SEBUAH PAGI DAN KAMU

8 0 0
                                    

       

Setiap orang pasti memiliki sebuah tempat favorit dimana mereka ingin menghabiskan waktu hanya dengan dia dan dirinya sendiri. Sebuah meja bundar dengan sebuah kursi kayu yang dilapisi cat kuning yang terletak di sudut ruangan dekat jendela kecil berlatarkan pohon kelapa tepi pantai menjadi salah satu tempat favoritnya. Panggil dia Jede, lelaki yang berambut coklat saat terakhir kali datang itu selalu mengenakan topi  berwarna senada dengan warna kaos tipis yang dipakainya. Sentuhan santai yang terlihat cocok dengan bentuk tubuhnya yang tidak berisi, beratnya mungkin hanya sekitar 55-60 kg. Tiga hari dalam setiap musim panas setiap tahun, Jede akan mengunjungi penginapan di dekat pantai ini, udaranya membuatnya merasa bebas dan menjauhkannya dari tekanan atas rutinitas pekerjaan. Tidak ada yang tahu apa pekerjaan Jede, dia biasanya hanya menghabiskan sepanjang hari untuk duduk menatap jauh ke pantai seolah sedang membayangkan sesuatu, lalu sebelum beranjak kembali ke kamar dia menuliskan sesuatu dalam buku catatan kecil berwarna kuning.

Ini tahun ketiga Jede mengunjungi penginapan itu, seperti kebiasaannya, kali ini dia datang dengan rambut blondenya. Setelah meletakan semua barangnya, atau lebih tepatnya meletakan sebuah ransel kecil di kamar, Jede segera menuju ke kedai penginapan dan memesan segelas susu pada pelayan. Jede mengabaikan pelayanan yang mengantarkan susu ke meja, tatapan matanya hanya terhanyut oleh pemandangan di luar jendela. Wajah tampan Jede membuat pelayan-pelayanan disaat berbisik-bisik membicarakannya, sesekali mereka ikut menatap keluar jendela, mencoba mengerti apa yang menarik perhatian lelaki menawan itu. Berjam-jam hanya duduk diam menatap ke luar jendela yang hanya berlatarkan pohon kelapa dan sepanjang garis pantai tanpa berbicara atau bahkan menyentuh gelas susu di meja, belakangan para pelayan kedai mulai menyimpulkan bahwa Jede adalah tipe lelaki membosankan yang hanya membuang-buang waktu tanpa melakukan sesuatu.

Jede hanya tersenyum, dia tidak tuli untuk sekedar mendengar omongan tentangnya, namun ada hal lain yang tak mampu untuk orang lain lihat. Ada hal lain selain pohon tua dan sepanjang garis pantai dengan pasir putih disana. Di bawah pohon membosankan itu seorang anak laki-laki tengah bersandar malas setelah membanting ember kosong sembarangan. Tak lama seorang anak perempuan dengan rambut panjang hampir sebokong berlarian kearahnya sambil berteriak-teriak kesal.

"Kenapa kau sangat malas? Aku tidak bisa membangun istana seorang diri," rengeknya.

Anak lelaki itu menutup kedua kupingnya, berusaha mengabaikan rengekkan anak perempuan kecil itu. Anak perempuan itu sampai duduk di depannya sambil meraung-raung cengeng.

"Aku akan menggigitmu jika kau tak mau diam," bentak anak lelaki itu akhirnya setelah dongkol.

Anak perempuan itu malah makin kencang menangisnya.

Jede ingin sekali beranjak dari kursih nyamannya dan menghampiri anak perempuan itu untuk menghentikan tangisnya, membasuh pipi kecilnya perlahan, lalu bersama membangun istana pasir seperti yang diinginkan anak perempuan itu. Jede juga ingin memukul kepala anak laki-laki yang cuek itu, ingin sekali menyadarkan kalau ini adalah waktu terbaik yang mereka akan miliki sepanjang hidup mereka. Sayang sekali Jede tidak bisa melakukan hal itu karena takut ketika dia menghampiri apa yang ada di luar jendela itu semua akan menghilang seketika, selalu seperti itu.

Jede mengeluarkan buku catatan kecil dari saku celananya dan menuliskan sebaris kalimat 'Bagaimana waktu bisa begitu tega berlalu sementara bingkai-bingkai kisah itu masih tertinggal begitu banyak. Istana pasir bahkan belum kupersembahkan untukmu'

Sebelum Jede beranjak dari kursihnya, dia mendengar anak perempuan itu berteriak kepada anak laki-laki itu dengan sisa tangisnya."Aku ingin segelas susu!" begitulah teriaknya, membuat Jede segera berbalik dan menunjuk kepada segela susu yang telah dingin di meja."Aku hampir melupakan hal kecil ini," ucapnya pelan. Setelah meneguk susu tersebut, Jede menuju kamarnya kembali untuk pulang bersama senja yang menjemputnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 31, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jede StoryWhere stories live. Discover now