Prolog (Siapa dia?)

87 3 0
                                    

Ada banyak cerita inspirasi tentang pengalaman seorang penikmat alam, entah hanya menikmati, atau sebagai peneliti, ataupun sekaligus mengemban tugas yang diamanati, sehingga memaksa seseorang itu harus terjun langsung ke alam dan mendapatkan bonus menikmati keindahan alam itu sendiri, disela keletihan dalam tugas yang menghampiri.

Berbeda dengan kisah ini, ini kisah remaja putri yang bukan sedang bertugas melainkan memang murni sang penikmat alam yang sedang mencari cara untuk mengucapkan rasa syukur yang teramat sangat besarnya, karena Allah sang maha Pencipta telah menciptakan alam seindah ini.

Sedikit penggambaran tentang dirinya.

Sosoknya yang berbeda dari remaja putri pada umumnya, dia sangat menikmati ketika berada dalam suasana outdoor, walau kesan sekilas dari wajahnya terlihat seperti anak yang sangat manja, tapi ternyata sangat berbanding terbalik dengan hoby dan kemauannya.

Dia berasal dari keluarga yang sederhana, keadaan keluarga yang tak sama seperti keluarga pada umumnya, mempunyai orang tua yang sudah tak bersama dari semasa dia kecil.
Berada dalam keadaan keluarga yang mungkin menurutnya kurang lengkap, memaksa dia harus lebih dewasa sebelum waktunya, dia menyikapi perpipasahan itu dengan baik, tidak dengan kemarahan walau hatinya teramat hancur saat pertama kali mengetahui hal itu, tapi waktu mengajarkannya menjadi sosok yang tegar.

Dia terlahir dari seorang ibu yang berdarah sunda, dan ayahnya pun keturunan Sunda. Membuat dia semakin terlihat asli sebagai mojang Sunda.
Dia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya pun perempuan sama cantik seperti ibunya.
Saat ini dia dan adiknya tinggal bersama ibunya, keadaan orang tua yang tak lagi bersama membuat dia memahami arti kata "Ada" yang sesungguhnya.

Walau dia sudah tak serumah dengan ayahnya tetapi dia masih selalu berkomunikasi baik dengannya. Kedua orang tuanya tak pernah melarang hoby dan maunya, asal itu masih dalam lingkar positif.

Dia tumbuh menjadi gadis yang semakin dewasa, ibunya dengan sabar mengurus dan memantau pergaulan dia dan adiknya, tak lupa ayahnya pun selalu menasehati untuk kebaikan mereka walau disela kesibukan yang membuat mereka jarang berbincang.

Semakin bertambah usianya, semakin banyak rasa penasarannya, tanda tanya yang menganga tentang dunia yang fana kini semakin membabi buta difikirnanya, sejak kecil dia memang sangat menyukai hal yang berbau alam, dia tak pernah merasa risi saat berada di alam bebas sekalipun dia menemukan hal aneh di alam.

Lulus sekolah tingkat dasar dia meneruskan sekolah menengah pertama di dekat rumahnya, keadaan sekolah yang berada di hamparan sawah membuat dia sangat menyukai aktifitas saat di sekolah, dia menjadi anak yang aktif di kelasnya, mempunyai banyak teman, teman seumurannya, teman yang dibawah umurnya maupun teman yang diatas umurnya, dan dia aktif dalam organisasi di sekolah, membuatnya tak pernah merasa sungkan ketika terlibat dalam acara apapun disekolah yang melibatkan dirinya.

Dua tahun sudah dia sekolah, tepat berada di kelas 8 atau kelas II SMP membuat dia harus semakin ekstra belajar, belajar untuk menghadapi UN (Ujian Nasional) yang akan dia hadapi saat dia kelas III nanti, walau sibuknya tugas disekolah dia tak pernah terlewatkan main walau sehari, dengan teman temannya yang seringkali dia propokatori untuk ikut bermain ke alam dengan nya, entah ke sungai, sawah, atau perkebunan penduduk.
Banyak Kaka kelasnya yang sudah lulus memberikan banyak gambaran tentang alam yang belum dia tau banyak, yang membuatnya sedikit mempunyai fikiran untuk mengikuti apa yang diimingi Kaka kelasnya untuk menikmati alam dengan cara lain, tapi untungnya dia tidak tergiur, dia masih tetap patuh pada batasan batasan yang diberi orang tuanya.

Tiba kenaikan kelas III, dia naik dengan keadaan nilai yang memuaskan, beberapa bulan kemudian dia akan menghadapi UN (ujian Nasional) tingkat sekolah menengah pertama. Dia semakin giat belajar, dan ingin masuk SMA favorit, bulan demi bulan berlalu, waktu dia untuk belajar di Sekolah Menengah Pertama pun waktunya semakin sedikit, setiap hari dihabiskan dengan belajar lebih giat dan mencari SMA (Sekolah Menengah Awal) manakah yang selanjutnya akan dia jadikan tempat untuk belajar ditingkat yang lebih tinggi. Dia mempunyai pilihan yang sangat dia impikan, Salah satu pilihan SMA yang dia inginkan itu bertentangan dengan pilihan orang tuanya, harapan untuk menimba ilmu di sekolah yang sangat dia impikan kini pudar, dia harus mengikuti apa yang diperintahkan ibunya, walau dia merengek tapi ibunya tetap tak mengizinkan, dia pun mengalah dan mengikuti mau ibunya, dia yakin pilihan orang tuanya itulah yang terbaik untuknya.

Tepat, waktu yang ditunggu pun tiba, UN (Ujian Nasional) yang menjadi topik pembicaraan dikala itu, kini terjadi, masing masing dari mereka yang mengikutinya harus memberikan kemampuan yang sepenuhnya demi mendapatkan nilai yang seutuhnya.
Empat hari pun terlewatkan, Ujian Nasional selesai, wara Wiri mencari sekolah yang akan menjadi tempat belajar selanjutnya pun sudah selesai, acara perpisahan dan penglepasan pun semakin mendekat.

Dia semakin menjadi gadis yang dewasa, gadis yang semakin banyak mempunyai tanggung jawab didepan mata.
Hari penglepasan pun tiba, saat dimana dia dinyatakan lulus, dan bukan sebagai siswi disekolah Menengah pertama lagi, acara demi acara selesai, pelukan tangis pun sangat mengesankan.
Selesainya acara penglepasan dia merehat diri sejenak, setelah rutinitas sekolah di Sekolah Menengah pertama selama 3 tahun itu dia lalui sampai akhir.

Tepat Tanggal 14 Juli 2014 Tiba saatnya dia memulai sekolah di SMA (Sekolah Menengah Awal) yang dipilihkan oleh orang tuanya, rasa kecewa atas keinginan yang tak bisa terwujud membuat dia sedikit murung, tapi akhirnya dia sekolah dengan baik mempunyai banyak teman, sekaligus awal dia mendapatkan pengalaman tentang kenikmatan menikmati alam dengan cara lain.

Pertengahan tahun 2014

Kenikmatan AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang