Prolog

165 2 1
                                    

-Mimosa- 

Sebuah kata yang secara spontan aku ingat. Bukan kata-kata yang aku ciptakan sendiri, melainkan dari sebuah opera sabun yang kutonton bersama pria-pria penting di London. Sebagian menyebut mereka Baron atau Baroness, sedangkan aku menyebut mereka bajingan.

Senyum mereka palsu, aku tahu itu. Berabad-abad lamanya raja-raja mengenalkan sebuah metode diplomasi dan juga sistem politik bebas. Setiap orang bisa bertindak, setiap orang memiliki kedudukan dan setiap orang bisa memiliki kekuasaan. Tapi aku pikir perang jauh lebih baik daripada itu, kau tahu siapa yang kau lawan dan kau tahu siapa musuhmu, politik? Mereka semua penjilat.

Edward Winchester III, mungkin suatu saat orang lain akan mengenangku sebagai marquess termuda di dunia. Ayahku seorang dokter terkenal, ia pernah menjadi seorang dokter kerajaan disaat usianya baru menginjak 14 tahun. Pemimpin dari lembaga kedokteran professional yang ada di Inggris. Ibuku, Juliana Winchester, adalah seorang pemimpin dari Marchioness dan pemilik saham terbesar dalam beberapa proyek kerajaan. Satu-satunya wanita yang memiliki hubungan langsung dengan raja. Entah apa yang ia pikirkan sehingga ia bisa jatuh cinta pada ayahku yang hanya seorang dokter.

Tapi kerajaan tidak melarangnya sebab ibuku lahir dari selir sang raja, tapi ia adalah selir yang paling berharga baginya. Entah sebuah keberuntungan atau bukan...

Sedangkan aku? Aku adalah anak tunggal dari mereka berdua. Orang lain memandangku sebagai pemilik perusahaan senjata api termuda didunia. Usia ku menginjak 17 tahun esok, dan aku sudah memiliki banyak cabang di seluruh dunia. 

Dalam perjalananku menuju siang, tirai teater yang menjadi tujuan mataku semenjak pagi hari akhirnya tertutup. Aku sama sekali tidak menikmati pertunjukan, bagiku teater adalah sampah. Aku tidak menyukai seni buatan manusia, sebab aku belum pernah menemukan sesuatu yang indah di dunia ini. Teater, sebuah pertunjukan kebohongan... Jika benar maka mungkin itulah yang kumakan setiap hari bersama para bajingan ini.

Dalam senyum aku memandang lord Karius, seorang pria Austria yang mengajakku menonton omong kosong ini.

"Ya, aku menyukainya..." senyumku palsu kepadanya. 

"Tapi aku lebih senang untuk tidak melihat sampah seperti itu..."

Lord Karius merasa tersentak, ia tidak pernah dipermalukan oleh seorang bocah didepan orang-orang sebelumnya. Namun ia tetap tersenyum, nampak sekali jika itu adalah senyuman palsu.

"Lord Karius..." aku memandang kepadanya, dihadapan meja makan panjang di ruang makan. "Mari kita selesaikan ini dengan cepat, apa yang membuatmu datang jauh-jauh dari Wina menuju Inggris hanya untuk bertemu seorang anak kecil?"

"Lord Winchester, sebelumnya izinkan saya untuk memujimu betapa bahagianya saya bisa disambut langsung olehmu. Saya memiliki sebuah permintaan untuk ikut menanam saham di perusahaan anda, tuanku. Saya sudah membawa berkas yang cukup untuk bisa menarik perhatian anda. Dan jika anda tidak berkenaan apabila saya ikut tergabung dalam perusahaan senjata milik anda, saya harap anda mau menjual cetak biru nya saja kepada saya."

"hooo..." Aku memandang pada lord Karius. Cukup berani juga ia mengatakan hal tersebut.

"Aku ingin tahu, kenapa aku harus menyetujui permintaanmu?"

"Saya adalah pemiliki perusahaan sepatu terkenal di Austria, dan saya ingin mencoba merambah dalam bidang bisnis militer."

"Mencoba?"

Pintu raksasa ruang makan pun terbuka, seorang pria paruh baya membawakan anggur elegan yang aku simpan dalam gudang wine di bawah tanah. Paling mahal dan paling segar. Dibuat sekitar seabad yang lalu. Nicholas, pria paruh baya yang menjadi butler kepercayaanku sejak aku masih kecil. Dengan gagah ia membawakan botol tersebut kehadapanku. Dituangkanlah wine tersebut didalam gelas, sebagai seorang bangsawan aku menggenggam gelas tersebut, begitu lembut dan berkelas. Aku berdiri dan berjalan menuju jendela, memandangi sebuah jembatan termegah dan termewah dengan kedua mataku dari balik jendela.

"kau pernah mendengar anggur mimosa? Anggur termahal yang hanya dibuat 10 botol di dunia ini. Seorang petani bernama Nikodem dan juga istrinya secara tidak sengaja menemukan biji anggur berwarna emas yang menghasilkan anggur dengan jumlah alkohol paling stabil yang pernah ada. Harga dari sebotol anggur mimosa sama dengan harga dua buah mansion mewah. Salah satu botol tersebut tengah dipegang oleh pelayanku. Lalu..."

Suara pecah kaca memenuhi seisi ruangan, aroma kuat khas dari anggur tercium ke seluruh ruangan. Padahal ruangan tersebut lebih nampak seperti aula raja, sangat besar dan megah. Dan tentu saja akulah pemilik dari ruangan tersebut. Percaya atau tidak, ruangan besar ini hanyalah sebagian kecil dari salah satu ruangan di mansion ku.

Aku berjalan menghampiri Lord Karius yang masih terpaku melihat botol tersebut, sisa dari wine mimosa pun kulemparkan dari dalam gelas menuju wajahnya. Ia memandang takut padaku, dan aku membalasnya dengan tatapan tajam kearahnya. Ia benar-benar mengerti jika dirinya berada di ambang kehancuran.

"...aku benar-benar tidak peduli terhadap wine tersebut." Lanjutku pada Karius.

"Jika yang kau tawarkan adalah keuntungan dan emas, aku tidak membutuhkan itu. Dengan bisnisku, aku bisa saja membeli setengah dari negaramu dan merebut setengahnya lagi secara paksa. Kau sebenarnya tahu persis siapa aku, bukan? Sungguh lancang jika itu yang kau tawarkan."

Lord Karius masih terdiam. Terpaku tanpa suara...

"Aku memberimu waktu 1 menit untuk meninggalkan mansion ku tanpa suara. Satu saja huruf yang keluar dari bibirmu dan terdengar oleh telingaku sekarang... Aku pastikan jika ini adalah akhir dari masa kejayaanmu! Kau tahu persis apa yang kumaksud, kan?"

Lord Karius pun bertolak menuju kereta kudanya dan pergi meninggalkan mansion mewah tersebut. Wajahnya tampak pucat, bahkan aku ragu jika masih ada setetes darah yang mengalir diwajahnya. Dari atas aku memandang nista kepadanya, tawarannya untuk mengambil sebagian perusahaanku hanyalah upaya untuk menggulingkan kekuasaanku.

Sejak awal aku tahu persis siapa Lord Karius, seorang pria yang melakukan segala cara untuk bisa mengambil alih semua bisnis yang ada di Eropa. Namanya semakin "membaik" di dunia bisnis gelap bawah tanah. Tidak bohong, aku pun ikut terlibat dalam dunia bisnis bawah tanah, namun sebagai penyedia market. 

"Anda tampak sangat stres, tuan." Nicholas merunduk dan mengusap wajahku dengan sapu tangan yang selalu ia simpan khusus untukku.

"Tubuhmu terlalu tinggi, kau jadi harus merunduk untuk mengelap keringatku" Aku tersenyum padanya.

"Tuan kumohon, jangan perlakukan aku seperti seorang yang spesial. Aku adalah pelayanmu, sebuah kehormatan jika aku bisa melindungi dan melayanimu dengan sepenuh hati."

Senyum kecil terlukis di wajahku.

Pintu balkon yang ada di sisi lain mansion, aku berdiri disana menikmati angin sore. Pemandangan taman terhampar sepanjang mataku memandang. Mentari sangatlah sejuk, aku bisa merasakannya hembusannya di setiap sela-sela kain yang ku kenakan. Ketika aku memandang kebawah, para pelayan senantiasa menunduk memberikan salam padaku. Entah sesibuk apapun itu. Di belakangku Nicholas tengah berdiri, memastikan jika aku memiliki waktu indah untuk menikmati dunia ini.

Lenganku menahan diantara pagar balkon...

"Aku ingin pergi keluar besok," Ujarku pada Nicholas.

Aku memainkan senandung merdu dari kedua bibirku, dan esok mungkin akan menjadi hari yang akan merubah hidupku selamanya...

MimosaWhere stories live. Discover now