quatre

36 7 0
                                    

aku pastinya tidak merasa bangga bahwa dia adalah pelanggan pertamaku, faktanya, aku bahkan tidak bahagia sedikitpun. aku tidak mau seorang pengemis menjadi pelanggan pertamaku. aku menginginkan pelanggan yang sebenarnya. dan bukan dia.

"tebak apa, aku tidak menganggapmu sebagai pelanggan pertamaku. mungkin, kau hanya pelanggan nomor nol ku yang tidak ada." aku berkata padanya terus terang. aku tidak suka bagaimana dia selalu muncul didepanku, berpikir bahwa dia bisa menguntungkanku, tetapi kenyataannya, dia bahkan tidak layak untuk itu.

"tidak apa-apa. setidaknya untukku, aku senang kau mendapatkan dua dollar. itu pastinya langkah kecil menuju kesuksesan. dan setidaknya untukku, aku diriku sendiri tau bahwa aku faktanya adalah pelanggan pertamamu." dia kemudian seketika itu juga hilang dari pandanganku.

aku tidak mengerti tindakannya, maupun dirinya.

---

seorang pemuda berdiri di depan kasir saat aku sedang turun dari lantai atas. aku dengan cepat bergegas menuju kasir untuk melayaninya.

tapi kemudian, tangannya kosong dan tidak ada apa-apa di atas meja. dia melipat tangannya dan ekspresi kesal terlukis di wajahnya.

"pak, apakah ada yang bisa aku bantu?" aku bertanya padanya dengan sopan. dia berdecak dan melebarkan tangannya, seperti ingin menerima sesuatu dariku. aku dibuat bingung oleh tindakannya dan saat itulah akhirnya dia membentak.

"kau! pengemis yang mencuri uang dua dolarku dan memberinya padamu! kembalikan uangku sekarang nona, sebelum aku membuat hal ini menjadi lebih buruk." dia mengancam dengan nada rendah yang berbahaya.

aku bahkan lebih bingung. dua dolar itu? tapi bukannya pengemis itu mengambilnya dari saku miliknya?

"baiklah nona, biar aku jelaskan. pengemis itu mencuri dua dolar dari kotak uangku saat aku tidak melihat dan langsung kabur. sekarang, uang dua dolar itu ada didalam kotak uangmu, jadi aku mau uang itu kembali."

kesadaran menyadarkanku bahwa tidak mungkin pengemis itu dengan tiba-tiba memiliki uang dua dolar entah darimana.

"pak, aku benar-benar minta maaf." suara lain memotong. aku memutar kepalaku ke arah pintu masuk toko dan melihat pengemis itu berdiri disana, kepalanya menunduk rendah.

"maaf? kau kira hanya dengan maaf kau bisa menghapus semua perbuatan yang telah kau perbuat? tentu saja tidak." pria itu membalas, suaranya semakin keras. aku melihat di bagian luar tokoku penuh orang seperti ikan sarden dengan penonton yang penasaran dan tidak diragukan lagi karena kedua orang ini telah menarik perhatian mereka.

baru hari pertama, dan aku bisa meramalkan nasibku sendiri. dalam tambahan, itu semua karna pengemis itu yang menyebabkan keributan ini.

"lihat, pak, aku akan mengembalikan uang dua dollarnya. sebagai balasannya, tolong jangan membuat keributan di tokoku." aku berbicara padanya menggunakan nada tenang.

"tidak! kau tidak boleh mengembalikan uang dua dolar itu, cho youn! aku yang membeli alat tulis itu menggunakan uangku dan sekarang aku harus memberikannya padamu, uang itu sekarang adalah uangmu." pengemis itu protes. pemuda itu mengangkat tinjunya, seperti ingin memukulnya, dan aku tau akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

aku dengan cepat berlari ke depan pengemis itu. hal yang terjadi selanjutnya, aku merasakan sebuah rasa sakit yang tajam di pipiku lalu jatuh ke lantai.

merintih, aku memegang pipiku kesakitan lalu aku perlahan mengalihkan pandanganku ke arah pemuda itu. mulutnya ternganga lebar dan dia juga gelisah.

aku tidak tahan lagi. aku sudah selesai dengannya dan aku sudah selesai dengan pengemis itu dan aku juga sudah selesai dengan semuanya

"petugas keamanan!" aku berteriak histeris. petugas keamanan langsung berjalan ke arah sini dan memegang pemuda yang sedang berusaha lepas dari pegangan mereka.

"bawa dia ke kantor polisi dan laporkan kasusnya. aku akan kesana nanti setelah aku selesai menyelesaikan beberapa hal." aku memberitahu mereka. mereka membawa pemuda itu keluar, dan sekarang hanya ada aku dan pengemis itu.

aku duduk di lantai lalu menghadap ke pengemis yang masih sedang berdiri dan sedang mengotak-atik jarinya.

"aku akan pergi denganmu ke kantor polisi." dia bergumam. aku menghela nafas dengan frustasi lalu menggelengkan kepalaku.

"tidak perlu, aku akan menyelesaikan semuanya disana. menjauh dariku, aku tidak mau melihatmu lagi, kau itu menjijikan dan pengemis idiot."

Home > PJMWhere stories live. Discover now