Chapter 2 : Blue Sapphire

3.4K 421 23
                                    

"Aku belum mau menikah, bu." Tolak Sasuke halus, sambil memperhatikan ekspresi kecewa kedua orang tuanya bergantian, bukan maksudnya ingin membuat mereka kecewa tapi Sasuke belum bisa menemukan sosok yang menurutnya cocok untuknya, memang tidak ada yang sempurna di dunia, tapi entah kenapa Sasuke belum menginginkannya.

"Kami sudah mencari sosok gadis yang kami yakin baik untukmu, Sasuke." Kata Mikoto lesu.

"Kau bisa menemuinya dulu, nanti kalau kau tidak merasa cocok, kau bisa menolak." Sahut Fugaku, dan sukses mendapatkan tatapan tajam dari istrinya.

"Dia sudah dewasa, sampai kapan dia tidak mau menikah?!" seru Mikoto kesal dan membuang muka kearah lain.

Fugaku menghela napas panjang, ia melirik sekilas kearah Sasuke yang duduk berhadapan dengan mereka, lalu ikut membuang muka.

Mereka kecewa, Sasuke sadar akan hal itu.

"Maafkan ibu, Sasuke. Ibu tidak mencarikan sosok gadis yang sempurna untukmu, karena gadis yang ibu pilihkan ini memiliki latar belakang yang sangat buruk, ibu tidak mau jika nanti kau merasa malu dan mentelantarkannya, baiklah kau tolak saja." Kata Mikoto kemudian pergi dari ruang keluarga, meninggalkan Sasuke yang duduk terdiam, dan tak lama Fugaku ikut pergi.

Sasuke menghela napas panjang, ia tidak tahu harus bagaimana sekarang, dan entah kenapa dia jari merasa bimbang, ia ingin menerima tapi disisi lain dia tidak ingin menerima.

Sasuke beranjak dari posisinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua, ia berdiri di depan jendela yang memperlihatkan sinar rembulan yang terlihat begitu indah malam ini, Sasuke kembali mengingat saat gadis kecil mendatanginya lalu mengobatinya empat tahun yang lalu. Gadis kecil itu memiliki kedua manik yang begitu indah, blue sapphire.

Sasuke sudah jatuh dalam pesona gadis kecil itu, dan sampai saat ini Sasuke tidak pernah lagi melihatnya, itu karena memang sejak kejadian itu ia kembali ke Amerika dan baru kembali ke Jepang dua bulan yang lalu. Sasuke mengeluarkan cadar berwarna hitam dari dalam kantung celananya.

"Jatuh cinta itu menyakitkan, bukan?" gumamnya pelan seraya memejamkan kedua matanya erat. Mungkin mulai detik ini dia harus melupakan gadis kecil itu dan menemukan gadis lain untuk berada disisinya.

"Maafkan aku." Ucapnya pelan nyaris tak terdengar.

oOo

Naruto baru saja menyelesaikan sholat Isyanya di dalam kamar, kini gadis cantik itu sedang membaca Al-Qur'an dengan suara yang terdengar begitu lembut. Naruto mengakhirinya setelah menyelesaikan empat lembar lalu lanjut menghapal juz 29 hingga jam di dinding kamarnya telah menujukan pukul sembilan malam.

Setelah itu Naruto meletakan Al-Qur'annya di atas meja belajar dan kembali shalat Sunnah witir tiga rakaat sebelum tidur agar hatinya selalu merasa tenang dan tidak gelisah, karena besok adalah acara seminar. Yang mana artinya tinggal beberapa jam lagi dia akan mewakili kelasnya untuk lomba cerdas cermat.

Naruto melipat mukenahnya dan ia letakan di atas meja belajar, kemudian membaringkan dirinya di atas tempat tidur, ia terus menatap langit-langit kamarnya yang di hiasi stiker bintang yang akan menyala ketika lampu kamar dimatikan.

Sebelum tidur Naruto memang sering melakukan hal ini, ia akan mengkoreksi dirinya sendiri, mengingat semua kegiatannya di luar sana, apakah dia pernah melakukan kesalahan dengan orang lain? Jika ada maka besok dia akan meminta maaf kepada orang itu, karena Naruto tidak tahu kapan kehidupannya akan berakhir dan ia tidak ingin membuat orang sakit olehnya.

Lama terdiam memikirkan semuanya, Naruto teringat akan masa lalunya. Ibu yang ia sayangi selalu pulang malam dengan membawa pria berbeda setiap malamnya. Naruto menangis tanpa ia sadari, ia sangat takut sekali kalau disana ibunya di siksa oleh para malaikat, dan karena itulah di setiap sholatnya Naruto selalu mendoakan ibunya, berharap para malaikat mengasihani ibunya.

Married With You [END Tersedia Versi PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang