IX

8.4K 998 66
                                    

Sakura mengganti pakaiannya menjadi gaun longgar selutut berwarna salem dengan lengan lonceng yang tidak terlalu lebar. Sementara itu, dua pasang baju yang telah ia gunakan dijemur bersama sepasang milik Sasuke di dekat perapian.

Kamar tidur yang mereka tempati diterangi oleh beberapa lampu lilin hias yang cukup untuk memberikan penerangan. Sakura menyisir rambutnya sambil melihat pantulan diri pada cermin. Untuk pertama kalinya, ia menampilkan senyuman. Perempuan itu merasa jauh lebih segar dibanding waktu-waktu lalu ketika hanya berdiam diri di istana.

Saat itu, pintu terbuka. Sasuke muncul dengan tampilan baru, kaus abu-abu berlengan panjang, dan celana katun coklat. Lelaki itu berdeham canggung ketika melihat Sakura yang duduk membelakanginya. Pemilik nama Uchiha itu memutuskan untuk tidur di sofa, sebuah kursi panjang sederhana yang diletakkan di seberang ranjang.

Sesaat lelaki itu merenung seraya menatap langit-langit kamar. Tangan kanannya terlipat di atas kepala. Sasuke memikirkan banyak hal, termasuk tentang Sakura dan Kaisar Jiraiya yang tak mengirimkan pesan apapun lagi. Ia menghela napas dan berusaha memejamkan mata. Ia akan bertanggung jawab sekembalinya mereka ke ibukota.

Tak lama kemudian, terdengar suara lantai kayu yang berderit ketika Sakura melangkahkan kaki menuju tempat tidur. Perempuan itu menyibak selimut tebal dan menyusup masuk dalam kehangatannya. Bantal yang ia kenakan tidak selembut miliknya di istana.

Akan tetapi, tempat itu cukup mengobati rindunya akan tempat tidur. Selama dua hari sebelumnya, ia harus tidur di lantai gua yang kasar.

Sakura menatap ke arah Sasuke yang telah memejamkan mata. Apakah lelaki itu masih terjaga?

"Sasuke-kun?"

Panggilan Sakura membuat Sasuke menoleh. Ia memang belum berencana untuk tidur.

"Apa kau mengikuti sayembara itu?" tanya Sakura tanpa menatap Sasuke.

"Mengapa kau menanyakannya?" tanya Sasuke dan menghela napas. Sakura tak menjawab. Ia berpikir dua kali sebelum melontarkan pertanyaan.

"Bagaimana jika kau harus menikahi putri mahkota itu?" tanya gadis itu lagi. Empat siku-siku terbentuk di dahi Sasuke. Ia baru menyadari gadis itu pasti telah memendam keingintahuannya di sepanjang perjalanan. Sasuke mendengus dan tersenyum miring.

"Aku akan melakukannya jika putri itu menyukaiku," jawab Sasuke ringan. "Jika tidak, aku akan melepasnya."

Mendengar jawaban itu, Sakura bangkit terduduk. Ia memandang Sasuke yang telah memejamkan mata.  Ia tak yakin, tetapi lelaki itu terlihat serius akan ucapannya. Lelaki itu seolah tak memikirkan hal-hal menggiurkan yang akan ia dapat ketika menikahi seorang putri mahkota. Apa laki-laki itu gila?

"Seorang raja adalah orang yang paling kesepian," kata Sasuke seolah menjawab pertanyaan yang dipikirkan Sakura dalam hati. Jawaban yang singkat namun sukses membuat Sakura mengatupkan bibirnya. Perkataan itu pernah dikatakan oleh sang kakek padanya.

Sakura tak bertanya lagi. Ia menghela napas dan memejamkan mata. Kali ini rasa kantuk menguasainya. Ia terlelap jauh lebih cepat. Tak lama, terdengar deru napas halus dan teratur pertanda perempuan itu telah tidur.

🏰
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kehidupan ibukota Konohagakure berjalan normal. Tak satu pun tahu bahwa putri mahkota mereka melarikan diri selain penghuni istana. Sang penguasa Konoha telah bertitah untuk merahasiakan kepergian cucu tunggalnya dengan ancaman hukuman berat bagi siapapun yang melanggarnya.

Selain itu, ia mengumumkan bahwa Sakura kini ikut dalam pengembaraan yang dilakukan oleh Sasuke meskipun terjadi tanpa terencana. Semua prajurit telah ditarik kembali dan diliburkan. Megumi dan dayang-dayang yang bekerja untuk Sakura tidak dihukum.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Where stories live. Discover now