2 : All about Sejeong

519 101 90
                                    

Bagi Sejeong, menunggu adalah hal yang paling dia benci.

Sudah hampir satu jam Sejeong berdiri di depan toko alat tulis yang jaraknya tidak terlalu jauh dari area sekolah. Dia sedang menunggu Minhyun dan Jonghyun selesai latihan basket.

Sejeong semakin gelisah ketika rintik-rintik hujan mulai turun membasahi jalan. Langit pun mulai gelap.

Sejeong benci hujan. Sangat.

Sebenarnya bukan benci terhadap hujan, tapi dia takut dengan petir yang selalu datang setiap hujan turun. Maka dari itu, Sejeong membenci hujan.

Perhatian Sejeong tertuju pada cowok yang tiba-tiba berlari ke arahnya. Sejeong terlalu percaya diri, karena cowok itu hanya numpang berteduh di teras toko yang sama seperti Sejeong singgahi. Cowok itu membawa tas gitar yang kemudian dia letakkan di lantai.

Sejeong tau siapa cowok itu. Kalau tidak salah namanya Jaehwan, si gitaris kesayangan guru seni budaya.

Setiap ada pelajaran seni budaya, sang guru selalu membangga-banggakan murid bernama Jaehwan di kelas Sejeong, atau bahkan di kelas lain juga. Sejeong sampai bosan mendengarnya.

Tapi, Sejeong juga penasaran seberapa bagus suara cowok itu ketika bernyanyi.

JDARRRRR

"KYAAA!"

Tiba-tiba terdengar suara petir yang cukup keras. Refleks, Sejeong berteriak dan berjongkok di lantai. Kedua telapak tangannya dia gunakan untuk menutup telinga agar suara petir tidak terdengar lagi.

Kalau sudah begini, air mata Sejeong langsung keluar. Dia benar-benar takut sekarang.

Suara petir kembali terdengar, membuat tangisan Sejeong semakin kencang. Biasanya, saat seperti ini Minhyun atau Jonghyun selalu menemani Sejeong. Tapi, dua cowok itu malah asik latihan basket sekarang.

Sejeong terkesiap ketika merasakan ada sesuatu yang menempel di telinganya; sebuah earphone yang sudah tersambung ke iPod.

Sebuah lagu mengalun di telinga Sejeong. Dia belum pernah mendengar lagu itu sebelumnya. Anehnya, lagu tersebut berhasil membuat Sejeong tenang dan melupakan suara petir yang masih samar-samar terdengar.

Sejeong terhipnotis dengan lagu itu.

Tidak, Sejeong justru terhipnotis dengan suara serak-serak basah namun lembut yang menyanyikan lagu tersebut.

Sejeong mengangkat kepalanya ketika tangan Jaehwan menyentuh pipinya, lalu menghapus sisa air matanya.

"That's what tears are for; to wash away the fear and cool the hate."

Detik itu juga, Sejeong yakin kalau suara di lagu tersebut adalah suara milik Jaehwan.

Detik itu pula, Sejeong paham kenapa guru seni budayanya sangat membangga-banggakan Jaehwan.

"Jemputan gue udah dateng. Gue duluan ya." Belum sempat Sejeong membalas ucapannya, Jaehwan sudah berlari menembus rintik-rintik hujan yang mulai reda dan menaiki sebuah angkot berwarna biru.

Kemudian, Sejeong ingat kalau earphone dan iPod milik Jaehwan masih ada di tangannya.

Tuh cowok lupa apa emang sengaja?

Pun Sejeong memilih melihat judul lagu yang sedang dia dengar saat ini.

Now Playing : Always.

Sejeong langsung bisa menyimpulkan kalau lagu tersebut adalah ciptaan Jaehwan sendiri, karena hanya ada ada suara Jaehwan yang terdengar sepanjang lagu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Playlist | JaehwanWhere stories live. Discover now