2. Bahasa cinta

37 4 6
                                    


Diam bukan tidak lagi merasa
Marah pun bukan berarti benci
Terkadang, seseorang lupa pada bahasa dalam cinta

"Yaa lepaskan ku bilang"

Suara teriakan itu menggema dalam ruang apertemen yang terbilang cukup mewah. Seorang gadis menyentak paksa tangannya dari genggaman pria berwajah letih disana

"Aku minta maaf ji, aku tidak menyangka akan sesibuk ini"

Woojin, pria itu meraih tangan kekasihnya sekali lagi, mencoba peruntungan. Dan benar saja, Jihyo hanya mendesah pendek tanpa berontak

"Aku tidak sedang bicara tentang kesibukan mu yang sangat banyak. Kau seorang penyanyi dan aku paham. Tapi woojin, aku kekasihku, paling tidak berikan aku kabar sekali dalam sehari"

Woojin mengangguk, perlahan ia menarik Jihyo dalam pelukan. Mengusap lembut punggung kekasihnya selama dua tahun ini. Ia paham jika Jihyo marah. Sudah hampir dua bulan ia seperti ini, sibuk dan nyaris tidak pernah menelpon kekasihnya.

"Aku mengerti. Maafkan aku, lain kali aku akan memberi kabar"

Jihyo menggeleng, ia menatap woojin kesal dengan bibir yang mempout

"Jangan hanya berjanji. Aku khawatir setiap hari karnamu"

Woojin terkekeh dan membawa jihyo untuk duduk di sofa. Ketegangan perlahan mengendur di antara mereka.

"Kemarin Guanlin menelponku, kau juga jarang menghubunginya. Kau terlalu sibuk sampai lupa sekitar, jangan begitu"

Senyuman muncul dibibir woojin, merasa bersyukur untuk kekasih baik yang ia miliki

"Baiklah, maafkan aku membuatmu khawatir. Terimakasih sudah mengerti"

Kali ini Jihyo mengangguk. Ia menyenderkan kepala di dada woojin dan memeluk pinggang pria itu dari samping. Mencari posisi yang nyaman

"Heem.. untung kekasihmu sebaik aku kan. Jika tidak kita pasti sudah berakhir malam ini"

"Iya iya"

"Jangan hanya iya iya. Untuk semua hubungan komunikasi sangat penting. Tidak harus setiap saat. Paling tidak satu kali dalam sehari"

Woojin mengusap pelan rambut Jihyo. Merapikan beberapa helai yang jatuh menutupi wajah si cantik

"Maafkan aku, akan ku perbaiki"

Jihyo bergumam sebagai jawaban

"aku sempat berpikir tidak-tidak
Selama kau menghilang. Untung saja tidak benar terjadi"

"Hey, kau perlu memeperbaiki otak cantikmu itu sayang. Aku masih mencintaimu, jangan meragukan itu"

Woojin berucap protes.

"Iya. aku senang sekali"

Mereka terdiam untuk waktu yang lama. Menikmati waktu manis yang lama hilang dalam sebuah pelukan sederhana di sofa apartemen.

Ini bukan tentang bagaimana cinta perlu selalu bersama, tapi tentang bagaimana hubungan harus di jaga dengan komunikasi yang baik. Bukan sebuah kesalahan jika saja pada akhirnya satu di antara mereka memilih pergi karna lelah, itu hanya kekeliruan yang muncul dari hilangnya bahasa dalam hubungan mereka. Tapi, saat mereka benar mencintai dengan ketulusan, mereka akan lebih memilih marah dan bicara, bertengkar tapi menyelesaikan semuanya dan mengakhirinya dalam pelukan manis penuh pengertian. Dari pada diam dan pergi perlahan.

Bukan tentang seberapa banyak waktu yang mereka lalui bersama. Tapi tentang bahasa dan komunikasi yang terjaga baik di dalamnya.

"Jadi sayang. Kenapa kau tidak memberikanku ciuman yang panjang saja dari pada merengek dari tadi?"

Jihyo melotot kesal untuk ucapan woojin. Ia melepas pelukan nyama mereka dan ganti memukuli pria tampan tersayang nya

"Woojin mesum sialan"

~~end~~

Untuk jihyo. biji Kuaci baik hati

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jun 08, 2018 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

IMEGINE (love story)Onde histórias criam vida. Descubra agora