Cheese Cake

599 67 19
                                    

-Kaylee's-

"Pesanan meja nomor lima, Kay?"

"Iya," aku mendongak kearah Carol, kemudian kembali menghias piring yang berisi lasagna yang masih hangat.

Setelah menghias, aku segera memencet bel dan beranjak ke wastafel terdekat, mencuci tangan dan lanjut memasak pesanan meja yang lain.

Sesuai dengan yang kalian baca tadi, aku memang seorang chef yang bekerja di sebuah restoran keluarga yang bernama Sally's Cook. Memang bukan Sally--pemilik restoran ini yang memasak, tetapi aku dan beberapa temanku yang lain.

Aku masih berumur tujuh belas tahun. Ya, mungkin kalian berpikir aku terlalu muda untuk menjadi seorang chef. Aku berhenti dari sekolah demi membantu keuangan keluarga. Bisa dibilang kalau akulah yang paling muda dari semua teman kerjaku, tetapi perbedaan umurku dengan mereka tidak terlalu jauh.

Misalnya aku dan Carol hanya berbeda dua tahun. Yang paling tua dari antara kami adalah Gill. Dia berumur tigapuluh lima tahun, sudah menikah dan memiliki dua anak yang masih kecil.

Kembali pada kehidupanku. Aku hanyalah seorang remaja biasa yang cuek, aku tidak tahu pasti karena teman-temanku yang menilai. Kata teman-temanku, aku sangat cuek dan dingin tetapi sebenarnya aku hanya tidak mau di persulit dengan keadaan.

Sahabatku adalah Andrea Green (bukan kerabat penulis terkenal, John Green). Aku bersahabat dengannya sejak sekolah dan masih berhubungan sampai sekarang. Hanya dia yang bisa mengerti aku, bagaimana cara berpikirku, warna favoritku, semuanya!

Aku rasa aku sudah terlalu banyak mengoceh. Aku sebaiknya kembali bekerja.

***

"Sebaiknya kau taruh saus disebelah kanan, karena jika melingkar membuat tampilan makanan tidak klasik."

Hari ini, kami para chef sedang berdiskusi tentang menu baru. Kami berinisiatif membuat satu menu baru selama seminggu, dan setelahnya membuat menu baru lagi. Jika ada salah satu menu yang banyak sekali dipesan, menu itu akan menjadi menu tetap. Ini trik kami untuk membuat pembeli berdatangan.

"Oke, ada saran baru?" tanyaku, melihat kearah semua chef. Mereka semua menggeleng, dan aku langsung mengambil laptopku, dan kemudian menulis saran yang tadi diajukan. Aku melihat sebagian para chef berpulangan, hanya ada beberapa yang menginap disini, termasuk aku. Tapi tidak, aku tidak menginap disini.

"Kaylee, sebaiknya kau pulang saja, ini sudah malam."

Aku mendongak kearah suara itu, dan melihat Clove berada disampingku. Dia Clove Marre, umurnya duapuluh satu tahun, baru saja menikah tetapi sayangnya suaminya sudah meninggal. Jadi dia sering menginap disini.

"Oke, aku akan patuh kepadamu, Clove," ujarku tertawa, kemudian memasukkan laptopku kedalam tas. Memberi salam perpisahan kepada beberapa chef, dan pulang.

Setibanya di rumah, aku segera masuk ke rumah, membuka sepatu converseku yang sudah robek sedikit. Aku berencana untuk menggantinya setelah hari gajian. Aku berjalan untuk menggantung jaket dan berteriak dengan kencang, "Ibu, Ayah, aku pulang!"

Aku mendengar suara keras dari dapur yang membalas sapaanku, "Kau sudah pulang, Kay! Ayo ke dapur dan bantu Ibu memasak makan malam!"

Aku tersenyum tipis sambil berjalan menuju dapur. Setibanya di dapur, aku meletakkan tasku di atas meja dan duduk di sebelah Ayah yang sedang membaca koran.

"Ada berita bagus dan buruk apa, Yah?" tanyaku pada Ayah.

"Ekonomi. Dua-duanya di ekonomi. Bagusnya, harga bahan makanan sedang turun dan buruknya, harga baju di pasaran juga ikut turun," ujar Ayah sambil melirik-lirik Ibu yang mendelik ke arahnya. Aku hanya tertawa kecil.

Aku berdiri, mengambil celemek untuk di kenakan dan berdiri di sebelah Ibu.

"Mashed potato for dinner," ujar Ibu. Aku tersenyum kecil dan mengupas kentang dengan alat pengupas.

"Kay?" tanya Ibu. Aku menoleh padanya sedikit.

"Apa kau tidak memiliki artis idola?" tanyanya lagi. Aku berpikir sejenak.

"Haha... untuk apa memiliki artis idola? Kekanakan sekali, Bu."

"Hanya bertanya, Kay. Ibu tidak pernah mendengarmu mengoceh tentang idolamu," jelas Ibu.

"Aku masih ingat kau meloncat di tempat tidurmu dengan sendok kayu besar milik Ibumu," timpal Ayah. Aku tertawa.

"Sepertinya kau memang jodoh dengan pekerjaanmu yang sekarang," ujar Ibu.

"Aku hanya mengikuti passion saja," jawabku.

"Nah, kentangnya sudah ku kupas."

Aku menyodorkan mangkuk yang berisi tiga kentang pada Ibu.

"Bagus sekali!" ujar Ibu sambil menepuk tangannya.

"Biasa saja, Bu."

"Tidak, ini sempurna!"

Aku tidak menjawab. Aku mengambil kulit-kulit kentang dan membuangnya ke tempat sampah. Aku segera mencuci tangan dan mengambil gelas untuk minum.

"Kenapa kau tidak melanjutkan sekolah saja, Kay?" tanya Ayah.

Aku menggeleng, "Tidak perlu, Yah. Sebaiknya aku membantu kalian saja. Lagipula ini untuk kebaikanku juga."

"Tapi kau harusnya bergaul dengan te-"

"Ada Andrea, Yah."

Ayah bungkam oleh ucapanku. Dia kembali membaca korannya. Akupun kembali membantu Ibu memasak.

***

Oke guys. Fanfiction ini bukan dibuat sama 1 orang tapi 2 yeeeeeyy. Akun Kita: ervinaxhood and fetusfeels

Predictable ✖ l.hWhere stories live. Discover now