8 - Aku Populer

7.7K 678 34
                                    

Ernest's POV

Pagi ini aku mandi untuk pertama kali nya dalam seminggu ini, Cameron membawakan ku sabun, sampo, sikat gigi, sisir, pengering rambut, pakaian wangi tapi itu semua miliknya jadi kukira sedikit kebesaran. Dia menunggu ku di meja bar.

Aku mengenakan t-shirt kuning polos dan jaket abu-abu yang kebesaran dan membuat aku terlihat lebih gemuk, juga masker sekali pakai, dan topi. Sentuhan terakhir aku mengenakan sepatu converse yang sudah kumuh, mungkin ini sepatu jaman dia SD.

Lalu aku keluar dari gudang itu. Cameron dengan kaus biru tua dan jaket putih memandangku beberapa saat.

"whoa! extreme make over!" teriaknya penuh tawa, aku cuma mengabaikan nya.

***

Kami didalam mobil Cameron. Tanpa satu patah kata pun, menuju kantor polisi.

"kau tau, kau terlihat keren hari ini, Ernest" katanya kemudian dengan senyuman menawan bertebaran diseluruh area mobil.

"Kau seperti para stylist bawahan Cinna dari The Hunger Games, kau mendandani ku untuk kematian ku? agar terlihat bagus di tv?" kata ku menatap jendela.

Cameron terdiam, senyuman menawan nya tidak memantul ke kaca lagi. Hilang.

"Aku tidak akan membiarkan mereka membunuh mu, Ernest Dagna" katanya,

"Jangan panggil nama ku dengan nama belakang nya, Cameron Dallas." ucap ku dingin.

"Aku akan melindungi mu, dan sebenarnya itu adalah tujuan pertama ku ketika pertama kali melihat mu." Katanya tanpa melirik kearah ku.

Hati ku yang keras, mendapat sentuhan lembut.

"Kenapa? ini juga mengancam nyawa mu, Cam" tanya ku meliriknya.

"Karena..." jawabnya. oh bahkan itu bukan jawaban, "Ernest, apapun yang terjadi aku ingin kau tidak jauh dari ku, oke? Para polisi pasti melindungi mu, Ernest, aku berjanji, tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

Lucu bukan? ketika seseorang mempertaruhkan nyawa nya untuk mu yang bahkan kau tidak tau warna favoritnya.

Aku cuma terdiam dengan tatapan kosong. Cameron tidak mengerti betapa keras kepala nya ayah ku, dia pasti membunuhku. Aku melirik jam, pukul 11, artinya kami sudah 1/2 jam berada di mobil.

Dan pada akhirnya kami sampai. Cameron meraih tas punggung hitam nya yang berada di jok belakang, dan aku memandangi kantor polisi itu sambil terus memikirkan apa keuntungan dan kerugian yang akan ku dapatkan setelah melapor.

Cameron memakai tudung di jaket nya, lalu menatap ku. "Kita akan baik-baik saja, oke?"

"Entahlah" jawab ku singkat sambil menutup tudung jaket ku juga dan kami keluar dari mobil.

Cameron masuk duluan dan kami langsung di sambut pria dengan seragam polisi dengan kulit kehitaman, "Ada masalah, guys?"

"Kami mau melaporkan kejahatan, sir. Ini sangat penting. Teman ku hilang kemarin, dan aku mendapat kan ini di dekat toko," Cameron menunjukan pesan dari ayah ku yang ditemukan Jacob waktu itu.

"Ikut aku," katanya.

Pria ini membawa kami ke kantornya, aku dan Cameron duduk sambil membuka tudung dan kacamata hitam. Polisi itu menyodorkan kertas pada Cam, dan Cam mengisinya.

"Cameron Alexander Dallas," eja sang polisi.

Cam menyodorkan lagi kertas itu, "Apa yang mau kau laporkan?"

Cameron menoleh ke arah ku yang sudah putus asa. Dia memandang ku sekitar beberapa detik tapi aku pura-pura tidak menyadarinya.

"Pertama, aku permisi menutup tirai nya." Cam berdiri dan menutup tirai diruangan kecil ini, membuat ruangan ini kurang pencahayaan. Lalu dia kembali duduk di samping ku.

Opposites [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang