See You Again

357 32 0
                                    

---

"Huh..."

Ini sudah kesekian kalinya remaja tanggung yang baru duduk dibangku sekolah menengah pertama itu menghela nafas, seolah tak perduli jika kebahagiaannya akan terkikis. Berjalan random ditrotoar sembari menendang kaleng kopi yang sudah ia habiskan. Ia sedang merutuki dirinya yang selalu dirundung sepi karena kejadian naas yang dialami setahun lalu, keluarga tewas dalam sebuah kecelakaan. Ia yatim piatu dan tak punya sanak saudara karena kedua orangtuanya anak tunggal dan orangtua merekapun telah lama meninggal. Ia sebatang kara, berbekal tabungan dan asuransi serta beasiswa lalu jika semuanya telah habis, apa yang bisa ia lakukan ?

Puk

"Aduh..."

"Ah, maafkan saya. Apa itu sakit sekali ?"ia meringis kala sosok itu terus mengusap kasar keningnya yang ternyata memerah membuatnya tak enak hati lalu tertunduk dalam.

"Maafkan aku nona, aku--"

"Tak apa, nanti juga hilang."ia mendongak lalu kini ia harus merutuk atau mensyukuri, praduganya salah besar. Bukan omelan atau cacian yang ia dapat tapi senyuman. Duh jantung bertalu.

'Hatiku hangat...'

"Maaf, tuan..?"

"Ah, maaf nona. Aku malah melamun tak jelas."ujarnya kikuk membuat sosok itu tersenyum maklum lalu berniat melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti namun lagi-lagi harus ia urungkan lalu menoleh dengan raut bingung.

"Ada apa tuan ?"

"Aku Jungkook. Jeon Jungkook."ujarnya dengan cengiran kaku sembari mengulurkan tangannya, sosok itu tersenyum kecil lalu menyambut uluran tangan itu dengan senang hati lagi-lagi membuat sesuatu dalam dada remaja tanggung itu heboh tak karuan.

"Aku Jung Hoseok, panggil saja Hosiki atau hobi atau terserah kau saja."ujarnya lagi-lagi dengan senyuman, si remaja tanggung mana tahan.

'Apa dia tak takut kalau sudut mulutnya akan robek jika terus tertarik seperti itu ?'

"Ya, berarti aku memanggilmu Sunshine saja."

"Eh, kenapa begitu ?"sosok itu menatapnya tak percaya yang dibalas senyuman.

"Karena senyumanmu seindah sinar mentari bagiku."ia menahan diri untuk tidak mencubiti pipi gembil dengan rona merah muda tipis itu, bisa kena gampar kalau ia sampai nekad.

"Ah, eum Jungkook kalau begitu aku permisi, ada urusan yang harus kuurus. Sampai jumpa lagi."ia melambai singkat lalu masuk kedalam bus, meninggalkan si remaja tanggung yang terus menggenggam satu harapan kalau ini bukan terakhir kalinya mereka berjumpa dan suatu hari, entah itu kapan mereka akan bertemu.

Bolehkan jika ia berharap.

"Senang mengenalmu, Sunshine."

Untuk pertama kali dihidupnya setelah setahun kepergian seluruh anggota keluarganya, Jeon Jungkook tak merutuki diri. Ia merapal syukur dalam hati karena sosok manis dengan senyuman seindah mentari. Sendunya hilang, hanya hangat yang tersisa dan ia menyukainya.

**

"Kudengar kita kedatangan guru bahasa yang baru ya."

"Ah, masa sih ?"

"Perempuan atau laki-laki ya kira-kira ?"

"Katanya sih perempuan, cantik lagi. Dia hanya beda 3 tahun tapi karena dia loncat kelas dan menjadi lulusan terbaik saat dibangku kuliah, Kepala Sekolah langsung merekrutnya untuk menjadi guru."

"Wah hebat sekali, aku jadi semakin penasaran."

Jungkook mendengar semuanya walau pandangannya masih tertuju pada buku biologinya yang tebal. Ia juga ikut penasaran, siapa gerangan guru baru yang dielu-elukan seluruh isi kelas. Semenagungkan itukah ? Pasti masih kalah dengan Sunshinenya.

Ngomong-ngomong soal Sunshine, ia tak lagi bertemu dengannya. Kelabu itu memenuhi sudut hatinya lagi.

"Anak-anak, bapak mohon perhatiannya sebentar."seru sang wakil kepala sekolah dengan gayanya yang tegas disamping sang kepala sekolah yang hanya diam dengan wajah angkuhnya seperti biasa, maklum kaum high class. Seisi kelas langsung senyap memberi atensi sang wakil kepala sekolah nan tampan untuk langsung pada pokok permasalahan.

"Baiklah, saya Namjoon sebagai wakil pak Park Jungmyeon alias Pak Suho ingin memperkenalkan anggota baru sekolah BigHit yang akan menjadi guru bahasa kalian karena istri saya selaku guru bahasa yang lama masih dalam perawatan paska operasi usai melahirkan anak kami eum maafkan saya, jadi langsung saja. Eum Jung Hoseok silahkan masuk."panggilnya dengan nada sedikit lembut lalu muncullah sosok bagai cahaya menyilaulkan membuat seisi kelas terpaku, termangu, terpekur dan membeku kecuali satu orang. Yang ia lakukan kini beranjak dari duduknya, berjalan lurus kedepan dan memeluk tubuh mungil berbalut blus hijau lumut dan rok pensil selutut dengan erat membuat semuanya terperangah, sang guru baru mematung.

"Aku senang bertemu denganmu lagi, sunshine. Aku merindukanmu."gumamnya sembari mengeratkan pelukannya membuat sosok yang dipeluknya semakin kaku, ia seperti melewatkan sesuatu.

"Maaf, kau ini siapa ? Apa aku pernah mengenalmu ?"

Deg

'Tidak mungkin! Dia...'

"Ah, eum maafkan aku nona maksudku bu guru Hoseok. Mungkin aku salah orang, permisi."ia beranjak pergi meninggalkan kelas membuat seisi kelas menatapnya bingung dan sang guru baru yang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

'Apakah aku dan dia saling mengenal ya ?'

"Eum maafkan ketidaksopanan salah satu muridmu, nona Hoseok. Jungkook memang sedikit berubah sejak kepergian seluruh anggota keluarganya setahun lalu."

"Ah, tak apa pak Jun. Saya paham kok."ujarnya dengan seulas senyuman membuat kedua pria dewasa itu menahan nafas, takut khilaf.

"Kalau begitu kami permisi nona Hoseok."ujar sang kepala sekolah sembari menarik tangan wakilnya untuk ikut bersama karena nyaris mimisan melihat senyuman hangat sang guru baru, Hoseok mengerjap lucu lalu menggelengkan kepalanya. Kembali pada tugas awal.

"Okay, guys. Namaku Jung Hoseok, kalian bisa memanggilku Miss Hosiki. Mengerti ?"

"Mengerti, Miss."seulas senyum kembali terbit membuat para siswa sibuk menyumpal lubang hidung bahkan para siswi meringis meratapi diri yang tak punya senyuman secerah dan sehangat itu. Hoseok mengerjap bingung.

'Ada apasih sebenarnya ? Aku jadi pusing.'

Tbc

Biarkan Hosiki sibuk dengan pemikirannya, hah susah juga ya jadi orang cantik. Kasihan Hosiki.

Itu ajasih.

Jaa minna-san 😊

Seindah Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang