2. TMBF - Ain't Me (Revisi)

12K 753 390
                                    

Sebelumnya terima kasih buat yang udah vote dan coment ke cerita ku yang masih abalan ini. Btw, part kali ini panjang loh. Semoga kalian gak bosan ya baca ceritanya.

Happy reading^^

___________________________________________________

' Jika tuhan bilang kamu takdirku, maka apa aku bisa mengelaknya?'

_ TMBF _

___________________________________________________

Tiga hari kemudian...

Pagi ini suasana dirumah keluarga Ardinata tidak seperti biasanya dikarenakan seorang gadis yang tinggal dirumah itu sedang sibuk dengan urusannya yang dari subuh belum juga selesai.

"Mama!" Teriak Arlea dari lantai dua rumah tersebut atau tepatnya dari kamarnya.

"Turun Arlea jangan teriak seperti dihutan." balas Indah Quorra, Mama Arlea yang kembali melanjutkan pekerjaan menghidangkan makanan di meja persegi panjang di ruang makan yang sempat tertunda.

"Mama, kaos kaki aku yang warna putih gak ketemu." Arlea menuruni tangga dengan wajah lesu menuju ruang makan.

"Paling ada di kamar lo, makanya dek segala sesuatu itu harus di siapkan. Udah tau mau sekolah nah lo malah pergi main kerumah temen lo jadi gini kan, kalau misalnya lo mau main ya siapin dulu keperluan lo Arlea, gak mungkin Mama yang nyiapin segala keperluan lo dek." Revan kakak lelaki Arlea satu satunya mulai mengeluarkan ocehan yang menurut Arlea tidak lebih baik dari pada ocehan orangtuanya.

"Kakak.." Arlea merengek tak terima mendengar ucapan kakak nya yang usianya berada dua tahun diatas Arlea. Tapi Arlea bisa apa, jika dia membantah Revan dia tidak akan menang dan juga dia tidak berani membantah Revan.

Revan Ardelino anak lelaki satu satunya di keluarga Ardinata yang lahir dua tahun diatas adik nya Arlea Cantika. Saat ini Revan menduduki kelas 3 SMA di sekolah yang berbeda dengan Arlea.

"Udah, dimeja makan kok malah berdebat. Ayo makan." ujar Devan Putra Ardinata, Papa Arlea yang sedari tadi diam membaca koran mulai menurunkan koran yang membawa informasi hari ini lalu meminum kopi panas nya setelah meniup kecil asap yang mengepul diatas cangkir.

Setelah Devan mengucapkan kalimat tersebut tidak ada lagi yang bersuara semua fokus pada makan dalam piring masing masing.

***

"Makasih ya kak Arlea turun dulu." ujar Arlea memegang bahu Revan turun dari motor ninja kakanya itu.

"Iya, besok besok lo gak usah sama gue lagi. Bensin gue habis ngantar lo ke sekolah dek, lu besok jalan kaki aja biar sehat." Revan menunjukkan wajah tidak ikhlas nya kepada Arlea seolah olah dia benar-benar tersiksa hanya karena mengantarkan adik nya ke sekolah.

"Kalau sepeda Arlea gak bocor Arlea juga gak mau boncengan sama kak Revan, nanti apa kata teman-teman nya Arlea coba, pasti mereka pada nanya tukang ojek ketemu di mana kok burik." Arlea membalas Revan dengan nada sinis lalu secepat kilat pergi dari hadapan Revan.

"Dasar adek durhaka lo!" dari jauh Arlea mendengar teriakan Revan yang membuat nya tertawa kecil.

"Anti!" suara dari arah belakang punggung Arlea membuat langkah gadis itu yang baru akan masuk kedalam kelas nya yang bertuliskan X IPS 1 terhenti.

"Kenapa Rea?" Arlea berbalik badan kepada menoleh pada sahabat nya Rea Raquel yang memangil nama nya dengan tatapan malas.

Berapa kali harus dia katakan kepada sahabatnya ini kalau nama panggilan dia itu 'Arlea' bukan 'Anti'.

"Ada Pr gak?"

"Aku kan udah bilang jangan panggil aku dengan Anti tapi Arlea." Arlea menatap Rea dengan bibir mengerucut sebal.

"Nama Arlea terlalu bagus buat lo yang pas-pasan." seakan merasa ucapannya benar Rea hanya menampilkan wajah tanpa dosanya.

"Ada Pr gak nih?"

"Hm, kaya nya ada dari pak Sodri tugas agama catatan."

"Mampus gue lupa. Gue liat catatan lo deh Anti, ya please." Rea memegang tangan Arlea lebih tepat nya menyeretnya agar cepat sampai dikelas dan dia dapat melihat catatan agama milik Arlea.

"Gak ah, tapi kalau kamu mau panggil aku Arlea dan traktir aku bakso tante nah bakal aku kasih catatan agama aku." tawar Arlea yang membuat Rea memutar bola mata kesal kepada sahabat nya yang selalu meminta imbalan traktir setiap dia mencontek catatan Arlea. Tapi mau bagaimana lagi, Rea tidak ingin kena hukuman berdiri di tengah lapangan menghadap bendera. Sebenarnya bisa saja Rea mengerjakan tugas di rumah tapi mager itu loh, nakal banget.

"Aman kalau itu, yang penting catatannya dulu." Rea membuka tas nya mencari pena dan buku lalu menyambar buku yang di serahkan Arlea.

Sebenarnya tidak hanya Rea yang mencontek catatan Arlea tapi hampir satu kelas melihat tugas gadis itu. Dan Arlea tidak masalah, awal masuk ke kelas ini bahkan buku catatan ataupun tugas Arlea sudah sering berpindah meja, asalkan mereka mengembalikan bukunya dengan keadaan sehat tanpa lecet maka Arlea fine saja.

Arlea memang dikenal sebagai gadis pintar yang baik, tapi Arlea hanya bergaul dekat dengan beberapa teman dikelasnya.

Bagi nya tidak perlu banyak teman tapi mereka munafik, hanya mengganggap mu ada saat kau diperlukan dan kau akan dilupakan saat kau sudah tidak diperlukan.

"Anti..." tiba tiba Rea membuka pembicaraan.

"Hm." Arlea hanya bergumam menjawab panggilan Rea dia sibuk dengan handphone nya yang sedang menampilkan foto cowok ganteng favorit nya, Manu Rios.

"Rambut lo udah gak warna ungu lagi ujung nya? Padahal lo bagus tau penampilan nya kalau rambut lo diwarnain." Rea tetap menulis dan matanya pun tak menatap Arlea.

"Pertama, jangan panggil aku Anti tapi Arlea! Arlea Rea." Arlea mengucapkan nama nya dengan penekanan kepada Rea.

"Kedua, kalau bukan karena permainan gak bermutu dari kamu itu aku gak bakal mau kaya kemaren itu, diliatin banyak orang, nyesel aku main TOD sama kamu. Malah dapat dare lagi." sambung Arlea saat melihat Rea yang seakan tidak terima dengan ucapannya yang pertama.

"Iya iya deh Ant- eh Arlea maaf beb."

"Hm."

"Eh lo tau gak Anti kalau sekolah kita ada murid pindahan katanya ganteng cowoknya, mau gue pepet eak." Rea kemudian berdeham pelan sambil membuat gerakan seperti ular dengan tangan kanan nya dan mengarahkan tangannya ke Arlea.

Arlea yang duduk disamping Rea diam tak merespon ucapan asal Rea, gadis itu malah memijit kening nya pusing memikirkan tingkah sahabat dari SD nya ini yang selalu memanggil namanya Anti. Karena perbuatan Rea ini teman-teman sekelas nya pun ikut memanggil nya Anti. Hanya beberapa guru dan teman SMP nya yang memanggil dengan nama Arlea. Sebenarnya Arlea tidak masalah hanya saja dia kadang kurang nyaman dengan panggilan Anti itu.

"Trus urusannya sama aku apa?" Arlea kembali fokus pada handphone nya sampai perkataan Rea selanjutnya membuat gerakan tangan nya terhenti.

"Siapa tau nih anak baru ini kek yang lo haluin itu, yang posesif sama lo, yang psycho tapi cinta sama lo. Yang kaya di novel yang lo baca beb."

"Dasar Rea oon."

_______________________________________

TBC

Minggu, 6 Mei 2018

QueenGemini14

THE MISTERIUS BOYFRIEND [TMBF]/PINDAH AKUNDonde viven las historias. Descúbrelo ahora