[XVII] Never Good Enough, But It's Never Too Late

484 20 4
                                    

P.S. Sama kayak di part 15, di part 16 ada satu scene yang ditambahnya agak telat. Just sayin' (:

Selasa, 03/08/2010 

“Kalian mau… apa?!”

Hilary melemparkan tatapan datar ke arah gadis di hadapannya. “Santai aja napa, sih, May?”

Maya mengangkat sebelah tangannya. “Bentar, bentar. Mari kita rekap ulang apa yang terjadi. Hilary, anak yang belum ada satu bulan sekolah di sini, yang tiba-tiba jadi piala yang direbutin lima cowok paling sinting di sekolah ini, mau-mau aja bikin band sama lima cowok itu, dan sekarang mau tampil di nikahan orang padahal baru rilis satu video?!”

Belum sempat Hilary merespon, Maya melanjutkan. “Dan lucunya, cewek yang pingsan sampe dijenguk bergantian sama lima cowok itu masih belum sadar juga kalo dia diperebutin?”

Hilary mendesah. “Harus berapa kali kubilang, sih, May? Mereka nggak ngerebutin aku. Will sama Imel, Warner-Wilbur cuma ngefans nggak jelas, Winslow cuma sok iya aja LAFS terus CLBK, dan Whitman–”

“LAFS?” potong Maya dengan dahi berkerut.

Love at fist sight,” jelas Hilary. “Yang jelas mereka nggak seriuslah. Lagian, asyik kok, temenan sama mereka. Aku yakin kamu tau itu.”

Dahi Maya semakin berkerut. “Maksudmu?”

Hilary tampak menimbang-nimbang sejenak, lalu akhirnya menghela nafas. “Whitman udah cerita kemarin,” sahutnya pelan. Hilary ingat, saat Whitman menggantikan Wilbur untuk menjenguknya, mereka punya waktu lebih, karena Will – yang menurut Whitman tidak akan ikut menjenguk, tidak datang-datang, jadi Whitman bisa leluasa bercerita.

Maya awalnya tampak bingung, namun saat ia sudah menangkap apa yang Hilary maksud, ia terdiam, lalu melemparkan tatapan datar. “Emangnya dia cerita apa aja?”

Hilary menggigit bibir sambil menyusun kata-kata dalam kepalanya. Ia tidak mau salah bicara dan memperparah rusaknya persahabatan Maya dan Whitman. “Dia bilang waktu kamu nyatain perasaan, ternyata Warner dan yang lain ngintip, jadinya kamu marah.”

Maya mendengus. “Segitu aja? Dan dari cerita dia, menurutmu aku marah kenapa?”

Hilary tampak berpikir sejenak. “Karena Warner dan yang lain nggak kasih kalian privacy dan kamu males diejekin mereka?”

Maya mengangguk kecil. “Dan itu yang Whitman kira, kan? Tapi itu cuma seperempat masalah sebenarnya.”

Hilary mendekatkan wajahnya dengan kedua mata yang tampak tertarik. “Sisanya?”

Maya tiba-tiba menyeringai. “Silakan cari tau sendiri.” 

***

“Menurutku sih, ya, awalnya emang cuma itu alasannya, tapi makin lama dia jadi makin kesel karna si cowok nggak ngapa-ngapain.”

Hilary memilin-milin renda-renda spreinya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang gagang telepon. “Maksudnya, salah si cowok dia malah ngebiarin si cewek ngambek?”

“Bisa jadi. Mungkin awalnya cewek itu cuma kesel, tapi karna si cowok nggak juga minta maaf, si cewek malah makin kesel, jadi makin rusak, deh, hubungan mereka.” Hilary cukup takjub dengan nada berwibawa dalam suara sahabatnya ini.

Ya, ia sudah menceritakan perihal Maya-Whitman pada Chintya saking tidak tahannya. Maya memang kejam. Ia sengaja membiarkan Hilary bergelut sendiri dalam kekepoannya. Mungkin ini hukuman karena ia mencari tahu sendiri, bukannya menunggu Maya yang bercerita. Hilary sengaja menceritakannya pada Chintya tanpa menyebut nama, dan tidak terlalu detail. Ia tahu ia bisa memercayai Chintya, tapi ia hanya tidak ingin membawa-bawa nama orang lain.

5W+1HWhere stories live. Discover now