46. [MELODI]

1.4K 63 1
                                    

Setelah selesai melukis, sesuai janjinya? Rama mengajak aku ke suatu tempat. Sedari tadi di jalan aku sudah terus mengoceh. Namun Rama hanya terkekeh saja. Katanya aku benar-benar beda. Dia bilang, "Ada jin apa di tubuh kamu? Kamu beda banget ya Mel," dan aku hanya mengernyit bingung.

"Nah, sampai," ah, akhirnya sampai. Aku dan Rama turun dari taksi dan berjalan seraya membawa lukisan yang tadi kami buat.

Tiba-tiba langkahku terhenti membuat Rama menoleh ke belakang.

"Ayo, kok berhenti?" Rama menghampiriku.

"Ram... ini... bukannya tempat... tempat pameran yang dulu..." aku memegang kepalaku. Kok tiba-tiba pusing ya.

Rama langsung mendekapku. "Hey, Melo, kalau kamu nggak ingat semuanya nggak apa-apa. It's okay. Jangan paksain diri kamu,"

Aku mengangguk dipelukannya. Rama langsung melepasnya dan menuntunku lebih dekat ke dalam pameran itu. Aku berjalan di samping Rama. Dengan tangan Rama menggenggam tanganku erat. Ah, aku sama sekali tidak bisa menahan senyumku.

"Melo," Rama berhenti dan menatapku.

Aku pun ikut berhenti dan menatapnya. "Iya?" Aduh, kenapa aku jadi gugup begini?

"Aku boleh?" Katanya ambigu.

Aku mengerutkan dahi. "Boleh... apa?"

"Boleh, aku nuntun kamu untuk ngingat semuanya?"

Mendengar itu aku langsung mengangguk mantap. "Kenapa enggak?"

Lalu tanpa disangka, Rama menarikku lebih cepat dan menunjukan lukisan yang benar-benar sebelumnya nggak aku pikirkan.

Dia melukisku. Itu aku.

Ya ampun, bahkan lukisan itu lebih cantik dibanding aku.

Aku jadi ingat ucapan Rama.

"Kamu adalah objek yang pantas untuk aku lukis,"

"Melo!"

Aku terkesiap. Lalu menatap Rama dengan penuh senyuman.

"Bener kan yang aku bilang?"

"Ha? Apa?" Aku pura-pura nggak tahu.

Rama menghela napas panjang.

"Kamu, objek yang pantas untuk aku lukis. Dan, yang pantas untuk ngisi ruang kosong di hati aku."

Aku tersenyum puas dan memeluk Rama erat.

~~~END~~~

PAINTED // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang