Bab 5 - Ajakan

59.7K 4.4K 109
                                    

"Kecerobohan hanya berujung pada penyesalan. Dan akan memunculkan dua pilihan, memperbaiki atau menyerah"

- Dinda Larasati

**

Tingkah Dinda semakin aneh, dan Beca tak menyukainya. Perasaannya juga terus tak enak jika mengingat apa yang terjadi pada Dinda.

Dinda belum cerita apapun padanya dan itu membuat Beca belingsatan sendiri karena menahan segala geramnya pada Dinda yang begitu bodoh menyerahkan kehormatannya begitu saja pada Kevin.

Bukannya Beca sok suci, walaupun ia sering keluar masuk club malam dan kadang juga menginap di rumah Leon dengan alasan pada orang tua kerja kelompok, tak pernah Beca biarkan Leon menyentuhnya melebihi batas. Mentok gandengan tangan, pelukan dan cium di kening. Selebihnya Beca menjaga keperawanan Bibir dan yang lain hanya untuk orang yang sangat Beca cintai, sudah pasti suaminya kelak.

Dan punggung Beca menegang, menyadari sesuatu yang Beca abaikan karena si culun tampannya itu. Kemarin saat Beca delosoran dengan Dinda, cerocosan Dinda yang tak digubris Beca karena pikirannya kalut akan perselingkuhan Leon juga si culun yang lewat dihadapannya.

"Gue nginep di rumah kevin loh, semingguan kemarin. Orang tuanya diluar kota, trus gue ngomongnya ke mama papa gue nginep di rumah lo. Haha" ucapan Dinda terlintas begitu saja, sial. Dan seakan disambar petir di siang bolong, Beca mengumpat saat suara Dinda yang kemarin curhat berputar lagi di kepalanya,

"Gue takut awalnya, tapi dia bilang gapapa. Duh bee, pantes lo betah nginep di rumah leon mulu. Rasanya seasik itu ya" Sial.

Dinda secara tak langsung sudah menceritakannya pada Beca, namun hasil perbuatan Dinda itulah yang mungkin belum sanggup Dinda ceritakan pada Beca. Mata Beca melirik sekilas pada Dinda yang tak bergerak diposisinya sejak pagi, bertopang dagu dengan tatapan kosong ke papan tulis di hadapannya.

"Din.. Lo kenapa? Ada masalah? Coba cerita.. Dari pagi lo gini, ada gue tempat lo cerita din" ada hembusan berat dari mulut Dinda, tatapannya kini beralih pada Beca. Matanya memerah menahan tangis, sungguh Beca tak tega melihat Dinda serapuh ini. Dinda itu perempuan terkuat yang pernah Beca kenal, gak mudah nangis dan selalu menghadapi masalahnya sendiri dengan tenang tanpa percik emosi berlebihan yang membuatnya rugi. Sahabat yang selalu bisa Beca andalkan,

"Gausah sok gangerti. Lo udah denger kemarin kan?" Tubuh Beca membeku, matanya melotot tak percaya. Dinda tau kalau Beca mendengar pembicaraannya kemarin, walau tak sampai selesai tapi Beca mengerti inti permasalahannya.

"Din.. Sorryy.. Gue--"

"Gaperlu minta maaf, lo sahabat gue. Lo berhak tau,"

"Dindot.." lagi-lagi Dinda menghela nafas berat, mungkin memang ini murni kesalahan Dinda karena ceroboh dan tak memikirkan konsekuensi atas tindakannya dengan Kevin kemarin, tapi melihat sahabatnya yang kebingungan tentu membuat Beca iba.

"Bentar lagi ujian nasional, tiga bulan lagi. Selama itu kita sembunyiin semuanya, gak akan ketauan. Gue bakal bantuin lo, tenang aja" Beca berbisik pelan pada Dinda, dengan mengusap punggungnya pelan. Memberi ketenangan sendiri pada Dinda,

"Thanks Bee, gue gatau bakal kayak gimana kalo gaada lo"

"Sebenernya ada seseorang yang bilang sama gue, gue harus dukung sahabat sebisa yang gue mampu kalau gue gamau kehilangan, dan yaa gue gamau kehilangan lo"

"Si cupu?" Dinda mengernyitkan alisnya dengan menahan senyum jahil ditengah wajah sembabnya, Beca memutar bola mata malas namun diam membenarkan. Setelahnya muncul seringaian dari Dinda,

"Si cupu itu jago juga, bisa naklukin benteng Beca yang gak pernah mau dengerin saran orang. Leon aja kalo nyaranin lo, kudu disogok susu pisang dulu baru manut" Setelahnya Dinda tertawa melihat wajah memerah Beca menahan emosi, tak lama Beca juga ikut tertawa. Senang karena Dinda kembali ke sikap biasanya, dalam hati Beca terus berdoa agar Dinda tak terkena masalah dengan ketauan guru tentang kehamilannya, setidaknya sampai ujian nasional dan tetekbengeknya selesai. Pasti Dinda akan hancur kalau harus berhenti paksa dari sekolah dan berujung tak punya ijazah. Se bitchynya mereka berdua, ijazah sudah pasti penting untuk daftar kuliah dan bekerja. Dan Beca tau, keluarga Dinda tak semampu keluarga Beca yang mungkin bisa dibilang sederhana itu.

Dinda yang merupakan satu-satunya harapan untuk menaikkan derajat orang tua justru melakukan kesalahan sefatal ini yang sayangnya karena kecerobohannya sendiri.

**

Satria mungkin akan mengumpat keras-keras sekarang, tapi karena posisinya kini di kelas dan juga kelas sedang ramai Satria memilih diam dan mendesis tajam.

Matanya menatap emosi pada benda layar datar yang berada dalam genggamannya itu, sejak semalam Beca tak henti-hentinya menyerbu Satria dengan pesan singkat recehnya. Membuat Satria bertekad sepulang sekolah nanti membeli nomor baru, sehingga hidupnya akan tenang tanpa diganggu Beca Lebah itu.

Lebah : Satrinah, gue kurang sabar apalagi sih sama lo. Dari semalem lo anggurin chat gue

Lebah : Beca tuh ga bisa diginiin. Lo jahat banget sih. Gatau apa kalo rindu itu berat

Lebah : Satrinaaahh. Bales ga, kalo ga gue ke kelas lo sekarang!

Sekampret.

Satria : lo kesini gue gorok pulang nanti!

Lebah : aww. Mau dong digorok, ihir abang satri bales 😘😘😘😘😘😘

Satria : idup lo kebanyakan makan micin. Ga faedah, otak lo juga rusak

Lebah : waw. Si abang ngetiknya panjang. Aduh eneng beca jadi terharu

Satria : buruan apa mau lo

Lebah : nanti kan malem minggu pan ya bang, beca mau dong diapelin sama abang. Yahh 😘😘

Baru saja Satria ingin membalas dengan sumpah serapah dan makian, pesan selanjutnya membuat Satria menggebrak meja kuat-kuat. Membuat anak satu kelas berhenti pada aktifitasnya masing-masing dan menatap horor pada Satria yang tiba-tiba emosi dengan nafas terengah itu, dengan cepat Satria keluar menuju toilet untuk mendinginkan kepalanya.

Beca : lo tolak, sekarang juga bakal gue umumin ke semua orang kalo kita pacaran. Lo tau kan ga susah buat gue nyebar gosip. Muehehehe 👿👿💃💃

Beca terkikik sendiri dengan pesan yang ia kirim barusan, baru 2 hari Beca mengenal Satria tapi sudah membuat Beca mengetahui kelemahan si culun ganteng itu, Satria benci menjadi pusat perhatian. Tapi Beca tak mengerti, kenapa harus menyembunyikan diri? Siapa sih yang ga suka terkenal di dunia ini? Dan pertanyaan sampah di otak Beca itu buyar begitu saja,

"AKHIRRNYAAAAAA!" Beca berteriak kegirangan, tak mempedulikan tatapan aneh satu kelas. Hatinya berdegup tak karuan, hanya karena sebaris pesan singkat dan parahnya dari orang yang tak pernah Beca duga mampu membuat Beca sepuas ini, bahkan bayangan Leon sudah sirna tak berbekas,

Satria : jam 7 gue jemput

🍁🍁🍁

Mumpung nganggur, jadi aku up lagi yee. Hehe

MIRACLE [Completed]Where stories live. Discover now