter air untuk satu gram air. Berlaku juga untuk kelipatannya. Dan disana, aku seperti minum air cucian beras.”

“Masukan satu cangkir kopimu, dan jadikan mereka Kahlua kalau ditambah alkohol.”

“Kopi sempurna milikku untuk sampah semacam itu?” Jimin mengulang, nadanya berujar retoris, “Lebih baik aku menjilat ampas kopi luwak.”










Dan Min Yoongi tertawa kecil disini. Kedua matanya melengkung bagai kucing, juga sunggingan bibirnya yang melebar memamerkan merah muda warna gusi.

Kulit pipi pucat merona bagai buah persik; menjadikan Park Jimin seolah mendapatkan sebersit ide gila untuk membuat campuran antara es kopi arabika dengan sirup raspberry.





“Kau benar-benar suka kopi, gila.” Yoongi berujar disela sengalan tawa, “Aku seperti mendengar celotehan dari seorang kutu buku pecinta matematika dan biji kopi. Terlihat tidak berbahaya alih-alih seorang cassanova.”Jeda, Jimin menyungging senyum mengejek, "Jangan membuatku tertawa, Jimin."


“Untuk menjadi perayu yang sexy, kau harus menyukai kopi.” Ujarnya seraya menghirup aroma fresh-pressed espresso cangkir pertama, “Ah, hari ini juga sempurna.”

“Apanya?”

Jimin menaikkan sebelah alis, “Ini,” Ujarnya seraya mendorong satu shot espresso hingga menyentuh ujung jemari Yoongi, “Mau dicoba?”

“Aku sudah pernah merasakan espresso yang enak, Jimin.” Ujarnya, “Milikmu salah satunya.”

“Aku tau,”








써. ㅡminyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang