(٠١) Sirat Masa Lalu

4.6K 225 15
                                    

Vote dan comment banyak-banyak dulu ya.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Dua puluh tahun aku menulis tentang cinta, masih saja aku di halaman pertama."

|Aziz Anwar Fachrudin|

×××××

Jatuh hati?

Dua kata yang sangat bermakna dikalangan para single, bukan? Mengikat suatu perasaan dengan kekecewaan.

Ya....

Karena jatuh hati memang membuat diri terlampau batas. Malah bisa saja tidur tak nyenyak, makan tak enak memikirkan perasaan yang tak tentu arah. Namun... Siap-siap saja patah hati. Di dunia ini punya pasangan lawan kata, antonim. Karena jatuh hati lawan katanya patah hati.

Dan... Dirinya telah merasakan keduanya.

"Huftt!" Perasaannya mendadak jenuh, lagi-lagi harus mengingat masa lalu. Telapak tangannya ia tangkupkan di wajah putih yang selalu saja terjaga air wudhu sembari menyadarkan pinggang di kursi. Teganya semesta mencampuradukkan hatinya, walaupun saat ini ia telah benar-benar ikhlas.

Iya, dia telah melupakan saat-saat batinnya hancur bak kepingan partikel bernamakan masa lalu.

Sekarang dirinya berada di ruang kelas, lima belas menit yang lalu kelas yang diajarnya telah bubar. Namun, entah mengapa raganya ingin tetap di sini merasakan ke-sen-di-ri-an. Pikirannya tertuju pada pembicaraan singkat antara dia dan Abi tadi.

"Anna, Abi ingin kamu menikah dan kalau bisa secepatnya," putus laki-laki yang usianya sudah memasuki setengah abad. Pupil kecoklatan miliknya menatap lekat manik mata yang sama dengan apa yang dia punya. Abi adalah pria satu-satunya yang memanggil ia dengan nama Anna. Dulu abi sering menyebut dengan nama belakang Miranda, Anda karena mungkin sedikit sulit jadi dia pun mengganti dengan sebutan Anna.

Perempuan dengan khimar tosca serta gamis rumahan menjadikan penampilannya lebih casual. Matanya terperangah kala ayah yang telah mendidiknya hingga sebesar ini, menyayanginya sampai detik ini menyuruhnya menikah ditambah lagi secepatnya?

"Anna belum ada pilihan, Bi. Terus juga Anna masih belum memikirkan lagi saat kejadian itu."

Faras--Abi Miranda mendesah, "Jangan diingat lagi, Dek!" sahutnya datar. Kala menilik masa lalu sang anak, dirinya merasa tak berguna saat itu. Saat anaknya benar terjatuh, terperangkap dalam patah yang melanda. Namun, betapa dirinya merasa bersyukur karena sang anak bangkit dari keterpurukkan akibat dicampakkan. Hatinya pun teriris, ketika melihat harga diri bidadari satu-satunya terluka karena rasa tanggung jawab yang hilang.

"Bukan gitu, Abi ...."

"Pikirkan dulu, nak masalah calon jodoh Abi ada kok." Cengiran khasnya tercetak di raut wajahnya.

Darah Miranda berdesir, "Abi!" pekiknya kesal.

Terik matahari menyilaukan pandangannya. Setelah melaksanakan shalat dzuhur di masjid Salsabila, samping sekolah tempat ia mengajar, Miranda menunggu adek-adek anggota liqo yanh sedikit akan ia beri ilmu. Aktivitas ini telah digelutinya, menjadi murrabi---memimpin jalannya halaqah saat dirinya aktif di organisasi Pemuda Ke Masjid empat tahun yang lalu.

The Heart Order To Love [SELESAI]Where stories live. Discover now