Anak Baru

287 31 1
                                    

"Kau darimana kemarin?"
"Danau,"
.
.
.
Semua siswa sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing, semuanya diam walau sesekali masih ada yang saling berbisik dengan teman terdekatnya, berhubung model meja belajarnya adalah satu meja untuk satu orang, dan dalam satu kelas hanya ada 16 orang saja, terdiri dari 8 laki-laki dan 8 perempuan. Sebenarnya kelas dimana Tzuyu ada adalah kelas dengan jumlah siswa paling sedikit, walaupun tak mencolok karena kelas lain dihuni masing-masing 20 orang siswa, alhasil ada 4 bangku kosong tiga dibelakang dan satu dipojokan depan dekat jendela, di depan tempat duduk Chaeyoeng, sahabat kecil Tzuyu.

Berbanding terbalik dengan Tzuyu yang seakan sudah siap dengan kedatangan guru, yang menumpuk kedua tangan di atas meja dan memasang tubuh tegap, matanya memandang lurus ke depan entah melihat apa, yang pasti Tzuyu selalu asik dengan model tatapan seperti itu, di sisi lain Dahyun masih sibuk meberikan selembaran kertas pada Chaeyoeng, walau sudah diperingatkan gadis itu tak mengindahkannya, ia tetap ingin memuaskan rasa penasarannya. Menyadari bahwa dirinya menjadi pusat pembicaraan, Tzuyu menundukkan pandangannya melihat buku bersampulkan warna coklat dan hiasan yang cukup indah, lagi-lagi dia hanya mengembuskan nafasnya berat sebelum kemudian menumpangkan kepalanya ke atas tumpukan tangan, arah pandangnya tepat menuju ke jendela luar dan tak terhalang apapun, sebab bangku di sisi kirinya itu kosong, bangku do depan Chaeyoeng.

Chaeyoeng yang melihat kejadian itu langsung mengurungkan menulis balasan surat yang dikirim oleh Dahyun, ia juga memberi isyarat dengan tangan agar gadis cerewet itu menghentikan semuanya, ia membuka mulutnya hendak memanggil Tzuyu tetapi tertahan karena ragu, terlebih Dahyun terus melemparinya dengan potongan penghapus karena tak kunjung mendapat jawaban.

"Diamlah," ucap Chaeyoeng pada Dahyun tanpa suara dan yang disuruh hanya memasang wajah kesal, dan detik kemudian saat hendak memanggil Tzuyu, lidah Chaeyoeng tercekat mendapati keduaata Tzuyu menatapnya, refleks Chaeyoeng menelan salivanya tang terasa berat.

Chaeyoeng tak bicara, ia menggerakkan tangannya seakan bertanya sesuatu pada Tzuyu, dan gadis itu mengangguk pelan, tak lama kemudian ia juga menggerakkan tangan---tepatnya jemarinya untuk menambahkan jawabannya tadi, dan hal itu membuat mata Chaeyoeng berubah menjadi lebih mengkilat, ia menahan airmata.

Tak bisa, Chaeyoeng tak bisa lagi diam, ia hendak beranjak tapi bersamaan dengan masuknya seseorang yang membuat mereka kini berhadapan, "apa yang kau lakukan?" Tanya orang itu sambil menaikkan sebelah alisnya, dengan mata melotot gadis itu menyuruh orang yang menghalangi jalannya tersebut untuk beralih, tetapi mungkin tak dimengerti orang itu malah ikut memelototkan matanya.

"Minggir," ucap Chaeyoeng kemudian malas jika masalahnya akan semakin panjang padahal hanya satu atau dua langkah yang ia minta.

"Seharusnya kau yang bergeser, kau menghalangi jalanku, aku mau duduk," ucapnya menjawab dengan bersilang dada sekarang, "tak bisakah kau mengerti? Aku mau lewat jadi bergeserlah,"

"Hei nona, aku juga mau lewat, aku hendak duduk,"
Hampir saja Chaeyoeng mencakar wajah orang itu jika tidak dengan segera Dahyun menariknya duduk, larena kesal Chaeyoeng membuang pandangannya ke samping, sebab orang yang membuatnya kesal duduk dihadapannya.

Tak jauh berbeda, orang itu masih melekatkan pandangan pada Chaeyoeng, perlahan ia duduk sambil tersenyum remeh melihat tingkah gadis seperti itu, ia menggelengkan kepalanya saat mendaratkan tubuhnya di kursi, dan karena duduk menyamping ia kemudian terdiam, melihat seorang gadis yang memejamkan matanya di atas tumpukan tangan, ia sedikit bertanya apa gadis ini tertidur?
Jika ya, berani sekali dia duduk di depan dan tertidur di jam pertama. Jika tidak, kenapa wajahnya begitu tenang?

"Berhenti memandanginya," ucap Chaeyoeng yang menyadari bahwa sedaritadi wajah sahabatnya ditatap, tanpa menoleh sedikitpun orang itu bertanya,"apa dia sakit?"

Chaeyoeng sedikit bingung, ia juga khawatir dengan keadaan Tzuyu, tapi ia tak tahu keadaanya sebab tak jadi mendekati Tzuyu, tapi kemudian ia kembali melihat orang itu masih melihat Tzuyu dengan saksama.

"Yak! Kau tak mendengarku anak baru?!" Dengan nada agak tinggi karena peringatannya tak dihiraukan, mendengar hal itu, orang tersebut memejamkan matanya dan dengan kasar membalikkan wajahnya menatap Chaeyoeng ia sedikit berdecik kesal.

"Tak bisa kau lebih santun? Aku punya nama,"

"Oh ya, pentingkah menyebut namamu? Sebagus apa namamu itu, hah? Siapa namamu?"

"Namak-"

"JOEN JUNG GUK," ucap semua yeonja selain Chaeyoeng dan Tzuyu di kelas itu sambil berdiri dengan mata yang berbinar, tak terkecuali Dahyun, membuat gadis berambut hitam sebahu itu melongo seakan mewakili perasaan para namja disana.

"Wwwhatt?" Seru Chaeyoeng seakan tak terima bahwa semuanya berpihak pada lelaki ini.

"Jung.. Kook.. Jungkook," ucap lelaki itu merasa keren.

"Kalian boleh memanggilku, Jungkook," tambahnya lagi.

◾◾🍃◾◾

Hufftt,, akhirnya, nambah lagi satu chapter😁
Mohon tenang ya readers, tolong sabar, pelan-pelan ceritanya mudah2an bagus, Aamiin..
makasih buat yang sedia mampir dan buang waktunya buat baca ff alu yg superr gaje, mudah2an tetap ada yang suka.
Kritik dan saran ditunggu, terimakasih.

-JRN😘

Love In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang