Lie

485 64 7
                                    




TATAPAN KOSONG

Kedua bola mata berwarna biru itu hanya mampu mengeluarkan tatapan kosong.

Seolah jiwanya telah menghilang menuju dunia lain.

Sebuah ruangan berwarna putih yang diisi oleh satu meja dan dua buah kursi saling berhadapan.

Seorang pria berambut coklat dengan jas dokter menghela napas lelah menatap salah satu pasiennya.

Satu setengah jam berlalu tanpa adanya percakapan yang berarti. Hening, sunyi, tenang, dan damai.

Seolah masing-masing pihak bisa mendengar desah napas dan detak jantungnya masing-masing.

Jarum jam pada arloji berdetak lebih lambat, Sang Dokter bertopang dagu menatap pria berambut hitam yang sudah nampak seperti patung hidup.

"Tobio, apa Kau tahu kenapa aku mengajakmu bicara di ruangan ini?"

Pertanyaan sang Dokter dibalas dengan gelengan singkat.

"Tidakkah Kau merasa sedih karena adikmu baru saja dibunuh?" Dokter itu tersenyum lembut.

Sekali lagi ucapannya hanya dibalas dengan gelengan singkat. Pemuda berambut hitam itu seolah telah kehilangan hatinya. Yang ada hanyalah tubuh kurus berisi jiwa yang berusaha untuk pergi.

Dua cangkir kopi terhidang di hadapan mereka berdua. Semakin lama semakin mendingin bersamaan dengan keheningan.

Manik biru melirik ke arah setiap sudut ruangan, menatap penuh arti kamera pengawas yang mengintai setiap pergerakannya.

Siapapun tidak akan menduga, hal seperti apa nantinya yang akan di lakuakn oleh pasien mereka yang paling gila dan berbahaya.

"Setidaknya menangislah. Adikmu mati di tangan sahabatmu sendiri." Sang Dokter menatap tajam pemuda di depannya.

"Itu adalah pilihannya." bibir pucat bergerak pelan mengeluarkan sederet kalimat yang kurang di mengerti.

Sang Dokter terperangah melihat setitik air mata yang mengalir melewati pipi seorang Kageyama Tobio.

'Tolong aku' Kageyama bisa mendengar bisikan lirih yang berasal dari dalam dirinya sendiri.

"Pembunuhnya kabur."

"Dia sudah bunuh diri." Ucapan Sang Dokter dipotong, jemari kurus akibat obat-obatan rumah sakit terangkat meraih cangkir kopi. Kageyama meresap kopinya perlahan.

Sang Dokter hanya tersenyum miring, Ikut meraih cangkir kopi dan meminumnya perlahan.

Kageyama hanya diam menatap dokter tampan berambut coklat tersebut.

Keadaan hening sesaat, hingga cangkir kopi sang dokter tumpah membasahi meja dan pakaian.

Tidak ada kepanikan pada wajah sang pria, yang ada hanyalah tatapan kosong menatap prosesi pencabutan nyawa yang tengah terjadi di depannya ini.

"Ba-bagaimana Kau bisa?" Di tengah sesak napas dan perasaan mencekik Sang Dokter berusaha untuk bicara.

'Bukan aku.'

Kageyama tersenyum menatap tubuh dokternya yang kini sudah tidak bernyawa lagi.

"Oikawa-san!!" teriakan panik mulai terdengar, kegemparan terjadi.

Namun senyuman sang pemuda malah semakin lebar. Seolah semua yang terjadi saat ini hanyalah sebuah hiburan baginya.

Tidak apa-apa, tidak masalah baginya karena orang-orang sudah menganggap ia gila.

Namun, di tengah senyuman tersebut Kageyama menunduk pilu menahan air matanya.

'Tolong aku'

***

"Please

guide

me

Please

stop

me

Please

Let

me

Breathe"

WINGS || KarasunoWhere stories live. Discover now