Part 1

26 3 0
                                    

Ada sesuatu yang berkilat di luar. Kinnie mengamati lewat jendela dapur yang separo membuka. Kilatan itu berasal dari Ford Anglia biru muda yang terkena pantulan sinar matahari, yang pintunya baru dibanting seseorang.

"Kinnie!"

Si pendatang baru berteriak. Orang ini tidak sadar bahwa yang dilakukannya memancing perhatian seekor anjing. Serta merta terdengar suara gonggongan.

"Guk! Guk!"

Orang itu melompat kaget sebelum berlari mundur—kembali ke mobil. Si anjing terus saja menggonggong, jelas bukan satu yang ramah. Kinnie keluar lewat pintu dapur, kesal begitu tahu siapa yang datang. Ia berjalan dengan dagu terangkat, kedua tangannya menyilang, menuju halaman rumahnya yang indah dan bermandikan cahaya matahari.

"Sejak kapan kau memelihara anjing?" tanya Bruce. Kinnie telah sampai di pagar, tapi si anjing belum mau berhenti menyalak. Pemiliknya ogah-ogahan menyuruh anjing itu diam.

"Sejak aku tahu bahwa di dunia ini ada banyak orang yang tak bisa dipercaya. Seperti kau, Bruce!" tukas Kinnie masam.

"Kau pasti bercanda." kata Bruce, "Mobilmu sudah selesai kuperbaiki!"

"Oh ya," kata Kinnie, nadanya sinis. "Kau kira aku rabun?"

"Tiga hari!" semburnya, menirukan ucapan Bruce seminggu lalu, dengan suara yang lebih melengking. "Apa dalam kalendermu seminggu itu tiga hari, Bruce?!"

"Kau tahu aku sibuk," ujar Bruce, mengkeret, kini lebih takut pada Kinnie daripada anjing barunya. "Pekerjaku libur semua."

"Dasar pembohong," Kinnie membuang muka. Ia tak memercayai satupun ucapan Bruce.

Saat itu Grey muncul dan langsung menggendong Gold, anjing miliknya dan Kinnie. Di punggungnya tersampir ransel berisi kuas dan kanvas.

"Kau lihat! Keponakanku harus bolak-balik jalan kaki karena tak ada yang bisa digunakan untuk mengantar-jemput!" kata Kinnie. Bruce semakin merasa bersalah.

"Sudah, Bibi, sudah. Aku nggak apa-apa." kata Grey, mengelus-elus Gold, yang kini sudah berubah menjadi anjing manis, walau matanya masih mengawasi Bruce. "Tak perlu takut, Paman." kata Grey, mencoba mendekatkan Gold pada Bruce, tapi anjing itu langsung menggeram. Grey buru-buru menjauhkannya.

"Turun dari mobilku, laki-laki pemalas," Kinnie berkacak pinggang. "Turun!"

Bruce menurut. Ia turun dari Ford Anglia itu dengan enggan, agak was-was dengan Gold. Sebutir keringat mengalir jatuh dari jidatnya yang tebal.

"Pulang sana!" usir Kinnie, tapi Bruce bergeming.

"Apa kau tak ingin mengundangku masuk? Barangkali ngobrol sebentar? Aku tahu—"

"Untuk apa? Supaya kau bisa mengotori lantai rumahku? Jawabannya adalah tidak, Bruce. Aku muak dengan omong kosongmu. Pergi."

Bruce berpikir sejenak. . ia tahu sebaiknya menuruti Kinnie. Sekarang bukan waktu yang tepat. Ia akan mencoba berdamai dengannya nanti. . ya, itu ide bagus. Bruce berbalik.

"Tunggu, Paman akan jalan kaki? Biarkan aku mengantarmu!" Grey mengusulkan, tapi Kinnie tidak setuju.

"Biarkan dia, Grey, supaya dia tahu rasa! Biarkan dia tahu susahnya jalan kaki!"

Bruce lebih memilih menanggapi ucapan Grey. "Oh, nggak. Tak perlu kuatir, Nak. Phil akan menjemputku di pertigaan Vairemons, kami sudah janjian." Ia melirik Kinnie.

"Tentu saja. Janda yang kau kencani pastilah punya keponakan juga." ujar Kinnie. Grey melihat bibinya berusaha keras untuk tidak terdengar cemburu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AngliaWhere stories live. Discover now