Chapter 18 - Don't Leave Me

337 21 0
                                    

Soundtrack : Some To You by Shayne Ward

-

-

Melody melirik pantulan dirinya di cermin. Kakak lelakinya memberitahu kenyataan yang sempat ia lupakan. Keana kesayangan Melody adalah Keana yang sama, wanita yang Luhan cintai. Mungkinkah Luhan masih mencintai Keana? Melody harus mencari tahu kebenaran itu dulu.

Melody berjalan keluar dari rumah sakit, ternyata hari sudah malam. Berapa lama ia di dalam toilet tadi?

"Kau mau pulang?" Suara seorang lelaki menyadarkan Melody dari lamunannya.

"Kebetulan, bisakah aku bicara denganmu?" Tanya Melody.

Luhan mengitari pandangannya, "Dimana kakakmu? Dia tidak menjemputmu?" Tanya Luhan.

"Dia sedang menjemput tunangannya di bandara."

Luhan mengangguk mengerti, "Kau sudah makan?" Melody hanya menggeleng, "Baiklah, kita makan dulu sambil bicara. Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Nanti saja." Ucap Melody, mereka berjalan menuju basement.

Mobil Luhan memasuki halaman sebuah restaurant Prancis. Luhan membukakan pintu mobil untuk Melody. Melody menatap kagum saat memasuki restaurant. Ia memang sering pergi ke restaurant prancis sebelumnya, tetapi ini berbeda. Restaurant ini sangat mewah dan terlihat elegan, dengan balutan warna putih dan emas yang menghiasi dinding, di langit-langit restaurant terdapat sebuah lukisan super besar yang menggambarkan tentang kehidupan orang-orang Prancis zaman dulu, sungguh mengagumkan.

"Kau tidak salah memilih tempat?" Tanya Melody, saat hendak duduk di meja yang telah Luhan pesan.

Luhan mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kau tidak menyukainya?"

Melody menggeleng cepat, "Hanya saja, aku tidak mau merusak suasana di sini."

Luhan menatap Melody heran "Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Luhan.

"Bisakah kita makan dulu?" Tanya Melody.

Luhan memesan makanan, mereka makan bersama dalam kebisuan. Melody tidak terlalu fokus pada makanannya, ia sibuk menyusun kalimat untuk ia memulai percakapan nanti. Luhan memperhatikan Melody, sikap wanita dihadapannya ini sangat aneh. Tidak biasanya Melody menjadi pendiam seperti sekarang. Mereka menyelesaikan makanan, lalu pelayan mengantarkan puding dan buah-buahan segar sebagai makanan penutup.

"Kau bisa bicara sekarang." Kata Luhan tiba-tiba saat Melody sibuk menyantap pudingnya.

Melody berdeham, "Ini enak sekali." Katanya jujur sambil tersenyum, "Baiklah kita serius sekarang." Melody menarik nafasnya dalam, "Aku ingin mengakhirinya."

Luhan mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"

Melody memasang wajah bersalahnya, "Maafkan aku, awalnya aku hanya penasaran dengan traumamu. Kau tahu, aku hanyalah manusia yang haus akan pengetahuan, apalagi Rachel membicarakanmu seakan ia ingin menunjukkan sesuatu yang belum pernah aku ketahui." Melody menatap Luhan hati-hati, "Maafkan aku Luhan, tetapi sejauh ini aku tidak ingin terlibat lagi. Ini terlalu rumit untuk aku pahami, aku tahu kau akan terluka jika mengetahui semua tentangku, aku tidak mau mendapatkan masalah besar denganmu. Aku tidak mau kau lebih membenci orang yang memiliki mata yang sama denganku."

Luhan mengernyit tidak mengerti, "Mengetahui tentangmu apa?" Tanya Luhan, Melody meneguk air liurnya sendiri, "Apa yang tidak boleh aku ketahui tentangmu hingga itu akan membuatku terluka dan membencimu?" Tanya Luhan lebih jelas.

Melody bingung harus menjawabnya, "Aku tidak bisa memberitahumu. Hanya saja, aku ingin berhenti berpura-pura membantumu."

"Kau tidak berpura-pura membantuku Melody." Terang Luhan, ia meraih tangan Melody, "Kau benar-benar membantuku. Kau tahu, aku tidak tersenyum selama tiga tahun, aku tidak makan di luar seperti ini selama tiga tahun, aku tidak membiarkan orang memasuki apartemenku selama tiga tahun. Kau mengubahku dalam beberapa hari. Rachel mengatakan itu bagus, tapi kenapa kau mau berhenti?"

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Where stories live. Discover now