Chap VI : Tears in Heaven

2K 215 53
                                    

Naruto milik Masashi Kishimoto
.
Sound of Death
.
Rate: M (18+)
.
Genre : Fantasy, Hurt, Romance
.
Cerita ini hanya fiksi, semua karakter dan kondisi didalamnya hanya rekayasa author
...
Happy Reading
...

Hayatku gersang menghuni waktu
Menanti asa mengurai rindu
Namun tiada mungkin meleburkan sosokmu
yang tlah terpatri dalam relung jiwaku


"Memangnya seburuk apa jika kita membunuh gadis itu?" ucap Kiba.

Mereka berempat sedang berkumpul di perpustakaan. Tempat itu mereka pilih karena lebih tersembunyi, sebagai pencegahan kedatangan Hinata yang sering tiba-tiba.

Zeus menghilang setelah mengatakan bahwa satu-satunya cara menyelamatkan Naruto adalah membunuh Hinata.

"Apa kau tidak melihat seprotektif apa Naruto pada gadis itu? Naruto bahkan mengurungnya dikamarnya, gua pribadi miliknya yang tidak pernah di jamah oleh siapapun." Sahut Sasuke.

"Maksudmu Naruto lebih memilih mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan gadis itu? Lalu jika Naruto mati, selanjutnya apa? Dia hanya akan membusuk di neraka sendirian." ucap Kiba.

"Jadi apa saranmu? Kita bunuh saja gadis itu. Kemudian ketika Naruto bangun dan mengetahui gadisnya kita bunuh, dia akan mengamuk dan membunuh kita semua, kemudian membunuh dirinya sendiri. Lalu kita semua akan menghuni neraka bersama-sama, begitu?" Sahut Sasuke sinis.

Kiba berdecak kesal. Sementara Shikamaru dan Sai hanya mendengarkan perdebatan dua pria bertempramen meledak-ledak itu.

"Kalian tidak punya ide lain?" Kiba menoleh pada Shikamaru dan Sai.

"Bagaimana jika tidak begini saja. Kita tidak lepaskan gadis itu. Jangan usir dari rumah ini. Kemudian jangan biarkan takdir yang mengambil nyawanya." ucap Sai.

Mereka bertiga terdiam sambil mencerna kata-kata Sai yang membingungkan itu.

"Jadi maksudmu, kita keluarkan gadis itu dari rumah ini. Biarkan dia berkeliaran diluar hingga takdir sendiri yang akan mencabut nyawanya." kata Shikamaru.

Sai menggeleng, yang artinya iya.

Mereka memikirkan lagi usul itu. Kemudian Sasuke bersuara lagi. "Bagaimana cara kita mengusir gadis itu? Dia sekarang tidak mau pergi dari sisi Naruto sejengkalpun."

Shikamaru menambahkan, "Masalah selanjutnya juga sama. Jika Naruto tau kita membiarkan gadis itu pergi dari rumah ini, dia pasti tetap akan menyalahkan kita juga."

Mereka terdiam lagi. Kiba tiba-tiba mengacak-acak rambutnya. "Ck, gadis ini benar-benar merepotkan. Harusnya Naruto meninggalkannya saja setelah menidurinya."

"Dia bukan iblis birahi sepertimu. Dia iblis kematian. Bodohnya, dia malah setia sampai mati." Ucapan Shikamaru itu terdengar seperti sindiran sekaligus lelucon bagi mereka.

"Kita punya banyak waktu. Semakin lama kita membuat keputusan, nyawa Naruto tidak semakin terancam." ujar Sai.

Shikamaru mengangguk memahami maksud Sai. "Kita lihat kondisi Naruto sekarang."

Mereka beranjak dari sana menuju kamar Naruto. Sasuke membuka pintu kamar dan keningnya berkerut mendapati kamar itu sepi. Hanya ada Naruto yang terlelap tenang diatas tempat tidur.

Empat pasang mata disana saling berpandangan. Rupanya sementara mereka menyusun rencana untuk menyingkirkan Hinata, gadis itu telah menghilang dari rumah mereka.

Sound of DeathWhere stories live. Discover now