Bab 2 - Mata dibayar mata

28.7K 2.7K 19
                                    

Awan berarakan di atas sana. Angin pagi itu meniup dengan segar. Sungguh cuaca yang cerah untuk pagi ini.

Di sebuah toko barang antik dan perhiasan, seorang saudagar kaya tengah membersihkan permata antik yang baru ia dapatkan dari hasil memaksa. Raut senang terlihat jelas di wajah pria bertubuh berisi dengan tinggi yang tak mengimbangi tubuhnya. Jelas saja pria itu merasa senang, ia baru saja kejatuhan bulan.

Beberapa menit lalu, ia baru membeli permata berharga dengan harga yang sangat murah. Ia mengatakan si penjual -pemuda yang berusia sekitaran 20 tahun- tidak mungkin memiliki permata langka itu kecuali jika ia mencuri dari keluarga bangsawan atau saudagar kaya. Ia mengancam akan membawa pemuda itu ke pengadilan provinsi dengan tuduhan mencuri. Dengan tidak berperasaan, ia mengambil permata itu lalu memberikan sekantung koin. Harga dari permata itu jauh lebih besar dari sekantung koin, lebih dari 10 kantung koin.

Karena pemuda itu tak ingin dipenjara akhirnya ia merelakan satu-satunya harta berharga milik keluarganya pada saudagar licik tadi. Pemuda itu harus mencari uang lebih untuk pengobatan ibunya.

Ditengah kesenangan pemilik toko, pria gendut itu tidak menyadari bahwa desingan angin yang bertiup dari jendela tokonya bukan desingan angin biasa.

Hanya dalam beberapa detik darah membasahi tubuhnya. Sebilah belati telah menggorok lehernya. Merenggut nyawanya dengan sadis.

Berita kematian saudagar itu menyebar dengan cepat. Sampai ke telinga seorang saudagar lain yang tengah berhadapan dengan seorang wanita bertopeng yang menutupi setengah wajahnya dan juga 4 pria bertubuh tegap yang menggunakan pakaian berwarna hitam tanpa mengenakan topeng.

"Kau memang pembunuh nomor satu di benua ini." Saudagar itu tersenyum puas. Ia begitu memuji hasil kerja pembunuh yang ia bayar untuk membunuh saingan bisnisnya. "Ini bayaranmu, sesuai dengan yang kita sepakati." Pria itu memberikan bayaran atas pekerjaan pembunuh bayaran. Jumlah yang tak bisa dibilang sedikit. Sebuah harga yang memang pantas untuk hasil pekerjaannya.

Satu di antara 4 pria mengambil bayaran itu. Tanpa kata-kata mereka pergi dari kediaman saudagar itu.

Di sebuah gua, dengan penerangan 4 obor yang di letakan di 4 sisi. Beberapa orang tengah menikmati pesta termasuk wanita bertopeng tadi. Mereka baru saja merayakan keberhasilan kerja pemimpin mereka.

Black Eagle, penjahat mana yang tak mengenal kelompok ini. Sekelompok pembunuh yang menempati peringkat pertama di benua West. Mereka membunuh tanpa meninggalkan jejak, bahkan kedatangan mereka saja tak akan diketahui oleh target mereka. Gerakan mereka seringan angin, sehalus kapas dan seakurat bidikan anak panah.

Penelope Alexandra, satu-satunya wanita di kawanan itu. Pemimpin pasukan terkejam yang pernah ada di West. Ia membunuh tanpa ampun, dengan sebilah belati ia memastikan bahwa targetnya tak lagi bernyawa. Menyusup adalah keahliannya, ia bisa membunuh dengan senjata apapun. Bahkan ia bisa menerobos puluhan penjaga untuk menghabisi satu nyawa. Penelope adalah ratu iblis yang tak diragukan lagi kekejamannya. Ia membunuh untuk kesenangannya sendiri, mencari kepuasan dari kosongnya jiwanya saat ini.

Dingin, tanpa ekspresi, begitulah yang tersirat dari sorot mata Penelope. Bibir cherry miliknya tak pernah menunjukan senyuman tulus. Yang terlihat dari sana hanya senyuman keji dan dingin. Tawa yang keluar dari mulutnya bukan tawa riang tapi tawa keji yang mengerikan.

Sejak kecil Penelope telah ditempa hidup keras oleh ayahnya yang merupakan seorang bandit gunung. Di desa tempat Penelope tinggal dulu, sebagian penduduk memang berprofesi sebagai bandit. Kesulitan hidup membuat mereka mengambil jalan itu. Mereka merampok orang-orang kaya. Sebagian dari mereka melakukan hal berlebihan dengan memperkosa wanita-wanita bangsawan yang mereka rampok. Mereka merasa bahwa para bangsawan harus merasakan penderitaan mereka.

Cruel RomanceWhere stories live. Discover now