bab 1

12 5 1
                                    

Ini adalah hari senin, lebih tepatnya hari senin yang diselimuti mendung. Tidak biasanya hari senin di awal bulan ini disambut dengan cuaca yang tidak mendukung. Suara gemuruh menggelora bak harimau mengamuk. Tidak tau pasti ada apa hari ini, apakah bumi ini sedang mendapat kutukan? Atau semacamnya?. Akupun juga tidak tau.

Mobilku melaju dengan kecepatan pelan, seperti biasanya aku harus mampir di minimarket untuk membeli beberapa bahan pokok dan membeli se pack rokok untuk kebutuhan dirumah. Baju abu abu putih yang sudah mulai lusuh dan beberapa luka lebam di sekitar wajah memperlihatkan sekali kenakalan remaja apa yang sedang tenar pada saat ini. Dan aku tidak peduli akan hal itu, toh jika aku luka ataupun aku mati juga tidak akan ada yang peduli tentang hal itu.

Banner bertuliskan minimarket wijaya itu nampak terlihat jelas, aku segera melajukan mobilku lebih cepat dari sebelumnya untuk segera sampai dan memarkirkannya. Tepat aku di depan parkirannya, buliran air hujan mulai menjatuhkan diri.

Aku keluar dan mengunci mobil, tidak tau kenapa arah pandangku lagi lagi mengarah menuju halte tepat di depan minimarket itu. Ya "gadis itu lagi" ucapnya dalam hati. Sudah beberapa kali dia mampir ke minimarket ini dan dia menemui gadis itu sedang duduk termenung, lebih tepatnya dia datang pada hari senin rabu serta sabtu.

Eits kalian kira pasti aku mengamatinya, hmmm... memang jelas sekali ya. Aku tidak mau mengelak akan hal itu, gadis itu cukup menarik simpatiku. Setelah aku mengunci mobil dengan benar aku segera mengalihkan arah pandangku menuju minimarket dan membawa tubuhku untuk keluar dari arah pandanganku yang sebelumnya.

Tepat saat aku membuka mata suara tak asing itu kembali terdengar setelah beberapa hari tidak kudengar. " selamat sore tuan bekelahi" tutur wanita yang lebih tua 3 tahun darinya itu. Ia sangat tau wanita itu mengangguminnya terlihat sangat jelas dari mimik wajahnya, senyum merekah bak bunga yang telah mekar saat dia datang. " wajahmu lebam lebam lagi!" " kan sudah kubilang jangan berkelahi masih saja kau datang kemari dengan keadaan luka luka seperti itu.. huft"

Aku tersenyum menanggapinya, ya dia sering sekali mengomel seperti ini. Dan aku sangat menyukainya, eh bukan berarti aku suka padanya. Tetapi setidaknya ada yang bersimpati saat aku seperti ini. Troli itu kutarik sampai keluar dari tempatnya. " kau berlebihan Elsa, sudah biasa kan aku seperti ini" sambil mendorong troli itu ke arah bahan bahan yang aku butuhkan.

Dia mendengus pelan " kau ini selalu menjawab seperti itu, apa kau tidak perduli dengan nyawamu" ucapnya dengan suara lantang. " untung masih saja kau di selamatkan oleh tuhanmu". Selalu seperti itu dengan omelan yang sama "jika kau mati, siapa pelanggan setia minimarket ini" dengusnya lagi, aku tergelak menanggapinya bukan kah itu sangat menggemaskan.

Kami bisa berbicara se leluasa ini karna sore adalah jam istirahat, banyak pegawai yang mengistirahkan dirinya di jam sore dan pada jam sore tidak banyak pengunjung yang datang. Elsa adalah salah satu pegawai yang memilih lembur sampai sore, karna katanya dia ingin segera pulang kerumah.

Kami bertemu dengan ketidak sengajaan di hari rabu sore hari, waktu itu aku telah selesei berkelahi dengan Burhan anak IPA 2, bisa bisanya dia main main denganku dan sampai membuat amarahku membludak, hari itu aku menghabisinya eits bukan berarti aku membunuhnya ya. Tetapi memberikan pejaran padanya agar dia tau diri.

Seperti biasanya aku memamikrkan mobil lalu segera masuk ke minimarket itu, dan hanya Elsa pegawai yang menjaga kasir. Dengan ucapan kas selamat sorenya aku masuk dengan tergesa dan mengambil minuman serta beberapa obat untuk mengobati lebam di wajahnya, lalu kembali ke kasir "dua pack rokok malboro" kataku pelan, dia dengan pelan pelan pula mengambilkanya dan berucap " sudah ini aja mas?" tanyanya.

"udah, jadinya berapa?"

"120.000 mas" ucapnya lirih.

Mungkin dia sedikit ketakutan karna ulahku, ya memang aku terburu buru waktu itu banyak yang mau aku urus setelah acara transaksi yang kulakukan di minimarket wijaya. Setelah kejadian beberapa hari itu entah setan darimana yang mendorongku untuk kembali lagi ke minimarket itu.

Dan hari itu aku datang dengan pakaian lebih bisa di terima dan muka yang sudah tidak babak belur lagi, hari itu menjadi awal mula kami berkenalan baik, menjalin percakapan akrab. Dia memang nyambung di ajak bicara walaupun dia beberapa tahun lebih tua dariku dan hari itu menjadi saksi awal mula pertemanan kami.

"sudah kau tak perlu mencemaskan aku" ucapku sambil mengeluarkan barang barang dari troli. "bukankah ini sudah menjadi kebiasaanku, emm.. menikmati masa muda" candaku lagi.

"kau memang menyebalkan wa" dengusnya pelan.

" totalnya 240.000" tambahnya lagi.

Aku menyerahkan kartu kredit seperti biasanya. " kau tau gadis yang sering duduk di halte depan minimarket ini?" tidak tau ada angin darimana tiba tiba pertanyaan itu keluar dari mulut dewa.

"dia biasa duduk pada hari senin rabu lalu sabtu" lanjut dewa lagi.

"ooo perempuan itu, ya aku tau tapi tidak terlalu mengenalnya" sambil mengembalikan kartu kredit yang diberikan kepadanya tadi .

" dia memang sering duduk disitu pada hari tertentu saja, beberapa kali memebeli beberapa bahan disini"

"tapi dia terlalu terlalu tertutup untuk berkenalan lebih lanjut tidak seperti kau" sambil mengedikkan bahu. "kenapa? Kau sepertinya mulai tertarik dengannya?" dengan guyonan khasnya.

" yee mana mungkin sok tau lu" Dewa berlalu dengan membawa belanjaanya. " dah gua balik dulu jangan kangen " teriakku dari luar minimarket .

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LIMITEWhere stories live. Discover now