LOVE IS.....

65 5 0
                                    

.

.

.

.

"Siftmu sudah selesai yah? Cepat sekali hari ini berlalu yah."

Sosok yang diberi pertanyaan hanya mengangguk singkat lalu kembali mengikat tali sepatu putihnya, setelah selesai mengikat tali sepatunya perempuan itu berdiri dan mamandang sekilas pada sosok yang berbicara dengannya tadi.

"Aku duluan." Ujarnya sambil tersenyum ala kadarnya dan pergi melewati laki-laki sebaya dengannya tersebut lewat pintu belakang.

Sang laki-laki hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak berubah sama sekali."

Suara kekehan terdengar dari sampingnya. "Apa yang kau harapkan dari perempuan Indonesia itu, heh?"

Sebastian memandang pria paruh baya yang menyandang sebagai koki utama restaurant ia bekerja sekarag. "Dia sudah tiga bulan disini dan dia masih saja tertutup dengan kita semua."

"Mungkin kepribadiannya memang seperti itu." celetuk suara seorang perempuan dengan aksen Prancis yang kental. "Sudahlah berhenti membicarakan orang, kita masih memiliki puluhan pengunjung yang kelaparan. Ayo kerja kerja kerja."

Setelah mendapat perintah dari sang pelayan cantik asal Prancis bernama Stella, Sebastian dan sang koki utama kembali ketempat masing-masing.

.

.

Sosok perempuan muda itu memandangi jalanan setepak disekelilingnya dalam diam. Jam sudah menunjukkan angka 7 malam jadi tidak heran jika banyak pasangan disepanjang jalanan kota Urbino, Italy. Italy adalah salah satu Negara yang penuh akan turis dan salah satu kota yang penting di Italy selain Roma adalah Urbino. Urbino sendiri adalah salah satu provinsi yang ada di Italy. Kota ini begitu penting untuk Italy karena peninggalan sejarah yang mengagumkan dari budaya Renaisans jadi tidak heran jika banyak turis yang mendatangi kota ini.

Mata hitamnya memandangi gedung-gedung yang terbuat dari bata itu namun masih sangat kokoh dan penuh dengan artistic.

Kaki kurusnya memasuki gang menuju gedung apartemennya, apartement? Well, jika di Indonesia mungkin dinamakan kost-an, kata apartement terlalu rich untuk gadis asal Indonesia itu.

"Selamat sore, Ade."

Perempuan muda itu menghentikan langkah kakinya dan memandang kearah suara yang memanggilnya. "Sore, Bianca."

Sosok yang dipanggil Bianca itu tersenyum, Bianca memiliki usia tiga tahun lebih muda darinya.

"Kau pulang aku berangkat, shiftmu selesai shiftku dimulai. Aku selalu berharap memiliki shift yang sama denganmu." Keluh Bianca.

"Mungkin lain kali." Jawab Ade.

Gadis Italy itu cemberut mendengarnya. "Lain kali itu kapan, mungkin kau sudah tidak disini."

Ade hanya diam tidak menjawab, dia tidak tahu mau menjawab apa, gadis Italy didepannya ini adalah orang pertama yang menyambutnya saat dia baru menginjakkan kaki di kota ini.

"Sudahlah lupakan percakapan tidak terlalu penting ini, lagipula aku harus segera bekerja sebelum terlambat. Bye."

Ade tidak menjawab hanya mengangguk singkat lalu kembali melanjutkan langka kakinya. Dia dan Bianca memang bekerja ditempat yang sama namun memiliki jadwal shift yang berbeda. Jarak yang ditempuh dari tempat kerjanya ke apartementnya itu hanya lima menit dengan berjalan kaki.

Tanpa terasa dia sudah ada didepan pintu apartementnya yang bernomor 46, kamar yang sudah ia tempati dikota ini selama tiga bulan terakhir ini.

Kamar yang ia tempati tidaklah besar dan hanya berisikan kasur single bed, kamar mandi, lemari kayu, lemari es kecil dan dapur kecil tapi sudah cukup untuk dirinya yang hanya tinggal seorang diri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LOVE Is....Where stories live. Discover now