"So... you gay?"
Aight. Didn't see that coming. Banyak orang yang sudah menanyakan ini padaku jadi aku sulit untuk kaget, dan biasanya ku jawab dengan mudah, dan cepat.
Tapi, ibu, orang yang sedang baca majalah dengan santainya di depanku ini tiba-tiba bertanya sesuatu yang seharusnya ibu nggak notice.
Ibu, Ibu kan harusnya tinggal di jamannya Ibu, nggak ikut masuk ke jaman sekarang saat mengantarkan anaknya.
Jaman ini ngga suitable untuk orang tua, Bu!
"Yakali, bu."
"Yon, kamu tau Ibu bukan homophobe, kan?" Ibu menaruh majalah fashionnya itu. Ngapain ni orang tumbennya baca majalah? Melepas kaca matanya pula. Bang Kama dan Ayah sedari tadi menahan tawanya.
Tau, lah, Bu! Gimana ceritanya psikeater senior yang super open-minded sampe kepalanya kebuka seperti Ibu bisa homophobe.
"Tau, jawabannya tetap nggak. Dihasut abang ya, Bu?"
Yang disebut langsung memberhenti kikikannya dan menoel pucuk kepalaku, "ye, fitnah."
"So you're straight?"
"100%"
Ibu tersenyum. "Leon kenal teman lamanya Ibu kan, Om Guruh?"
This better be good. Kepalaku bergerak manggut-manggut.
Jangan bilang Om Guruh mau jadikan aku istri keduanya?
Plis jangan istri kedua.
Plis akal sehatnya Ibu bekerja kali ini.
"Kamu mau ya Ibu jodohin sama anaknya?"
ESTÁS LEYENDO
PREJUDICED
Novela JuvenilWe don't deserve each other. That's what we thought. Yet our bodies pull each other closer. Our mouths calls each other. Our silly minds keep thinking about each other. Musa, I can't escape my own feelings.