Part 24

235 20 0
                                    

Lee Changsub

Hari ini tidak ada jadwal apapun. Aku sudah berjanji akan mengajak In Na ke suatu tempat. Sudah lama kami tidak jalan bersama. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali kami bersama.

Aku berkaca sebentar. Tingkahku sudah seperti anak remaja yang akan mengajak kencan pacar barunya. Tapi kalian jangan salah paham. In Na dan aku tidak ada hubungan. Entahlah, sampai kapan kami seperti ini.

"kau mau kemana?" tanya Sungjae masuk ke dalam kamar.

"Pergi. Aku tidak bisa menemani Sami ke dokter. Mianhe," ujarku menatap Sami di kandangnya.

"Kau lebih mementingkan urusanmu ketimbang Sami? Kau sudah membuatnya kecewa," ujar Sungjae menatap Sami dengan ekspresi menyedihkan.

"Jadi kau mencoba mengadu domba aku dengan Sami? Kau pasti sengaja menuduhku seperti itu agar Sami marah padaku, kan?" aku memakinya.

"Tanpa aku mengatakan seperti itu, Sami pasti sudah mengerti," jawabnya.

"Arraseo. Kau hanya membuat mood ku berantakan. Sudahlah, aku harus pergi sekarang. Annyeong, Sami-ah," ujarku.

Segera aku merampas kunci mobil di meja nakasku. Semoga saja salju tidak turun siang ini, jadi aku bisa mengajaknya jalan-jalan sebentar. Sebelumnya In Na sudah mengatakan dia akan menunggu di halte bus.

Kenapa aku jadi gugup seperti ini? Tanganku terus berkeringat, padahal udara di luar dingin. Aku akan menjadikan satu hari penuh makna di ingatannya.

Seseorang dengan pakaian berwarna biru muda berdiri di sisi jalan. Ia melambaikan tangan begitu mobilku tepat di sebelahnya. Dengan segera ia masuk ke dalam mobil sebelum orang-orang menyadari siapa pengemudi di dalamnya.

"Maaf aku terlambat. Sami sedang sakit di dorm, aku harus membujuknya terlebih dahulu agar dia tidak kesal," jelasku.

"Sami?" tanyanya tidak paham. Aku baru ingat belum menceritakan Sami kepada In Na. Pantas saja dia tampak bingung dengan penjelasanku.

"Sami itu kucingnya Sungjae. Aku sangat dekat dengannya di dorm," ujarku lagi.

"Arraseo. Ku pikir Sami itu manusia," ujarnya tertawa.

"Kau mau ke mana?" tanyaku.

"Entahlah. Aku mengikuti tujuanmu saja," jawabnya. Baiklah. Semua jawaban wanita selalu sama, terserah. Sepertinya semua kosakata yang di gunakan wanita tidak jauh berbeda.

Tibalah kami di sebuah taman yang menjadi salah satu objek wisata pilihan masyarakat Korea. Tidak hanya Korea saja, wisatawan luar negeri juga pasti mengunjungi tempat ini jika ke Korea.

"Kau tidak takut di lihat banyak orang?" tanyanya.

"Aniyo. Aku sudah memesan tempat ini. Hanya ada kita saja," jawabku. In Na membolakan matanya. Taman sebesar ini memang terdengar gila jika hanya ada dua orang di dalamnya.

"Hei! Kau hobi sekali menghamburkan uang rupanya," ujarnya.

"Hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku tidak perlu menjadi seorang penjahat di sini. Tidak ada satu orangpun," jelasku.

Kami berjalan di jalan kecil yang mengelilingi taman ini. Di sini kiriku tampak berbagai macam pohon yang di lestarikan.

Sepertinya In Na menyukai tempat ini. Dia bahkan membaca pengetahuan yang menempel di setiap pohonnya. Dia menyukai suasana alam rupanya.

"Untuk apa kau membaca semuanya?" tanyaku.

"Menambah wawasan. Aku cukup senang membaca hal-hal seperti ini," jelasnya. Aku mengangguk kecil.

At The End ✓Where stories live. Discover now