ii. the innocent one♕

608 93 43
                                    

Zayn bersenandung kecil selama perjalanannya menuju Masjid. Dengan setelan celana jeans, kopiah, dan baju muslim yang dipakainya, Zayn terlihat percaya diri meskipun banyak orang memperhatikannya yang bersenandung. Zayn masih bersemangat untuk pergi ke Masjid. Tentu saja, ini masih malam kedua kalinya Shalat Tarawih. 

"Hei!" 

Ketika mendengarkan seruan oleh suara seorang perempuan dan merasa bahwa ialah yang dipanggil, Zayn menoleh dan melihat Perrie Edwards sedang berlari-lari kecil ke arahnya. Tidak lupa gadis itu mengulas senyuman kepada Zayn.

Zayn memperhatikan gadis itu. Perrie memakai baju muslim berwarna merah dan kerudung merah muda yang tidak menutup seluruh rambutnya, melainkan hanya disampirkan saja di rambutnya. Zayn sempat berpikir, dasar perempuan sekarang, memakai kerudung saja setengah-setengah. Namun Zayn membuang pikiran itu dan kembali memperhatikan Perrie yang menggantungkan mukenah dan sajadah di lengan kanannya. 

"Hai, Perrie," sapa Zayn sambil tersenyum ketika Perrie sudah dapat menggapainya dan menyamakan langkahnya dengan Zayn. "Where to go?" Sudah pasti Perrie akan ke masjid. Zayn bertanya untuk berbasa-basi. 

"Tarawih," jawab Perrie singkat. "Kau sendiri saja?" 

"Sebenarnya ibuku dan saudara-saudaraku juga akan pergi Tarawih. Tapi, karena mereka lama, aku meninggalkan mereka di rumah," tutur Zayn. "Bagaimana denganmu?" 

"Ah, aku sendiri," ujar Perrie. "Semua anggota keluargaku sungguh malas diajak Shalat Tarawih." 

Zayn menganggukkan kepala mengerti. Ia dan Perrie kembali berjalan menuju masjid.

"Aku ingin sekali Shalat Tarawih," kata Perrie beberapa saat setelah mereka berjalan. Zayn langsung menoleh memperhatikan, mengetahui Perrie akan bercerita. "Maksudku, ketika aku berkuliah di Selandia Baru, aku tidak pernah pulang ke rumah. Apalagi mengerjakan Shalat Tarawih tiap malamnya. Tapi Alhamdulillah aku tidak pernah meninggalkan puasa, kecuali, kau tahu, ketika that time of the month. Bahkan ketika lebaran saja aku tidak pernah pulang ke rumah. Aku hanya bisa ber-video call dengan keluargaku." 

Sejujurnya, Zayn tidak terlalu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Perrie karena tiba-tiba saja ia merasa mengantuk. Namun, Zayn mengangguk untuk meyakinkan Perrie kalau ia mendengar cerita gadis itu. 

"Aku belum pernah bertemu dengan ibu dan keluargamu."

"Kau bisa bertemu mereka di Masjid nanti," sahut Zayn. "Wajah kami terlihat mirip. Kau akan mengira adikku adalah versi perempuan dari aku." 

"Oh, menarik!" seru Perrie pelan dan tidak ditanggapi apapun oleh Zayn karena cowok itu benar-benar merasa sudah mengantuk.

Zayn merasa bahwa Perrie termasuk gadis yang tidak bisa berhenti tersenyum dan tertawa. Perrie terlihat seperti gadis yang mudah diajak berteman dan tidak mudah tersinggung. 

"Hei, kau tahu mengapa aku menghampirimu?" tanya Perrie kemudian. "Karena kau adalah teman pertamaku di kompleks ini." 

"Hm," Zayn menjawab dengan dehaman yang sungguh singkat lagi. Matanya sudah hampir tertutup.  "Bukannya kau sudah lama tinggal di sini sebelumnya?"

"Tidak. Kau tidak memperhatikan? Tidak ada yang seumuran dengan kita di kompleks ini."

"Oh, aku baru tahu."

"Jadi, kau mau pergi Tarawih bersamaku, tidak?" tawar Perrie kemudian dengan cengiran khasnya. 

"Oh, Perrie! Kita bahkan sudah berjalan dari tadi," Mendengar perkataan Perrie barusan, Zayn membuka kedua matanya secara lebar dan memutar kedua bola matanya, "Kau lihat di depan itu. Masjidnya bahkan sudah terlihat." Zayn menunjuk ke depan, membuat Perrie refleks menoleh dan terdiam. 

Beberapa detik kemudian, Perrie tertawa kepada dirinya sendiri. "Astaghfirullah, aku sungguh memalukan!" 

"Jangan berseru. Ini sudah malam." 

"Oh, baiklah, maaf." Perrie menahan tawanya lagi. Kemudian ketika ia dan Zayn sudah hampir sampai ke Masjid, Perrie berujar, "Terima kasih sudah mau menemaniku berjalan ke Masjid. Aku takut berjalan sendirian di kegelapan malam, jujur saja." 

"Sama-sama," Zayn merasa kantuknya hilang dan membalas senyuman manis yang diperlihatkan oleh Perrie. "Nanti pulang Tarawih aku akan menunggumu lagi." 

"Terima kasih,... ngg," Perrie terlihat bingung. "Aku bahkan belum mengetahui namamu!" 

"Zayn Malik." 

Perrie tersenyum lebar. "Oke. Terima kasih, Zayn!"

Safe Place to FallWhere stories live. Discover now