Horizon |4

26 1 0
                                    

Now play
Butterfly-Jessica,Krystal 🎤🎧

Devan membawa Elisa kembali kekelasnya.Tak peduli bahwa sedari tadi Pak Slamet,guru biologi menatap tajam kearahnya.

"Lo gak papa?"tanya Devan sambil mengelus kepala Elisa.

"Gak papa Kak!"jawab Elisa sambil tersenyum manis.

"Ehm...itu yang didepan pintu bisa gak kalau pacaran diluar sekolah saja?!"

Pak Slamet yang sudah tidak tahan dengan adegan mesra mesraan didepannya,akhirnya membuka suara.Namun sepertinya itu bukan ide yang bagus.Ada satu peraturan yang harus dipatuhi jika ingin selamat berada di sekolah ini.Jangan pernah menegur Devan,ataupun membuatnya marah.

"Situ mau saya pecat?!"Devan berujar dengan ketus.Kalimat singkat yang mampu menurunkan nyali Pak Slamet sampai titik terendah.

"Gue titip cewek gue!"
Devan melangkah pergi,namun kemudian ia kembali berbalik menatap tajam kesemua penghuni kelas 11 IPA.

"Kalo sampai ada yang berani nyentuh cewek gue.Walau cuma seujung kuku...gue bakal bantai kalian!"Devan tersenyum sinis,kemudian melangkahkan kakinya pergi.

Elisa memasuki kelas dengan perasaan canggung.Kelasnya masih dalam keadaan mencekam.Semua siswa maupun siswinya masih sibuk mengatur napas mereka.Bahkan Pak Slamet pun masih diam membeku ditempatnya.

"Elisa..."

"I-ya Pak?" Elisa menjawab dengan hati hati.Apa Pak Slamet akan menghukumnya?

"Tolong bilangin ke Devan,jangan pecat saya!"

Elisa melongo.Ingin dia tertawa melihat wajah Pak Slamet yang dimelas melaskan.Tapi disisi lain dia masih menghormati Pak Slamet sebagai gurunya.

"Oke,Pak!"

-

Elisa menggerutu.Sudah setengah jam dia menunggu di halte bus.Yang ditunggu malah nggak datang datang.Cuaca hari ini sangat panas dan gerah.Demi Tuhan,apa Kakaknya itu ingat kalau dia masih punya adik yang dengan setia menunggunya di halte bus?.Itu memang sedikit lebay.Karena dia tak pernah bersikap semanis itu pada Vero.Kakaknya.Paling paling kalau ada maunya.

Elisa mengibas ngibaskan tangannya.Mencoba mengurangi hawa panas yang seakan akan membakarnya.Dia berjanji kalau Vero belum juga datang dalam sepuluh menit kedepan,dia akan tenggelamkan cowok tengil itu ke kali ciliwung.

Tin tin

Suara klakson mobil membuyarkan lamunanya.Ia mengernyit.Itu kan bukan mobilnya Bang Vero?

Kaca mobil diturunkan,sehingga ia bisa tahu siapa pengemudinya.Dia adalah Devan.Devan tersenyum manis kearahnya.

"Elisa,ayo naik!gue anter!"

"Eee...tapi Kak..."

"Gak usah tapi tapi,pokoknya gue anter!"

Dengan setengah terpaksa Elisa melangkahkan kakinya,mendekat kearah mobil hitam Devan.Sesaat dia bingung.Dia harus duduk dimana?kalau duduk dibelakang,dia takut kalau Devan marah karena merasa dianggap seperti supirnya.Kalau didepan...

"Didepan aja Lis,lo kan pacar gue!"

Rasanya seperti ada berjuta kupu kupu yang terbang diperutnya.Ia bersumpah pipinya pasti sudah memerah sekarang.Dengan gerakan lambat dia membuka pintu mobil dan duduk disamping Devan.Ia merasa gugup,sumpah.

"Lis,soal yang kemarin.Gue minta maaf ya?gue kasar sama lo!"

"Iya."

Devan lagi lagi tersenyum.Sungguh,tidak tahukah dia kalau Elisa bisa terkena diabetes kalau terus dikasih senyum semanis itu.

"Tapi lo tetep pacar gue Lis.."

Devan menarik napas sebentar.

"Karena gue udah setuju dengan syarat lo,gue mau lo turutin tiga permintaan gue..."

"Apa Kak?"

"Pertama,mulai sekarang kita pakainya 'aku kamu'.Biar romantis,hehehe"

Elisa tidak tahan lagi.Dia ingin berteriak kalau pipinya sudah semerah tomat sekarang.

"Kedua,kamu harus turutin semua perintah aku.Yang perlu kamu tau.Aku ini orangnya posesif,pencemburu dan emosian.Intinya kamu harus ekstra sabar ngadepin aku"

Rasa rasanya permintaan kedua Devan,seperti seorang suami yang bebas memerintah istrinya.Tapi tak apalah,toh dia yakin lama kelamaan Devan bakal bosan sama dia.

"Ketiga...ayo sama sama berusaha untuk saling mencintai..."

Mungkin saat itu,nyawa Elisa sudah terbang sampai langit ketujuh.Meninggalkan raganya yang kaku seperti patung.

-

Sesampainya Elisa dirumah,dia mendelik kesal kearah cowok yang sedang tidur dengan nyaman di sofa ruang tamu.Dengan sekali dorongan ia menjatuhkan tubuh jangkung cowok itu hingga mencium lantai.

"Anjirrr,sakit pinggang gue!!"

Hampir saja Vero mengeluarkan sumpah serapahnya,kalau saja ia tidak sedang dipelototi oleh Elisa.

"Eh,adek gue.Dah pulang?"

Elisa mencebik.

"Eh,adek gue dah pulang?enak banget lo tanyanya.Mulus kayak jalan tol!"

Elisa menggapai telinga Vero dan menjewernya.Dia tidak peduli meski nanti telinga itu akan putus.

"Akh..akh lepasin dong!"

"Enak ya?tidur siang pake AC.Lo lupa kalo lo udah janji mau jemput gue?!lo happy disini ngadem,lah gue...panas!!"

Setelah puas menjewer Vero,Elisa pergi kekamarnya dengan langkah dihentak hentakkan.

"Elisa,lo marah sama gue?"

"Bukan cuma marah,gue murka!!!,dan gue bakal aduin lo ke Mama!karena lo gak amanah!"

Vero meringis.Pasti dia akan berakhir diceramahi panjang kali lebar kali tinggi,dipangkat tiga pula.Hadeeeh.

"Yaelah,maafin gue lah.Gue ketiduran!"

Brakk

Elisa membanting pintu kamarnya.Dan Vero hanya bisa pasrah.Poor Vero.Sepertinya tak ada maaf bagimu.

HorizonWhere stories live. Discover now