Bagian 12. Teman

97.8K 7.2K 1.1K
                                    

"Aku capek"
Dito langsung menahan tubuh Ily yang meluruh kelantai saat genggamannya terlepas dari tiang besi yang dipegangnya.
Setelah membantu Ily duduk baik-baik, Dito menjauh dari Ily karena melihat Saka, Axel dan Vania berlari kearahnya

"Masha!" Panggil Saka merengkuh bahu Ily menghadapnya, kekhawatirannya semakin bertambah saat wajah Ily semakit pucat serta keringatnya bercucuran

"Ily" panggil Axel menyentuh bahu Ily. Merasakan bahunya disentuh, Ily memeluk Saka tepat didepannya

"Aku ingin istirahat, sebentar saja." Ucap Ily menenggelamkan wajahnya diceruk leher Saka.
Entah kenapa hari ini tubuhnya tidak bisa bekerja sama. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, memang Ily merasa kelelahan tapi rasa lelahnya hari ini lebih berat.

* * *

"Beberapa hari kedepan kamu nggak usah terapi dulu ya Sha! Kamu istirahat dulu"
Ucap Saka melap keringat yang ada disekitar wajah Ily.

"Nggak kak! Hari ini aja, besok aku tetap harus terapi" tolak Ily. Dia memang capek tapi bukan berarti besoknya dia masih capek dan membatalkan jadwal terapinya.

"Tapi Sha_" Saka menghela napas panjang melihat Ily dengan mata puppy eyesnya, apa yang bisa ia lakukan kalau begini?
"Tapi bagaimana kalau abang tau jik__"

"Mereka nggak boleh tau!" Potong Ily, jika mereka tau bisa bahaya. Saka menatap Ily datar, bukan karena adiknya itu memotong pembicaraannya melainkan adiknya itu tidak mengerti keadaannya. Saka bisa saja mengabulkan permintaan Ily, tapi bagaimana dengan hidupnya? Jika Saka menyembunyikan sesuatu mengenai keadaan Ily maka tidak lama lagi kepalanya akan tergantung diujung monas.

"Kakak usahain ya" ucap Saka berpikir keras bagaimana cara agar ketiga setan yang kabur dari neraka jahannam tidak mengetahuinya

"Usahanya harus berhasil!" Titah Ily yang diangguki Saka. Kalau Ily sudah bilang demikian maka semuanya harus sesuai keinginannya. Berarti Saka harus menyogok fisioterapis itu dengan ancaman kalau berita keadaan Ily saat terapi sampai ke telinga ketiganya maka mereka harus siap angkat kaki dari rumah sakit, Saka sebenarnya tidak tega tapi apa boleh buat kalau keadaannya kepepet.
Maafkan Saka Tuhan, doa Saka dalam hati.

"Aku bantu ganti bajumu ya, Ly"
Vania berjalan kelemari mencari baju ganti. Ily menolak dan meminta Vania agar tidak repot-repot karena baju yang ia gunakan masih nyaman untuknya.
Vania menoleh kearah Ily untuk memintanya diam dan tidak membantah.

"Bajumu penuh keringat jadi harus ganti! Iyakan, kak?"
Saka mengangguki ucapan Vania. Ily menghela napas pasrah, Vania tidak bisa dibantah.
Sebelum Ily mengganti bajunya, Saka dan Axel keluar dari sana dan akan kembali setelah Ily selesai ganti baju.

Dengan telaten Vania membantu Ily ganti baju seperti apa yang Ily lakukan saat ia sakit. 8 tahun lalu Ily merawatnya sepenuh hati tak perduli keadannya. Meski capek sekolah dan kerja Ily tetap punya waktu merawatnya. Vania tau sampai kapanpun ia tidak bisa membalas jasa Ily padanya dan Vania tau ia tidak akan bisa seperti Ily yang selalu ada untuknya.

"Udah" ucap Vania tersenyum lebar yang dibalas senyum tipis oleh Ily.
Biasanya Ily akan tersenyum tak kalah lebar dari Vania tapi saat ini tersenyum seperti tadi rasanya berat baginya.

"Kamu kenapa liatin aku kayak gitu? Ada yang aneh ya?" Tanya Vania memperhatikan penampilannya gara-gara Ily menatapnya tak seperti biasa

"Nggak" Ucap Ily lesuh

"Tapi kamu lia____"

"Van." Ily memotong ucapan Vania "Sepertinya kamu bahagia sekali. Ada apa?" Lanjut Ily
Vania menaikkan alisnya tidak mengerti. Bahagia?
Melihat kebingungan Vania, Ily mengatakan jika Vania hari ini terlihat bahagia karena selalu tersenyum berbeda dengan hari-hari biasanya

Incredible Brothers 2 (TERBIT)Where stories live. Discover now