Satu

143 1 0
                                    

Ada yang bilang bahwa persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak ada yang murni. Di antara kedua orang itu pastilah selalu ada percikan perasaan entah itu dari satu pihak atau bahkan keduanya. Aku sangat setuju dengan perumpamaan itu. Dan bahkan aku mengalaminya sendiri. Aku memiliki sahabat bernama Darren dan aku menyukai cowok itu. Kali pertama aku menyadari bahwa aku punya perasaan padanya adalah ketika kami duduk di kelas VIII SMP. Tapi hingga SMA kelas X ini aku masih belum memiliki keberanian untuk menyatakan perasaanku padanya. Aku merasa kikuk dan takut kalau dia menolakku. Jika dia menolakku, maka risikonya adalah kami saling menjauh. Dan aku tidak mau itu terjadi.

Sayangnya, suatu hari, aku menemukan sebuah kenyataan menyedihkan. Kurasa, Darren tidak akan membalas perasaanku. Kecuali kalau aku terlahir sebagai laki-laki. Sebab, dia gay...

***

Usai dari toilet ketika jam istirahat berbunyi, aku memasuki kelas yang suasananya agak aneh. Aku mendapati Darren berdiri di depan kelas dan menundukkan kepala tidak berdaya. Sementara telingaku menangkap cibiran anak-anak sekelas dari tadi.

"Seriusan? Sayang, ganteng tapi belok."

"Tiap hari selalu bareng Tesla tapi dia nggak ngerasain apa-apa sama cewek itu? Kasihan banget Tesla."

"Kiamat makin dekat, nih. Masa cowok suka sama cowok? Nggak banget..."

"Ih. Masa cowok main pedang-pedangan sama cowok lain? Gilaaa..."

Aku tidak tahan lagi. Mereka semua sungguh keterlaluan. Meski Darren begitu, mereka tidak pantas menghakiminya. Dengan impulsif aku menyeruak masuk kelas dan berteriak pada mereka.

"Diam kalian semua!! Kalau nggak punya bukti nggak usah ngomong gitu!" seruku dengan volume suara maksimal yang bisa kucapai. "Emang kalian siapa berani bicara kayak gitu???!!!" lanjutku tidak terkontrol.

Semua murid yang tadi mencela Darren terdiam menatapku. Aku bisa mengerti kalau mereka takut. Sebab aku tidak pernah lepas kendali seperti ini. Sementara itu Darren mengalihkan perhatiannya padaku dan dari wajahnya aku dapat melihat sorot terimakasih.

Aku kembali menatap tajam pada teman-teman sekelas yang tadi mengejek Darren. "Siapa bilang Darren belok? Aku ada bukti kalau dia nggak belok!" ujarku seraya menarik tangan Darren dan mengangkatnya, menunjukkannya pada mereka. "Darren dan aku pacaran. Siapa yang bilang dia homo??!!" tantangku dengan memajukan dagu.

Mereka masih diam dan tidak berani bicara. Aku dapat merasakan wajahku memanas karena emosi.

"Sekali lagi bilang Darren homo, aku akan mendatangi kalian satu per satu." Aku menggebrak salah satu meja teman yang berada paling depan dan memberinya tatapan serius. Dia tersentak sementara aku pergi meninggalkannya dan menggandeng Darren.

Aku menghela Darren menuju halaman sekolah, kebetulan juga di sana ada bangku dan sedang kosong. Kami duduk di sana dan diam-diaman selama beberapa saat.

Darren memecah suasana hening di antara kami. "Tesla, kenapa kamu menyelamatkanku tadi?" tanyanya.

"Kamu sahabatku, nggak mungkin aku menutup telinga saat kamu di-bully."

"Tapi, kalau kamu sudah bilang begitu sama anak-anak, itu berarti kita harus akting pacaran, dong?" tanyanya mulai cemas. Sepertinya aku mulai tahu ke arah mana pembicaraan kita ini.

"Ya gampang kan. Kita tinggal akting pacaran kalau diperlukan. Nggak usah muluk-muluk aktingnya. Kita lakukan saja kebiasaan kita kayak jalan-jalan, makan bareng, dan sebagainya."

"Tes, kayaknya aku mau buat pengakuan deh." Aku memandang Darren, menunggunya melanjutkan ucapannya. "Aku gay. Apa yang anak-anak bilang bener. Makanya aku nggak bisa nyangkal tadi."

Aku memasang wajah masam dan tertawa hambar. "Aku tahu, Darren. Aku sudah tahu dari dulu kalau kamu penyuka sesama jenis. Hanya saja aku nggak pernah tanya atau ngasih tahu kamu. Takut kalau membuatmu nggak nyaman."

"Kok bisa kamu tahu?" tanyanya penasaran.

"Kalau aku nggak tahu, itu berarti aku buta atau nggak peka."

***

======================================================================================

Hai semua...
Ini aku kembali dengan cerita baru, semoga kalian semua suka. Masukan dan komentar kalian akan sangat berarti untukku. Jangan sungkan-sungkan buat komentar dan kalau kalian suka cerita ini tinggalkan jejak ya, bisa divote atau diberi komentar.

Untuk cerita ini aku pengen membuat cerita dari sudut pandang orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan sama penyuka sesama jenis. kayaknya seru xD. tapi emang sedih...

Sebagai ganti cerita ini publish, salah satu ceritaku yang berjudul "No One Can Hide from Love" mau kuhapus sementara. Aku stuck mengerjakannya. Dari cerita itu aku belajar bahwa jangan pernah menulis cerita kalau outlinenya nggak jelas, karena susah banget buat nyelesainnya... T_T

Sekian cuap-cuapku. Semoga kalian senang dengan ceritanya yaa... :))

With love,
EmmaLini...

BROKEN HEART OVER AND OVER AGAINOnde histórias criam vida. Descubra agora