(02) an angel behind the sun

206 27 0
                                    


Kim Taehyung, pemuda berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai fotografer profesional dan photo editor untuk majalah Glamorous. Ia sukses menjalani karirnya saat ini berkat hobi memotret yang sudah dilakukannya sejak SMA. Walaupun hobinya itu dianggap remeh, Taehyung telah berhasil membuktikannya dengan memenangkan lomba fotografi di sebuah acara seni antar kota. Padahal ia pikir, fotonya terlihat sederhana. Objeknya adalah seseorang yang sedang merentangkan kedua lengan, merasakan hembusan angin yang bertiup kencang di atas bukit. Dari sana, terlihat gedung-gedung dan rumah-rumah yang berjejer rapi. Foto itu diambil ketika matahari terbenam, terlihat dari warna oranye yang menyembul dari cahaya matahari.

Bahkan jika tidak ada objek manusia sekalipun, foto itu bisa saja terlihat indah. Tapi Taehyung merasa ada yang hilang jika sosok itu tidak ada dalam fotonya. Tanpa ada sosok itu, mungkin ia tidak akan menang dalam lomba fotografi itu.

Ia tidak akan menang tanpa Park Jimin.

Ya, sosok di dalam foto itu adalah sahabatnya, Jimin. Mereka mulai akrab sejak kelas satu dan lama kelamaan mereka jadi semakin dekat hingga tanpa disadari mereka menjadi sahabat. Jimin adalah satu-satunya orang yang sangat mendukung dunia fotografi yang dicintai Taehyung, bahkan Jimin lah yang menyarankan Taehyung untuk mengikuti lomba fotografi.

-x-

Taehyung-ah! Kau harus ikut lomba ini! Foto-fotomu kan bagus. Ikut ya?

-x-

Masih teringat di kepala Taehyung dengan usulan Jimin waktu itu. Apa jadinya jika Jimin tidak mengusulkan dirinya untuk ikut lomba? Mungkin ia tidak akan jadi seperti sekarang. Mungkin orang-orang masih menganggap remeh hobi fotografinya. Dipikir-pikir lagi, Taehyung sangat berutang budi pada sahabatnya itu, dan ia tidak ingin menyia-nyiakan kebaikan Jimin kepadanya.

Sebagaimana Jimin telah mendukungnya, Taehyung juga mendukung Jimin dalam kelas menarinya. Impian Jimin adalah menjadi seorang penari profesional dan ia mengambil kursus di luar jam sekolah agar bisa mencapai impiannya itu. Kadang-kadang Jimin bisa pulang malam karena ada jadwal kursus di hari-hari sekolah. Biasanya disaat itulah Taehyung selalu menjemput Jimin.

-x-

Taehyungie, kau tidak perlu repot-repot menjemputku tiap malam begini...

Tidak apa-apa! Aku tidak keberatan kok, lagipula aku ingin pulang denganmu.

-x-

Kegiatan itu menjadi hal yang rutin dilakukan oleh Taehyung. Meskipun awalnya Jimin merasa sungkan, tapi Taehyung meyakinkan sahabatnya bahwa dia baik-baik saja dan akan selalu menjemput jika tidak ada halangan apapun.

Hari demi hari berlalu dan tak terasa mereka sudah lulus SMA. Di akhir masa sekolah, persahabatan mereka tetap tidak pernah putus. Apalagi mereka akan melanjutkan perguruan tinggi di universitas dan fakultas yang sama, meskipun jurusannya berbeda. Jimin mengambil seni tari, sedangkan Taehyung mengambil jurusan seni rupa.

Dalam hatinya, Taehyung lega bisa melihat dan bertegur sapa lagi dengan Jimin. Ia tidak bisa membayangkan jika harus kuliah di tempat yang berbeda dan tidak bisa bertemu sahabatnya lagi. Ia takut Jimin akan menemukan sahabat yang baru jika ia tidak ada bersamanya. Ia khawatir tali persahabatannya putus jika ia berada jauh dari Jimin.

Taehyung takut kehilangan Jimin.

Sejak lomba fotografi pertamanya, Taehyung mulai menyadari sisi lain dari sahabatnya. Jimin yang menjadi objek fotonya terlihat indah, tapi terlihat lebih indah jika ia melihat rupanya yang lebih nyata. Rupa seorang Park Jimin yang menawan. Senyumnya, tawanya. Semuanya lebih dari sekadar keindahan yang terlihat dari hasil karya fotografinya. Jimin bagaikan seorang malaikat dan ia ingin melindungi malaikat itu.

Ada rasa yang membuncah di hatinya, tapi ia sendiri belum paham apa perasaan itu. Perasaan ingin melindungi namun lebih dari itu. Taehyung ingin merangkul Jimin dalam pelukannya, ingin memilikinya.

Perasaan apa ini? 

Hidden VisageWhere stories live. Discover now