EPILOG

7.2K 391 9
                                    

"Aku tidak mengerti mengapa Artemis juga memanggil Mum, Mummy," celoteh anak lelaki yang usianya baru saja menginjak enam tahun hari ini, pada ibunya yang sedang mengaduk adonan kue. "Maksudku.. dia bukan adikku kan? Oh tentu saja dia bukan! Mana ada adik kakak lahir pada tanggal yang sama, ya kan, Mummy? Dia bahkan tidak tinggal di sini. Lagipula, aku senang menjadi anak tunggal. Aku tidak ingin memiliki adik, Mum."

Elena terkekeh. Ia menuangkan adonannya ke loyang kue dan memasukannya ke dalam oven. "Jangan egois, Ares. Pergilah bantu Daddy. Dia pasti kesulitan menghadapi temanmu."

"Teman? Aphrodite bukan temanku, Mummy. Dia gadis yang cerewet dan menyebalkan. Lagipula dia masih berusia empat, masih sangat anak kecil. Aku tidak mau berteman dengannya," balas Ares yang diikuti tawaan Elena.

"Jangan berkata seperti itu, Ares. Aphrodite gadis yang cantik dan baik. Lihat saja saat kalian dewasa nanti. Kau bisa saja tergila-gila padanya."

"Mummy menyebalkan. Aku pergi saja. Selamat bersenang-senang membuat kue ulang tahunku dan Artemis!" Anak itu kemudian pergi meninggalkan ibunya sambil bermain video game yang ada di genggaman kedua tangannya.

Elena hanya tersenyum saat dirinya mengintip keluar jendela dapur mansion mereka dan melihat Ares sedang menarik-narik Tristan menjauh dari Aphrodite.

---

"Siapa yang mengundang gadis aneh ini?" Ares melirik sinis Aphrodite yang sedang menikmati kue ulang tahunnya. "Aku," Artemis menjulurkan lidahnya, "ini juga ulang tahunku. Jangan egois, Kakak!"

Ares meletakkan piring kuenya dan menatap tajam Artemis. "Siapa yang kau panggil kakak? Aku anak tunggal dan selamanya akan menjadi anak tunggal! Mummy Elena adalah mummy-ku dan Daddy Tristan adalah daddy-ku! Jangan mengaku-ngaku jadi adikku, Arts!"

Mata Artemis berkaca-kaca. Gadis itu akhirnya menangis, menjeritkan sang ayah.

Sementara Ares masih dengan santai menikmati kuenya, pria berjas dan berparas tampan itu segera menghampiri putrinya panik. "Ada apa, Arts?" Xerxes Kenley berjongkok untuk mengelap air mata putrinya dengan sehelai tisu.

"Ares.. Ares bilang aku bukan adiknya!" adu Artemis sambil menenggelamkan wajahnya ke pelukan Xerxes.

"Astaga. Anakku ini benar-benar..," Xerxes menghela napas, "baiklah. Kalian tunggu di sini sebentar. Papa akan memanggil Mum dan Dad dulu."

Sementara Artemis dan Tristan saling adu tatap, Aphrodite hanya diam sambil terus menikmati kue ulang tahun kedua anak itu dengan hikmat.

Tak lama kemudian, sepasang suami istri yang namanya sudah tak asing lagi bagi para penduduk lokal Italia sudah hadir di ruangan itu. Elena dengan senyuman manisnya, dan Tristan dengan tatapan hangatnya.

"Ada suatu fakta yang harus kau ketahui dan kau terima, Ares. Tapi berjanjilah pada Mummy, kau tidak akan memberontak. Jika kau melanggarnya, Mummy tidak mau membacakan cerita sebelum tidur lagi. Bagaimana?"

Ares menaikkan sebelah alisnya. "Kalau begitu lebih baik tidak usah tahu faktanya saja, daripada membuat janji yang pasti takkan kutepati," jawab anak lelaki itu membuat ketiga orang dewasa di hadapannya menepuk kening mereka masing-making.

"Ares, Mummy serius."

Ares menghela napas. "Baiklah. Apa itu, Mum?"

"Artemis adalah adikmu. Adik kembarmu yang berbeda ayah."

Hening. Ares tidak menjawab. Entah itu respon positif atau negatif. Karakter anak itu jelas menuruni karakter sang ayah yang sangat tidak dapat dideteksi.

"Itu artinya.. Ryan bukanlah sepupu Arts?" Ares bertanya.

Wanita di hadapannya mengangguk. "Tentu saja, kenapa? Ada apa dengan Sepupu Ryan?"

"Kalau mereka bukan keluarga kandung.. berarti Ryan bisa menikahi Arts?"

Lagi-lagi Elena mengangguk, namun dengan ragu. Ketiga orang dewasa itu masing-masing mempertanyakan di dalam benak mereka: mengapa Ares bertanya seperti itu?

"Tidak akan kubiarkan! Ryan tidak boleh menikahi Arts! Arts milikku! Arts, berjanjilah padaku kau tidak akan menikahi Ryan atau pria lain! Berjanjilah, Arts!"

Artemis hanya terdiam bingung. Sementara Aphrodite menganga terkejut. Anak perempuan itu kemudian mengerutkan dahinya kesal sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Elena dan Tristan saling menatap. Sementara Xerxes mematung.

"Oh tidak. Ares mengalami brother complex."

His WomanWhere stories live. Discover now