[٣] insiden sebuah petasan

5.3K 1.1K 215
                                    

"JUNGWOOOO~ JUNGWOOO~"

"JUNGWOO KE MASJID YOOKKK~"

Malam ini Johnny sama Winwin sudah nungguin Jungwoo di depan rumahnya, mau ngajakin shalat tarawih bareng.

Padahal sekarang masih jam 6, waktu di mana orang-orang masih enak-enakin makan setelah berpuasa seharian, tapi Johnny sama Winwin malah sudah rusuh di depan rumah orang.


"Bentar bang!" Sayup-sayup terdengar suara dari dalam rumah Jungwoo.

"Cepetan dong," Johnny bolak-balik memperhatikan jam tangannya, "Telat dikit, keburu takjil di masjid abis nih!"


Iya. Dari rumah tadi ijin sama papa mamanya mau shalat tarawih, berangkat awal biar dapat barisan paling depan. Tapi sebenarnya mereka semua sudah janjian bakal ngabisin jatah takjil di masjid sore itu.

Soalnya hari ini giliran keluarga Baba Ariq, keluarganya Chenle, yang ngirim takjil dan makanan ke Masjid Cahyaningjiwa.


Tau dong kalo keluarganya Chenle yang nyumbang, buka puasa di masjid sudah berasa datang ke pernikahan anak presiden. Di saat yang lain cuma sedia nasi kotak, Baba Ariq malah mendatangkan prasmanan. Kurang mewah apa buka puasa di masjid kali ini.

Heran juga kenapa keluarganya Chenle milih tinggal di sini, padahal mereka juga mampu buat beli tanah di lingkungan gedongan lain.


Para anggota remaja masjid sebenarnya sudah mau berencana buka puasa di masjid di hari ketiga puasa ini. Tapi, karena kemarin mereka sudah buka puasa bareng anak-anak remaja masjid sekecamatan, hari ini mereka harus buka puasa di rumah.

Mama-mamanya pada bilang, "Mama udah masak capek-capek buat kamu buka puasa, kamu malah ngeluyur magrib-magrib."

Takut-takut dikutuk jadi batu, mendingan dituruti saja.


Setelah ditunggu beberapa menit, Jungwoo akhirnya keluar juga, tapi masih pakai kaos sama celana pendek.

"Lo mau ke masjid pake kolor, Woo?"

Jungwoo mengibaskan telapak tangannya, "Bang Johnny sama Winwin duluan aja deh."

"Kalo lo cuma ganti baju gue tungguin deh." Ucap Winwin.

Jungwoo menunjuk ke arah dalam rumah, "Pecel lele gue baru kemakan setengah bang."


"Udah bungkus aja bawa ke masjid."

"Cepetan elah.."

Dan demi rasa persahabatan yang tinggi dengan sesama anggota remaja masjid Cahyaningjiwa, Jungwoo sampai rela curi-curi makan pecel lelenya sambil jalan.


Di masjid, Jisung, Doyoung, Renjun dan Ten lagi jongkok di pojokan masjid sambil menghabiskan sepiring nasi dengan lauk segunung yang diambil.

Jaemin, Mark, Jeno dan Yuta sekarang lagi mengantri di barisan orang-orang yang mengambil makanan prasamanan, untuk piring yang kedua.

Chenle masih sibuk telponan sama pihak katering, mau nambahin menu yang sudah habis dimakan.


Benar-benar tidak menunjukkan sikap remaja masjid yang seharusnya. 

Di saat jamaah yang lain dengan khidmat mendengarkan kajian setelah shalat magrib, mereka yang mengangkat diri menjadi remaja masjid, yang seharusnya menjadi panutan remaja Tiktok Square malah mementingkan perut dibandingkan iman.

Untung masih ada Taeyong, Taeil, Jaehyun dan Kun yang masih berada di jalur yang benar. Masih berjuang untuk memperbaiki nama remaja masjid Cahyaningjiwa, Perumahan Tiktok Square, yang sama sekali diragukan kemampuannya.


Jungwoo, Winwin dan Johnny datang menyusul tepat saat adzan isya berkumandang.

Johnny dan Jungwoo langsung masuk ke dalam masjid untuk segera ambil wudhu dan menunaikan shalat isya. Tapi Winwin masih berdiri di pelataran masjid saat Haechan yang berada di luar gerbang masjid memanggilnya.


"Bang Win! Sini." Panggil Haechan.

Winwin cuma memberikan isyarat bertanya, "Ngapain, Chan?"

"Udah sini aja."


Sebenarnya Winwin tidak mau menghampiri Haechan, tapi dari belakang Lucas sudah mendorongnya keluar.

"Mau ngapain?"

Haechan mengangkat sesuatu di tangannya sambil menyengir tertawa, "Ayo main ini, bang."

Di sampingnya, Lucas cuma mengangguk-angguk sambil tersenyum mengikuti Haechan.

"Engga ah." Winwin langsung menolak.

"Ayo bang," Lucas menarik-narik lengan baju Winwin, "Bentar doang."

Sekali lagi Winwin menggeleng, "Nanti aja, abis shalat tarawih aja, baru main dah sampe sahur juga gapapa."

"Main ginian sepuluh menit juga selesai."


Haechan mengangkat-angkat sesuatu yang ia bawa di tangannya, mencoba mengiming-imingi Winwin.

Winwin yang awalnya menolak, kini mulai goyah.

Dilihatnya ke arah masjid, belum terlihat tanda-tanda sang muadzin akan mengumandangkan adzan.

Sepertinya bermain-main sebentar tidak ada salahnya.


"Ya udah ayo."

Haechan dan Lucas langsung tertawa girang serempak.


"Bang Win pegang petasannya ya. Bang Lucas, koreknya mana?"

Lucas langsung merogoh kantong celananya dan mengeluarkan korek api elektrik, yang tadi dia pinjam dari mamang nasi goreng depan masjid. Winwin cuma jongkok di sampingnya sambil memegang petasan pemberian Haechan.


Tapi waktu Winwin belum siap, Haechan sudah menyalakan korekya lebih dulu dan menyalakan petasannya tanpa aba-aba.

"EH KOK UDAH LO SUMET DULUAN!"


Winwin yang panik langsung menyodorkan petasannya ke arah Lucas. Lucas juga ikutan kaget, petasannya langsung di oper ke Haechan. Otomatis Haechan jadi ikutan panik.


Beberapa detik lagi sumbunya habis dan..


DUUUAAARR!

Haechan melempar petasannya asal.


"ADOOOHHH! MAMIIIIII!"


Dan petasannya nyasar, kena Jisung yang sekarang tergeletak lemas di samping jejeran sandal para jamaah.


Haechan bengong. Lucas bengong. Winwin juga bengong.

Mampus.





رمج مسجد

remaja masjid 2― nct ✔Where stories live. Discover now