16. Sebuah Kebersamaan

489 61 8
                                    

Mendung melanda kota Seoul, perlahan gerimis memasahi jalanan beraspal, seolah membersihkan segalanya. Membuat jalanan seolah sibuk karena tanpa persiapan.

Dan disinilah mata bulat itu memandang, untuk pertama kalinya ia merasakan hujan di kota kelahirannya. Seoul, Korea Selatan.

Mata bening kecoklatan dan sedikit abu-abu itu menatap lurus kearah jalan raya, memandang keramaian orang berlari meneduh.

"Appa, aku tunggu dihalte bus." Suara Sung Gyu memecah sunyi dalam hujan yang lama kelamaan semakin deras.

Dua puluh menit berikutnya wajah tampan itu muncul dari sebuah mobil dengan sebuah payung. Melindungi dirinya dari hujan.

"Kau lama menunggu?" Suara beratnya terdengar menenangkan.

Mata bulat namun terkesan tajam itu tersenyum menggeleng, ia sudah biasa menunggu lama untuk appa. Ia hanya berharap suatu saat nanti orang didepannya ini akan sadar bahwa ia adalah anaknya.

"Sudah makan?" BanKe kembali bertanya.

"Not yet." Sekali lagi sebuah senyum tersungging dibibirnya.

Entah kenapa, ia merasa sikap appa-nya mulai terlihat jauh lebih hangat meski ia tahu BanKe menyanyanginya. Hanya saja mata itu benar-benar menatapnya penuh kasih sayang dan sebuah rindu yang sama seperti yang diperlihatkan eomma-nya.

"Appa kwencana?" Mata itu menyelidik.

Sesaat BanKe terdiam, tersenyum dan mengangguk ragu. Ia sendiri ingin sekali mendekap tubuh itu erat, melepas rindunya dan memberikan segala hatinya saat ia tahu bahwa Sung Gyu adalah anak kandungnya.

Hanya saja ia masih melihat batasan itu, sebuah batasan yang dipasang Joon Hee untuknya tak melewati batas yang ia sendiri tak yakin Sung Gyu sudah mengetahui atau tidak jika dirinya adalah ayah kandungnya.

"Mau makan apa?" Ia berusaha untuk tetap tenang.

"Hem," Mata itu berputar lucu, membuat BanKe ingin sekali menciumnya sebanyak mungkin.

Setalah ia tahu jika Sung Gyu adalah anaknya sendiri, dan menyadari kebungkaman Joon Hee membuat dirinya tak tahu harus bersikap apa. Ia hanya tak berharap Joon Hee mengetahui ia mulai menguak rahasia yang disembunyikan namja cantiknya itu.

"Aku mau pizza, es coklat penuh krim vanilla dan burger ukuran besar." Ocehnya.

"Baiklah, kita pergi sekarang." BanKe mengangguk.

Mata itu menatap ragu antara jalan raya yang diguyur hujan dengan payung yang sedang dipegang BanKe.

"Wae?" Mata tajam BanKe menatap bingung.

Sejurus kemudian Sung Gyu berdiri, bergerak naik keatas bangku halte, mengulurkan tangannya memberi isyarat minta gendong.

Tawa kecil BanKe terkembang, meraih tubuh itu dan menggendongnya, membawa bocah itu masuk kedalam mobil.

"Aku tidak mau sepatuku basah." Ucapnya saat BanKe mendudukkannya dijok kursi samping supir.

"Ne, arraseo." BanKe mengangguk, tersenyum hangat, membelai rambut itu lembut sembari memasangkan sabuk pengaman.

BanKe kembali kekursi pengemudi, menghidupkan mesin mobil dan kembali melajukan mobil menuju restoran cepat saji. Mencari menu yang diinginkan Sung Gyu.

Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasakan hati yang penuh kesenangan dan kebanggaan yang akhirnya membuat dirinya merasakan menjadi seorang ayah.

MY FLOBOY (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt