#Day1-RINDU

837 11 5
                                    

Daripada kita RINDU kepadanya tak kunjung terbalas, lebih baik kita RINDU kepada SANG PERINDU.
~Ust.Evie Effendi

Aku menapakkan kaki di koridor sekolah dengan penuh semangat. Mood ku pagi ini benar-benar baik. Apalagi saat aku melihat Mading sekolah yang menginformasikan bahwa salah satu Ustadz gaul dan hits akan hadir mengisi Tausiah selepas Shalat Dhuha nanti.

Ah, rasanya ini bagaikan mimpi disetiap malamku. Biasanya aku hanya bisa melihat Ustadz gaul itu dalam layar handphone, tapi sekarang aku bisa melihatnya secara langsung.

Aku memang sangat-sangat mengagumi beliau. Tutur katanya yang instan namun lembut, pakaiannya yang santai dan selalu memakai kupluk serta kacamata yang selalu bertengger manis di hidungnya.

Beliau yang selalu memulai Tausiah nya dengan memperkenalkan diri secara unik,yang menyebutkan dirinya sebagai Ustadz Gapleh (Gaul Tapi Sholeh). Juga pemaparan setiap kata yang menurutku tidak monoton,malah dibumbui dengan nyunda, terasa begitu seru ketika mendengarnya mengucap salam sekalipun.

Akhirnya aku sampai di mushola. Segera aku mengambil wudhu dan langsung mengambil tempat dibarisan akhwat. Mataku berkeliaran, mencari sahabatku. Dimana dia?

Ah, got it. Ia berada dibarisan paling depan. Hey, bukankah ia bilang akan duduk bersebelahan denganku? Ah,sudahlah. Sahabat bawelku itu jika ada acara besar seperti ini memang selalu mencuri kesempatan.

Hush, tidak boleh suudzon. Astagfirullahaladzim. Batinku saling teriak seraya beristighfar.

"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh," Ustadz Gapleh itu memulai aksinya. Mendengar suaranya saja aku sudah tau bahwa beliau adalah seseorang yang aku kagumi. Ustadz Evie Effendi. Sontak seluruh siswa menjawab salam dari Ustadz Gaul itu.

"Hamdan wasyukronillah,segala puji terlahir dari-Nya. Hamdan wasyukronillah,kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Alhamdulillah dipagi yang cerah ini kita bisa bertemu kembali dengan keadaan sehat wal'afiat. Tema yang akan kita kupas kali ini teh,rada puitis nya, asa kumaha kitu ngabahas nage, abong budak zaman now kabeh ini teh,(Agak gimana gitu ngebahasnya juga,mentang-mentang anak zaman now semua)." Ucap beliau disertai kekehan khasnya. Yang sontak mau membuat seluruh siswa dan guru tertawa.

Pak ustadz memulainya dengan do'a dan runtuian kalimat pembuka. Entah mengapa, aku tidak terlalu fokus hari ini. Mataku berkeliaran kesana kemari. Bukan ingin mencari sahabatku kembali, aku sudah tau ia ada di barisan depan. Yang aku cari adalah dia. Apakah dia ikut kajian hari ini? Ataukah ia tak masuk sekolah? Astagfirullahaladzim. Aku kembali beristighfar.

Dia yang kumaksud adalah dia yang mampu menggetarkan hatiku ketika ia menatapku. Seseorang yang mampu membuat konsentrasiku melayang ketika ia melintas didepan kelasku. Seseorang yang selalu membuatku rindu....

Ah, gocha! Aku menemukannya. Ia ada dibarisan kedua jajaran para ikhwan. Ia begitu tampan dengan baju koko berwarna putih dan sarung kotak-kotak merah maroon. Tak lupa peci hitam yang selalu ia bawa kemanapun.

Dia. Orang yang selalu kusebut dalam sujud terakhirku. Dia. Orang yang selalu menggerogoti hati dan fikiranku. Dia. Orang yang mampu membuatku terpaku ketika melihat senyumnya. Dia. Orang yang selalu aku rindukan.

Kata ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora