The Scenery is Burning Me

575 66 3
                                    

Disclaimer: As always all characters, location, etc. belong to J. K. Rowling and others (except a few which are obviously my own invention.)

Warning: AU, OOC.

I hope... you all enjoy this story! Don't forget to vote and comment! ^_^  

🌼🌼🌼

Di antara orang-orang yang tergeletak mati, suasana berat menggantung bau kematian. Pada dinginnya udara, tanah tak bernyawa itu menggelar visi kematiannya. Di dalam jantungnya, Hermione merasakan suatu rasa sakit kesepian mulai tumbuh, jenis nyeri yang sangat instan menelan dan tak pernah meninggalkanmu, nyeri yang akan kau derita bila kau tahu kau hanya bertahan sendiri.

Perang sudah lewat. Saatnya menghitung jumlah korban.

Satu... dua... tiga...

🌼🌼🌼

Tentu saja mereka semua telah memperingatkan bahwa ini mungkin saja terjadi. Mereka sudah diperingatkan. Ketika Dunia Sihir akhirnya berpikir: akan sangat sulit menaklukan Voldemort. "Kirim Harry dan Dumbledore ke luar sana, biarkan mereka yang berperang dan kita pasti akan baik-baik saja."

Hermione hanya mendengus saat mengingat itu.

Pertama-tama, Dumbledore meninggal. Tewas disergap para Pelahap Maut itu di tahun keenam mereka. Hermione ingat efek dari semua hal ini pada Harry.

"Hermione, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa yang sudah terjadi pada mereka semua? Mereka telah membunuh kesempatan terakhir kita!" mata hijaunya berkata begitu panik. Hermione ingat saat bahunya begitu terguncang...

Hermione, ini tidak adil... tidak adil... mereka telah membunuh harapan kita!

Dan Hermione ingat bagaimana ia berbalik kepadanya dan menjawab apa pada saat itu, ia berpikir itu adalah pilihan jawaban yang paling bijaksana. Sesuatu yang akan memperkuat keyakinan Harry tentang hidup, tapi sayangnya itu malah menghancurkan saja. Sia-sia.

"Harry, kau adalah harapan terbaik kami!"

Eugh. Briliant Hermione. Jenius Hermione. Huh, Hermione Bodoh! Ini langkah pertamanya dalam berbicara tanpa berpikir ke depan. Dia entah bagaimana berpikir kata-katanya itu akan membangun kepercayaan diri sahabatnya.

Voldemort di sisi lain tak pernah segan-segan. Sekalipun, sasarannya sedang terikat di lantai, atau sangat lemah pada saat serangan, dia tak pernah mau ambil peduli, dia selalu yakin dirinya akan menang. Jadilah ketika Harry sudah di ambang kematian pun, Voldemort masih akan tetap membunuhnya. Tak ada keraguan dalam menyerang sekelompok anak-anak yang ceroboh, atau yang mereka sedang tak berdaya dalam tidurnya.

"Kita akan menang, aku yang akan pergi mencarinya, membunuhnya langsung!" Hermione masih ingat bagaimana api hijau di matanya, di mata sahabatnya. Begitu memusingkan dan rumit suasana saat itu, ia sendiri tak tahu harus bagaimana menjawabnya.

"Harry kau gila!" Ron yang berteriak marah, "Ini gila, kita hampir mati kehabisan tenaga saat ini!"

"Apa? Jangan kau pikir aku lemah! Aku cukup kuat untuk mengakhiri ini, Ronald!" Lebih banyak api, membakarnya, terus memeluknya dan semakin menyakitinya.

"Tidak!" Hermione yang berteriak tak masuk akal. "Harry, kita selalu bersama-sama. Lebih dari apa yang kita mampu... kita bersama; kau, aku, dan Ron di sini," dia memberi isyarat kepada Ron untuk kembali tenang. "Orde akan membantu kita melewati ini," Hermione memohon, tapi diacuhkan begitu saja.

The Scenery is Burning Me ✓Where stories live. Discover now