Prologue

5.6K 424 69
                                    

Dandelions.
민들레




Seorang pria berjalan dengan gagahnya melewati pintu bandara dengan sebuah tas tenteng hitam di sebelah tanganya, pria yang begitu tampan dengan dagu runcing serta awak kekarnya sukses membuat semua mata terlebih wanita terkunci kearahnya.

Wajahnya yang sebagian tertutup karena kaca mata hitam dikenakanya itu tidak melunturkan sedikitpun pesonanya.


"Astaga? Lihatlah? apakah dia seorang idol?"

"Kukira bukan? Jika idol pasti sudah banyak Bodyguard dibelakangnya.."

"Benar. Ahh, He's so perfect."

"Aku setuju."


Begitulah kira-kira ungkapan kagum mengenai dirinya, pria itu mendengar namun tidak menghiraukannya sama sekali, Terkesan tidak peduli. Bibirnya sibuk mendumel mencari keberadaan seseorang.

"Dasar supir kolot, kemana perginya dia?"

gerutunya terdengar begitu kasar di telinga siapapun yang mendengar, tak berapa lama datanglah seorang pria dengan pakaian santai yang berpostur lebih pendek darinya, pria yang tidak kalah tampan dengan dirinya.

"Hei, Bro! Lama tidak berjumpa."

Seru seseorang bersurai hitam tadi dengan kaca mata yang menutupi mata sipitnya. Pria yang disapa tadi hanya menghela nafas malas. Kemudian menyerahkan tas yang dibawanya pada Jimin begitu saja.

Jimin —pria yang memiliki postur sedikit lebih pendek itu menerimanya terkejut, menghentikan kegiatan menebar pesona didepan banyak mata wanita dan lantas mendongak kearah Jungkook, pria gagah tadi. Jungkook acuh tak acuh, ia hanya mengelos pergi begitu saja menuju parkiran diikuti Jimin dibelakangnya.

Langkanya kemudian terhenti tepat didepan pintu besar yang menerjunkan langsung dirinya pada jalanan. Dilihatnya kebelakang Jimin yang masih sibuk menyapa beberapa orang membuatnya jengah.


"Dasar bantet sialan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dasar bantet sialan." Ketusnya sembari memalingkan wajahnya kearah samping dengan malas.









Sesosok wanita cantik bersurai hitam lurus nan panjang itu tersenyum dengan manisnya, pipinya yang gembul tertarik kesamping, dirinya saat ini tengah berdiri dihamparan lahan luas dengan bunga Dandelion cantik yang memenuhinya.

"Mereka pasti sangat cantik hari ini.. iya kan penni?"

Ucapnya pelan, nada bicaranya terdengar seperti permainan piano dalam intonasi rendah. Begitu membius dan sangat lembut. Membuat siapapun yang mendengarnya otomatis menjadi ikut tersenyum.

Eunha, nama wanita tadi, wanita manis yang begitu jelita namun sangat disayangkan jika dirinya adalah seorang tunanetra.


"Sepertinya matahari semakin beranjak, lebih baik kita pulang sekarang. Ayo penni." Ajaknya kemudian kepada anjing pudel peliharaannya miliknya.

"Gukk!"

Sahut anjing lucu itu seolah menyahut ajaknya majikannya.









"Ha—ya?"

"Hmm?" Sahut sang pemilik nama.

"Maukah kau berjanji padaku.."

Wanita itu sontak terdiam mendengar pengujaran prianya. Ia tidak langsung menjawabnya melainkan termenung seraya menetap kosong kedepan.

"Mwo?"

"Tolong relakan aku jika Tuhan memilihku.."

Ujar sang pria begitu lirih namun sangat menusuk telinga si wanita. Eunha, segera mendongakkan kepalanya menatap sang pengujar tadi, bibirnya bungkam dalam sekejap. Kepalanya menggeleng tidak setuju.

"Aku tidak akan rela..."




-DANDELION-


12 Juni 2018

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DANDELIONS.Where stories live. Discover now