Waktu istirahat hampir di manfaatkan oleh semua orang untuk mengisi perut yang sudah demo. Selain itu, juga ada sebagian orang yang memilih di kelas dan membaca buku, biasa nya terjadi pada orang-orang yang kutu buku.
Di SMA Nasional ini waktu istirahat yang di manfaatkan siswa siswi cukup berbeda. Bukan hanya makan di kantin, atau sekedar membaca buku saja. Tetapi ada juga yang memanfaatkan dengan bermain basket, latihan cheers, musik, drama dan lain sebagai nya.
Tapi dari segala banyak yang di lakukan siswa siswi itu tidak ada yang menarik perhatian Zeta. Gadis itu malah duduk menyendiri di sebuah bangku yang jauh dari lapangan basket, namun masih dapat memperhatikan keramaian di lapangan itu. Dia bersandar di pohon yang ada di sana, dengan headset yang bertengger di telinga nya, menyetel musik se keras mungkin.
Pandangan Zeta terus menatap lurus ke depan, di mana siswa siswi yang sibuk bercanda ria di sekitar lapangan basket, koridor, dan taman. Hanya pandangan nya yang menatap ke depan sana, namun pikiran nya entah terbang kemana-mana. Dan siapa pun yang bisa melihat, sorotan mata Zeta itu terlihat kosong.
√ Keramaian
√ Sekolah
√ Buku Pelajaran
√ Semua yang berhubungan dengan cowok.Itulah rentetan hal yang tidak di sukai oleh Zeta. Sudah cukup lama gadis keturuan Indonesia Jerman itu meninggalkan semua itu. Bagi nya, kesunyian adalah teman nya yang abadi.
Zeta tidak pernah menyangka jika hidup nya akan berubah 180° seperti sekarang. Semua terjadi di luar dugaan gadis itu, bahkan di luar kendali Zeta.
"Zi! Ini bukan salah lo! Stopp dong nyalahin diri lo kayak gini!"
"Zi semua yang terjadi itu takdir! Gak ada yang perlu di sesali sekarang!"
"Zi percaya sama kita! Semua akan ada hikmah nya!"
"Lo gak salah Zi! Lo gak salah! Jadi cukip bersikap seakan lo yang penjahat nya di sini!"
"Stopp nyiksa diri lo Zi! Kita gak pernah nyalahin lo!"
Satu persatu suara orang-orang terdekat nya terngiang dan berputar di kepala nya. Mata Zeta masih menatap kosong ke depan. Biarpun semua orang mengatakan dia tidak salah, tapi tetap saja bagi Zeta apa yang terjadi 2 tahun lalu itu adalah salah nya.
Semua nya salah nya! Dia yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi!
Malvin menghentikan aksi nya bermain basket saat merasakan haus di tenggorokan nya. Dia berlari ke tepi lapangan, dan mengambil sebotol air minum yanh di persiapkan pelatih. Dia meneguk air mineral itu hingga setengah botol.
Mata Malvin tanpa sengaja menatap ke seseorang yang tampak duduk lumayan jauh dari lapangan basket, namun masih bisa di jangkau oleh mata.
Mata Malvin hanya sekedar menatap, tapi dia bisa melihat bagaimana sorot mata gadis itu. Kosong, seakan tidak ada yang di perhatikan nya. Hanya mata nya yang menatap lurus ke depan, tapi seakan tidak ada yang di lihat nya.
"Om titip Zi ya di sini! Kamu bimbing dia ya, dan ingetin terus ke dia untuk jangan ngelamun!"
Malvin kadang heran, kenapa Zeta begitu sering melamun bahkan di tengah keramaian. Tatapan gadis itu juga selalu terlihat kosong dan tidak terarah. Terkadang cuman raga nya yang ada, tapi pikiran nya seakan terbang entah kemana.
Malvin sebenarnya tidak ingin peduli. Tapi Zeta, sosok yanh selama ini fi idolakan. Justru terlihat misterius di mata nya.
Mata Malvin membulat saat melihat sebuah benda bulat berwarna oranye bergaris-garis itu melayang ke arah Zeta. Namun, gadis itu tidak nenyadari nya.
"ZETTTAAA!!!"
BRUUKKK....
✉️✉️✉️✉️✉️✉️
Zeta mengerjapkan mata nya, dan ketika mata nya terbuka sempurna, rasa pusing langsung saja menyergapi nya. Tangan nya dengan refleks terangkat memegang kepala nya.
Zeta menatap langit-langit tempat dia berada kini, bau obat-obatan sudah dapat di tebak nya bahwa dia kini berada di uks. Kepala nya kembali memutar kejadian sebelum dia tidak sadarkan diri.
Dan yang di ingat Zeta hanya saat sebuah benda keras nan padat mendarat di kepala nya. Dia pusing, dan terjatuh dari bangku. Lalu dia mendengar teriakan, dan langkah kaki tergesa-gesa orang-orang. Setelah iu semua gelap.
Pintu ruangan uks terbuka bertepatan saat Zeta merubah posisi nya menjadi duduk bersandar dengan bantal.
Mata dingin Zeta bertemu dengan mata yang tak kalah dingin dengan gadis itu.
Cowok berseragam basket itu berjalan mendekati brankar, dengan membawa sebuah kotak nasi.
"Syukur deh lo udah sadar! Jadi gue gak perlu nyari alasan ke bokap nyokap." Malvin bersuara dingin dan datar.
Zeta tidak menanggapi, dia hanya mendongakkan kepala nya mengusir denyutan yang sangat dahsyat di kepala nya. Ini memang bukan pertama kai di rasakan nya, dia akan seperti ini jika perut nya kosong seharian.
Malvin menghela nafas nya, sebenarnya dia malas melakukan ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak ingin di anggap sebagai cowok yang tidak bertnggung jawab, jika menelantarkan seorang perempuan.
"Nyokap gue udah capek masakin ini buat lo! Dan lo gak ngehargain sama sekali! Makan!" Malvin melempar kotak nasi itu ke atas meja, dia masih menatap dingin ke arah Zeta.
Zeta membalas tatapan Malvin tak kalah dingin. "Buat lo aja!" ujar nya singkat dan datar.
Malvin menyeringai. "Lo emang gak tau diri ya! Udah untung nyokap gue merhatiin lo! Emang lo pikir lo siapa? Lo cuman tamu,! Numpang!" Desis nya sengit.
Zeta menghiraukan ucapan Malvin. Dia malah menyenderkan kepala nya ke dinding, dan menatap lurus ke depan.
"Peduli?" Suara dingin Zeta membuat Malvin kembali menoleh ke arah gadis itu.
"Peduli?" Malvin terkekeh sinis. Lalu kembali merubah ekspresi nya menjadi datar lagi. "Gak usah geer lo! Kalau lo kenapa-kenapa gue yang di salahin! Dan dari tadi pagi lo belum makan!"
Zeta melirik datar ke arah Malvin. "Trus? Hubugan sama lo apa?"
Malvin melangkah semakin dekat ke arah Zeta. Di mencondongkan tubuh nya ke arah gadis itu, dan meletakkan sebelah lengan nya di dinding.
Reaksi Zeta tidak berubah sedikit pun. Gadis itu masih menatap dingin ke mata Malvin. Saat jarak antara diri nya dan cowok itu sangat dekat.
"Dengerin gue cewek aneh! Kalau lo mati karna gak makan! Gue orang pertama yang akan di introgasi!" Desis Malvin tepat di wajah Zeta, namun tidak menghilangkan ekspresi datar nya.
Zeta mengalihkan pandangan nya dari mata Malvin, kembali menatap lurus ke depan. "Gak bakal mati kalau cuman gak makan! Bukti nya gue masih hidup sampai sekarang!" balas nya.
Malvin menjauhkan tubuh nya, mata nya masih menatap wajah pucat Zeta. Apa gadis ini memang jarang makan? Tapi buat apa? Diet? Ya kali Diet, tubuh Zeta kan sudah bagus.
"Gue ragu lo manusia." Malvin bergumam.
Zeta diam.
Malvin menghela nafas nya, dan tidak ambil pusing lagi. Dia berlalu keluar uks.
Zeta terdiam di dalam keheningan uks. Makan? Mati? Justru lebih baik dia mati, biar dia bisa menyusul dia yang telah pergi.
Semua tidak akan terbalas, kecuali dengan nyawa ku sendiri.
✉️✉️✉️✉️✉️✉️
Next? Or no next?
Jangan lupa vote dan coment nya!
menerima kritik dan saran juga kok!
jangan jadi siders ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
[MZ series] Ice Boy & Girl (End) (Pindah Ke Dreame)
Teen FictionZeta Zevanya Rezaldi gadis kelas akhir di SMA Galaxy harus hidup dalam bayang-bayang dan mimpi buruk masa lalu nya. Masa lalu terkutuk yang telah membuat nya kehilangan satu orang sahabat nya. Sekaligus merenggut sosok diri nya yang sebenarnya. (Tra...