05• coffee date

1.9K 409 67
                                    

"Nanti kalau Jungwoo masih batu, apa yang harus lo lakuin?"

Taeyong memutar bola matanya malas. Berulang-ulang Jisoo menanyakan hal yang sama agar Taeyong tak melupakan step by step untuk mengalahkan Jungwoo dalam mempertahankan Jisoo. Well, bukan hanya Taeyong, bahkan Haechan dan Mark— adik Taeyong— sama bosannya.

"Kasih es, jadi es batu." satu pukulan ringan berhasil mendarat di bahu Taeyong. Taeyong mengaduh dengan wajah datar sedangkan Haechan dan Mark tertawa puas. Selera humor Taeyong memang datang di saat yang tak terduga.

"Tanya jawab tentang lo jis, ya ampun."

"Contohnya?"

"Jisoo suka mangga atau semangka. Jawaban Jungwoo selalu salah, gue nanti yang benerin. Iya kan?"

Jisoo mengangguk puas, lalu duduk di antara Haechan dan Mark yang bermain games di ruang tengah keluarga Taeyong.

Taeyong mengikhlaskan hari liburnya terpakai hanya untuk bertemu dengan Jungwoo, pacar Jisoo— laki-laki pula. Kalau bukan karena Taeyong yang berbaik hati terhadap Jisoo, kalau bukan karena rengekan Jisoo yang sukses membuatnya pusing, Taeyong memilih untuk tidur atau setidaknya memainkan alat-alat musiknya yang menganggur di kamar.

"Ketemuan di mana gue sama Jungwoo?" tanya Taeyong, masih berdiri dan memainkan ponselnya. Semuanya sudah diatur sedemikian rupa oleh Jisoo, Taeyong cukup melakoni drama saja.

"Starling."

Taeyong mengalihkan pandangnya dari ponsel ke Jisoo yang kini asik memerhatikan Mark memainkan games di PSP miliknya. Sambil mulutnya ikut bergerak menyemangati atau bahkan kecewa ketika Mark kehilangan point tambahan. Sama sekali tak peduli dengan Taeyong yang kini tengah berkacak pinggang di hadapannya.

"Jis, nggak ada tempat ketemu yang lebih pas gitu? Masa ngopi bareng laki?"

"Emang kenapa? Lumrah kali yong. Pembisnis aja ketemunya di sana."

Taeyong duduk di sebrang sofa berhadapan dengan Jisoo, terdiam hingga Jisoo ikut melihat ke arah Taeyong.

"Kenapa sih Yong jangan kayak anak kecil deh."

Taeyong syok. Anak kecil teriak anak kecil.

"Gue kan nggak mau bisnis, Jis. Gue mau ngedrama."

Jisoo melipat kedua tangannya di depan tubuhnya. Tak lucu rencana hari ini gagal hanya karena Taeyong yang tak menyukai lokasi mereka bertemu. Kalau begitu mengapa tak dari awal saja Taeyong yang memilih sendiri, huh?

"Emang kenapa sih Yong?"

"Nanti disangka pasangan sesama jenis, gimana?"

Haechan dan Mark tertawa terbahak mendengar pertanyaan Taeyong.

"Peduli banget sih kak sama pendapat orang lain? Gue sama Mark suka jalan berdua aja cuek aja tuh."

"Ya elo berdua mah beda, nggak tau malu." Jawab Taeyong ketus, yang kemudian jadi sasaran lempar bantal oleh Mark dan juga Haechan. Jisoo diam cemberut, hingga Taeyong akhirnya melihat raut wajah Jisoo dan menghela nafasnya pelan. Taeyong beranjak dari sofa, berjalan ke pintu keluar rumahnya menuju lokasi tempat ia akan melakukan 'drama' bersama Jungwoo.

"Semangat Taeyong!" teriak Jisoo kegirangan, bersama Haechan dan Mark yang ikut kegirangan karena kegiatan bermain gamesnya dapat berlanjut dengan tenang.

Taeyong meneguk ice cappuccino setelah berhasil mengutarakan satu teks yang telah Jisoo buat dan rangkum untuknya. Jungwoo yang awalnya terlihat kaget, kini berhasil mengatur mimik wajahnya, sebisa mungkin terlihat tenang meskipun kenyataannya jantungnya berdebar tak karuan.

"Jadi, Jisoo suka sama lo?"

"hhm."

"Lo suka juga sama Jisoo?"

Taeyong terdiam sejenak,

"Hhm."

"Ini lagi April mop ya?" tanya Jungwoo dengan polos. Taeyong terbatuk singkat sebelum berhasil menjawab pertanyaan Jungwoo.

"Gue nggak seroyal itu sih sampai ngeluarin ongkos bus sama kopi cuma untuk ngerjain orang hehe."

Jungwoo terdiam. Mungkin syok. Beruntung Jungwoo enggan menangis. Sedang Taeyong lagi-lagi tak peduli. Ia hanya berharap bahwa Jungwoo mengikhlaskan Jisoo untuk lepas darinya, dan Taeyong terbebas dari penjara drama yang membuatnya tak tenang sekarang.

"Gue gak percaya sampai Jisoo yang bilang sendiri."

"Jisoo nangis woo, dia gak tega untuk ngomong langsung mau putus karena dia nganggep lo sebagai adiknya."

Taeyong mengambil nafas lalu membuangnya kencang. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan drama ini sekali seumur hidup di dalam hidupnya.

"Makanya gue inisiatif untuk terus terang sama lo, lo gak mau lihat orang yang lo sayang bahagia? Dia bahagianya sama gue woo. Gue pun bahagia, pokoknya kita saling melengkapi deh."

Taeyong merinding.

Mata Jungwoo berkaca-kaca. Di dalam hatinya yang terdalam, ia sangat menyayangi Jisoo, tapi ia tak mungkin mempertahankan Jisoo yang hatinya untuk orang lain kan? Asal kau bahagia, batin Jungwoo yang bahkan minumannya tak terjamah. Ia sama sekali tak berselera.

"Gue kira, gue tau semuanya tentang Jisoo, yong. Gue kira Jisoo sayang juga sama gue."

Taeyong menahan senyumnya. Ini saatnya teks kedua yang sudah ia latih, ia ucapkan kepada Jungwoo.

"Lo salah woo, lo gak tau apa-apa tentang Jisoo. Menurut lo Jisoo suka Mangga atau semangka?"

"Mangga."

"Salah woo, dia suka jeruk."

Mata jungwoo semakin berkaca-kaca, sampai tak sadar bahwa jeruk bukanlah option yang disebutkan Taeyong sebelumnya. Sedangkan Taeyong masih berusaha keras untuk menahan tawanya melihat Jungwoo. Setelah ini, Taeyong berjanji akan bersikap baik terhadap Jungwoo.

Well, sepertinya rencana Jisoo dan Taeyong berhasil.

Jisoo mencoba menghubungi Taeyong melalui via telpon. Sayang sekali bukanlah suara Taeyong melainkan suara operator yang terdengar di sebrang sana. Selain karena penasaran hasil dari rencananya, langit mendung nampak ingin hujan. Jisoo berencana menjemput Taeyong ke halte bus.

Sesekali mengintip dari jendela depan rumahnya. Jisoo memicingkan matanya ketika melihat Bona baru saja keluar dari rumah Taeyong. Tangannya melambai kepada Mark yang tersenyum lebar. Tak lama pintu rumah Taeyong tertutup, pun Bona yang sudah menghilang dari pandangan.

Mengapa Bona ada di rumah Taeyong? Pertanyaan tersebut berputar berulang kali di kepalanya bak kaset rusak. Masih dengan pakaian rumah, Jisoo keluar dari rumahnya dan berjalan cepat ke rumah Taeyong untuk menanyakan alasan Bona datang kepada Mark.

"Udah makan, Jis?"

"Udah pah, mah." jawab Jisoo cepat setelah mendapatkan pertanyaan yang sama dari mamah dan papah Taeyong.

"Mark." panggil Jisoo pelan. Mark menengok sekilas ke arah Jisoo dan kembali melihat ke arah TV untuk fokus menonton serial running man.

"Bona kenapa ke sini?"

"Oh, kakak cantik itu?"

Jisoo menganggukkan kepala cepat. Bona memang cantik, ia tak perlu mengoreksi.

"Nanyain kak Taeyong kemana. Katanya udah janjian ketemu."

•if we stay•

If We Stay- Taesoo✔️Where stories live. Discover now