Part 1
" B U L A N "🌜
Di kamar yang besar, bahkan sangat besar dengan nuansa putih yang memiliki pintu kaca yang sangat besar untuk menuju balkon di kamar tersebut terisi dengan kesedihan. Ada seorang perempuan cantik yang baru saja selesai mandi dengan rambut yang sengaja di ikat tinggi dengan acak serta menggunakan gaun putih yang longgar dengan perut yang sudah mulai membesar.
Perempuan itu duduk di sisi kiri kasur yang langsung menghadap pada pintu kaca yang sangat besar, sebelum menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia lelah dengan situasi ini. Situasi yang menurutnya tidak akan pernah selesai sampai kapanpun.
Tiga bulan sudah dia hidup di rumah ini dengan status yang berbeda. Bukan lagi menjadi seorang tamu seperti dulu, tapi kini statusnya sudah menjadi menantu di rumah ini.
Ayah, Bunda. Apa kalian melihat diriku dari sana? Aku merindukan kalian.
Perempuan itu selalu seperti ini di setiap pagi. Duduk di sisi kiri dan melihat ke arah langit lewat pintu kaya yang transparan tersebut. Perempuan itu selalu mengutarakan kata-kata rindunya untuk kedua orangtuanya, seakan akan orangtuanya akan selalu mendengar ucapannya.
"Kak Bulan, Mama suruh untuk turun." Perempuan cantik dengan rambut pirang tersebut masuk tanpa memberi aba-aba sehingga membuat perempuan yang di panggil Bulan tersebut terkejut dan tanpa sadar menjatuhkan ponsel yang dipegangnya.
"...." Bulan menatap perempuan tersebut sejenak sebelum bangun dari posisi duduknya untuk menggapai ponselnya.
"Maaf Kak, aku tidak sengaja." Ucapnya dengan langkah yang cepat agar bisa membantu Bulan yang ingin mengambil ponselnya di bawah kolong kasur.
"Tidak masalah Anya, ini bukan salah kamu. Aku tadi melamun jadi tidak sadar kalau kamu masuk." Ucap Bulan sambil mencoba mengambil ponselnya dan menjaga perutnya agar tidak terantuk dengan benda yang keras.
"Biar aku saja Kak." Ucap Anya dengan sigap langsung menggatikan posisi Bulan, tidak menunggu waktu yang lama ponsel Bulan sudah kembali di tangan Bulan.
"Terimakasih." Ucap Bulan tulus pada adik iparnya.
Jika di tanya apa Bulan iri dengan perempuan yang sedang berdiri dan tersenyum di depannya saat ini? Ia, Bulan menegaskan dengan jelas ia iri dengan Anya. Umur keduanya tidak beda jauh namun keadaan keduanya jauh berbanding terbalik.
Anya yang sibuk mengejar tahap koass untuk mendapat gelar dr. (dokter), namun Bulan? Dirinya sudah mendapatkan gelar, namun semuanya terasa sia-sia saat ini.
"Lebih baik kita turun sekarang sebelum Mama mulai mengomeliku karna kita tidak kunjung turun." Ucap Anya dan membuat Bulan tersenyum.
Bulan selalu berharap senyumnya tidak pernah luntur, tapi fakta selalu berkata lain. Melihat keadaannya saja sudah pasti tidak bisa membuat Bulan senyum. Senyum yang ia tunjukan saat ini hanyalah topeng yang ia gunakan.
"Hati-hati Kak." Ucap Anya sambil memegang tangan kanan Bulan dan membantu menuruni setiap anak tangga, hingga ahkirnya di anak tangga terahkir.
"Terimakasih An." Ucap Bulan saat sudah sampai di lantai dasar.
"Sama sama Kak." Ucap Anya.
Bulan dan Anya berjalan kembali ke tempat sarapan. Halaman luas dengan banyak tanaman yang di tanam oleh mama mertua Bulan-Vivi.
"Pagi sayang?" Sapa Vivi pada menantunya dengan senyum indahnya.
Tidak bisa Bulan pungkiri lagi, menurut Bulan kecantikan Anya berasal dari Vivi-mama mertuanya sedangkan Max-suami, Bulan yakin apa yang Max miliki di wajahnya berasal dari papanya-Pras walaupun Bulan jarang sekali melihat Papa mertuanya, karna Papa mertuanya hanya pulang sekali sebulan dari luar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN (END)
ChickLitBulan sosok yang terlahir dengan sejuta kasih sayang, namun pada ahkirnya ia kehilangan sejuta kasih sayang tersebut. Takdir mempermainkan dirinya dengan baik, menyisakan kesedihan di dalam kehidupannya. Menyisakan goresan-goresan yang tidak ia keta...